بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
HIKMAH 49-52
HUSNUD-DHON TERHADAP ALLOH
49. "Jika engkau tidak berbaik sangka [husnudz-dzon] terhadap Allah Ta'ala karena sifat-sifat Allah yang baik itu, berbaik sangkalah kepada Allah karena karunia pemberian-Nya kepadamu. Tidakkah selalu ia memberi nikmat dan karunia-Nya kepadamu?"
Apabila engkau tidak dapat berbaik sangka terhadap Allah, karena Allah itu bersifat: Rabbul Alamiin [Tuhan yang mencipta, melengkapi, memelihara dan menjamin seisi alam, Ar-Rahman, Ar-Rahim: Pemurah, Penyayang]. Maka sudah selayaknya engkau harus berbaik sangka kepada Allah, karena tiada henti-hentinya nikmat dan karunia Allah atas dirimu dan anak keluargamu. Yakni sejak engkau berupa sperma hingga matimu. Dan sebaik-baik khusnudz-dzon [baik sangka] terhadap Allah diwaktu menerima nikmat Allah yang berupa ujian [musibah], bagaikan ayah yang menyambut anak yang disayang, demi untuk kebaikan anak itu sendiri. Allah berfirman:
"Dan mungkin kamu tidak menyukai sesuatu padahal itu baik bagimu." [QS. al-Baqarah 216]. "Maka mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, sedang Allah telah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." [QS. An-Nisaa 19]. Jabir radhiayallahu 'anhu berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
'Barangsiapa yang dapat melakukan khusnudz-dzon [baik sangka] kepada Allah, sehingga ia tidak akan mati kecuali tetap dalam khusnudz-dzon terhadap Allah, maka hendaklah ia melakukannya'." Kemudian ia membaca ayat:
"Dan itulah persangkaan kamu yang kamu sangkakan terhadap Tuhan kamu, yang telah menjerumuskan kamu, hingga membinasakan kamu." [QS. Fussilat 23]. Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya berbaik sangka kepada Allah itu, sebaik-sebaik melakukan ibadah kepada Allah." Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu bersumpah: "Demi Allah tidak ada orang yang berbaik sangka terhadap Allah, melainkan pasti Allah akan memberikan kepadanya apa yang ia sangka, sebab kebaikan itu semuanya di tangan Allah, maka apabila Allah telah memberi khusnudz-dzon, berarti Allah akan memberi apa yang disangkanya itu. Maka Allah yang memberinya khusnudz-dzon [baik sangka] berarti akan melaksanakannya." Abu Said al-Khudry radhiyallahu 'anhu berkata:
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjenguk orang sakit, maka Rasulullah bertanya kepada orang yang sakit itu, 'Bagaimanakah persangkaanmu terhadap Tuhanmu?' Jawabnya, 'Wahai Rasulullah, aku khusnudz-dzon [baik sangka]'. Maka bersabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, 'Sangkalah sesukamu kepada Allah, maka Allah selalu akan memberi apa yang disangkakan oleh orang mukmin'."
50. "Keajaiban yang sangat mengherankan [ajaib] terhadap orang yang lari dari apa yang sangat dibutuhkan, dan tidak dapat lepas dari padanya, dan berusaha mencari apa yang tidak akan kekal padanya. Sesungguhnya bukan mata kepala yang buta, tetapi yang buta ialah mata hati yang di dalam dada." Seorang yang melarikan diri dari panggilan Tuhan untuk beribadah semata-mata karena ingin memuaskan hawa nafsu dan syahwatnya, suatu fakta butanya mata hatinya, sebab ia telah mengutamakan bayangan dari pada hakikat, mengutamakan yang sementara dan mininggalkan keabadian, mengutamakan yang dapat binasa dari pada yang tetap kekal untuk selama-lamanya.
51. "Jangan berpindah dari satu alam ke alam yang lain, berarti sama dengan himar [keledai] yang berputar di sekitar penggilingan, ia berjalan menuju ke tempat tujuan, tiba-tiba itu pula tempat yang ia mula-mula berjalan dari padanya, tetapi hendaklah engkau pergi dari semua alam menuju kepada pencipta alam; Sesungguhnya kepada Tuhanmu puncak segala tujuan."
Jangan berpindah dari syirik yang terang ke alam syirik yang samar. Amal kebaikan yang di nodai oleh riya', sum'ah [mengharap pujian orang], tidak dianggap oleh syari'ah [tidak di terima oleh Allah]. Dan apabila telah bersih dari semua itu, kemudian beramal karena terdorong oleh menginginkan kedudukan atau kekayaan atau karamah dunia atau akhirat, semua itu masih termasuk alam hawa nafsu, dan belum mencapai tujuan ikhlas yang bersih dari segala tujuan selain hanya kepada Allah, yakni tanpa pamrih. Karena itu selama berpindah dari alam ke alam tidak berbeda, bagaikan keledai yang berputar di sekitar penggilingan, tetapi seharusnya sekali berangkat dari alam ini, langsung menuju kepada pencipta alam. Karena itu Nabi Isa 'alaihihissalam pernah berkata kepada sahabat hawariyyin: "Semua yang ada padamu dari berbagai nikmat kesenangan itu langsung dari karunia Allah kepadamu, maka manakah kiranya yang lebih besar harganya [nilainya]? Apakah pemberiannya ataukah yang memberi?
." ''Wa anna ila Rabbikal-muntaha'' Sesungguhnya kepada Tuhanmu itulah puncak segala tujuan. Sebab barangsiapa yang telah mendapatkan Allah, berarti telah mencapai segala sesuatu, baik urusan dunia mau pun urusan akhirat.
52. "Dan perhatikan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: 'Maka barangsiapa yang berhijrah menuju kepada Allah dan Rasul-Nya [menurut perintah Allah dan Rasul-Nya], maka hijrahnya akan diterima oleh Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang berhijrah karena kekayaan dunia, dia akan mendapatkannya, atau karena perempuan akan dinikahi, maka hijrahnya terhenti pada apa yang ia hijrah kepadanya. Camkanlah sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ini dan perhatikanlah persoalan ini jika engkau mempunyai kecerdasan faham." Dan yang utama dalam hadits ini ialah sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa hijrah yang tidak dengan niat ikhlas kepada Allah akan terhenti pada tujuan yang sangat rendah dan tidak berarti, dan tidak akan mencapai keridhaan Allah. Seseorang minta nasehat kepada Abu Yazid al-Busthami, maka berkata Abu Yazid, 'Jika Allah menawarkan kepadamu akan diberi kekayaan dari Arsy sampai ke bumi, maka katakanlah, Bukan itu ya Allah, tetapi hanya Engkau ya Allah tujuanku'. Abu Sulaiman ad-Darani berkata: "Andaikan aku di suruh memilih antara masuk surga Jannatul-Firdaus dengan shalat dua rakaat, niscaya saya pilih shalat dua rakaat. Sebab di dalam surga, saya dengan bagianku, dan dalam shalat aku dengan Tuhanku." Asy-Syibli radhiallahu 'anhu berkata: "Berhati-hatilah dari ujian Allah, walaupun dalam perintah, Kulu wasyarabu [makan dan minumlah]. Sebab dalam pemberian nikmat itu ada ujian untuk diketahui, siapakah yang silau dan lupa kepada-Nya setelah menerima nikmat, dan siapa yang tetap pada-Nya sebelum dan sesudah menerima nikmat". Seorang penyair berkata: "Dia shalat dan puasa karena sesuatu yang diharapkan, sehingga setelah tercapai urusannya, dia tidak shalat dan puasa.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :