بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Hikmah75-76.
KARUNIA APA ISTIDROJ?
٭ خـَفْ
مِنْ وُجُودِ اِحْساَنِهِ اِلَيْكَ وَدَوامِ اِساَءَتِكَ مَعَهُ اَنْ يكونَ ذٰلِكَ
اِسْتِدْراَجاًلكَ، سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْسُ لاَيَعْلموُنَ ٭
75. "Hendaknya engkau merasa takut jika engkau selalu mendapat
karunia Allah, sedangkan engkau masih tetap dalam perbuatan maksiat kepada-Nya,
jangan sampai karunia itu semata-mata istidraj oleh Allah. Sebagaimana firman Allah: "Sanas-tadri-juhum
min-haytsu laa ya'lamuna" [Akan Aku putar(binasakan pelan-pelan) mereka
itu dengan jalan yan mereka tidak mengetahui]."
Hikmah ini menjadi jawaban soal dari hikmah sebelumnya, yakni: kita tahu
banyak yang tidak mensyukuri nikmat,tetapi nikmatnya tidak hilang bahkan
bertambah; maka Mushonnif menjawab dengan hikmah ini. Yaitu: itu semua istidroj
dari Alloh,
Istidraj, ialah mengulur, memberi terus
menerus supaya bertambah lupa kemudian dibinasakan, juga berarti memperdaya.
Firman Allah subhanahu wata'ala:
"Maka ketika mereka telah melupakan apa yang telah diperingatkan
kepada mereka. Kami bukakan bagi mereka pintu bagi tiap-tiap sesuatu, hingga
apabila mereka senang dengan apa yang diberikan kepada mereka, tiba-tiba Kami
datangkan siksa atas mereka, maka mereka berputus asa." [QS. Al-An'am 44].
Demikianlah sebuah ibarat istidraj, Tiap-tiap
seseorang berbuat dosa ditambah dengan nikmat, dan dilupakan untuk meminta
ampun [istighfar] atas kesalahannya itu.
Sebagian dari istidroj lagi yaitu dawuh
Mushonnif berikut:
٭ مِنْ
جَهْلِ المُرِيدُ اَنْ يَنسِىء الاََدَبَ، فَتُوءَخِرُ العُقـُوْبَة ُ عَنْهُ فَيَقوُلُ،
لَوْكاَنَ هٰذَا سُوْءَ اَدَبٍ لَقطَعَ الاِمداد
وَاَوجب الاِبعادُ، فقد يقطعُ المَدَدُ عنهُ مِنْ حيثُ لاَ يَشْعُرُ ولَولَمْ يَكُنْ
الاَ منعَ المَزِيدِ وقدْ يُقاَمُ مقاَمَ البُعْدِ وهُوَ لاَيَدْرِي ولَولَمْ يَكُنْ
الاَّ اَنْيُخَلِّيَكَ وَماَتُرِيْدُ ٭
76. “Setengah dari tanda kebodohan murid, jika ia berbuat salah dalam
beradab kepada Alloh lalu ditangguhkan hukumannya, lalu ia berkata, ‘Andaikata
termasuk dosa tentu sudah diputuskan bantuan [karunia] dan sudah dijauhkan.
Ingatlah! Adakalanya telah diputuskan bantuan [karunia] dengan jalan yang Ia
tidak rasakan, meskipun hanya berupa tidak ada tambahan baru, dan adakalanya
pula Ia telah dijauhkan padahal ia tidak mengetahui, meskipun hanya berupa
membiarkan engkau menurutkan hawa nafsumu.”
Putusnya bantuan dari Alloh adalah awal dari hijab. Jadi apabila murid
sudah mulai terhijab sehingga ibadahnya tidak bisa khudhur kepada Alloh, itu
menjadi sebab gugurnya murid dari perhatian Alloh. dan akan datang hijab dalam
hatinya.
Syeikh Abul-Qasim al-Junaid rodhiyallohu ‘anhu
berkata: “Ketika aku sedang menunggu jenazah bersama orang-orang banyak yang
akan dishalatkan di masjid As-Syuniziyah, tiba-tiba ada seorang pengemis miskin
meminta-minta, maka dalam hatiku berkata, ‘Andaikan orang itu bekerja
sedikit-sedikit supaya tidak meminta-minta, tentu akan lebih baik baginya’. Dan
ketika pada malam harinya, aku akan mengerjakan wirid yang biasa aku kerjakan
pada tiap malam, terasa sangat berat dan tidak dapat berbuat apa-apa, sambil
duduk akhirnya tertidurlah mataku. Tiba-tiba aku bermimpi, orang-orang datang
membawa orang miskin itu di atas talam [baki], dan orang-orang itu berkata
kepadaku, ‘Makanlah daging orang ini sebab engkau telah meng-ghibah padanya’.
Maka langsung aku terbangun dan sadar, dan aku tidak merasa ghibah padanya,
hanya tergerak dalam hati, tetapi aku diperintahkan meminta halal kepada orang
itu, maka tiap hari aku berusaha mencari orang itu, akhirnya bertemu di tepian
sungai sedang mengambil daun-daunan yang rontok untuk dimakan dan ketika aku
memberi salam kepadanya, langsung ia berkata, ‘Apakah kamu akan mengulangi lagi
wahai Abul-Qasim?’ Jawabku, ‘Tidak’. Maka ia berkata, ‘Semoga Allah mengampuni
kami dan kamu’.”
Tanda-tanda seseorang mendapat taufik itu ada
tiga:
1.Mudah
mengerjakan amal kebaikan, padahal ia tidak berniat dan bukan tujuannya.
2.Berusaha untuk berbuat maksiat, tetapi
selalu terhindar dari padanya.
3.Selalu terbuka baginya kebutuhan dan hajat
kepada Alloh ta’ala.
Sedangkan tanda-tanda seseorang yang dihinakan
oleh Alloh juga ada tiga:
1.Sulit melakukan ibadah
dan taat, padahal ia sudah berusaha sungguh-sungguh.
2.Mudah terjerumus ke
dalam maksiat, padahal ia berusaha menghindarkannya.
3.Tertutupnya pintu
kebutuhan atau hajat kepada Alloh, sehingga merasa tidak perlu berdo’a dalam
segala hal.
Rosulullah shollallohu ‘alaihi wasallam
bersabda:
“Tuhan telah mendidik aku sebaik-baik didikan dan menyuruhku melakukan
akhlak yang sebaik-baiknya.”
Dalam satu ayat:
Ambillah hati mereka dengan suka memaafkan,
dan anjurkan perbuatan-perbuatan yang baik dan mudah, abaikanlah orang-orang
yang masih bodoh, [jangan dituntut] mereka yang masih bodoh itu.
Seorang sufi kehilangan anak, hingga tiga hari
tidak mendapat beritanya, maka ada orang yang berkata kepadanya, 'Mengapa
engkau tidak minta kepada Alloh, supaya mengembalikan anak itu kepadamu?' Jawab
sang sufi, 'Tantanganku terhadap putusan Alloh itu akan lebih berat bagiku dari
pada hilangnya anak'.
Syeikh Abu Sulaiman ad-Darony rodhiyallohu
'anhu berkata: "Alloh telah mewahyukan kepada Nabi Dawud 'alaihissalam,
'Sesungguhnya Aku menjadikan syahwat hanya untuk orang-orang yang lemah dari
para hamba-Ku, karena itu waspadalah jangan sampai hatimu tertawan oleh syahwat
itu, sebab seringan-ringan siksa untuknya ialah Aku cabut manisnya rasa cinta
kepada-Ku dari dalam hatinya".
Dan dalam bagian lain Alloh berfirman kepada
Nabi Dawud 'alaihissalam, "Wahai Dawud! Berpeganglah pada ajaran-Ku, dan
tahanlah nafsumu untuk ketenangan dirimu, jangan sampai engkau tertipu dari
padanya, niscaya engkau terhijab dari cinta-Ku, putuskan syahwatmu untuk Aku,
sebab Aku hanya memberikan syahwat itu untuk hamba-Ku yang lemah, untuk apakah
orang-orang yang kuat akan memuaskan syahwat. Padahal ia akan mengurangi
kelezatan bermunajat kepada-Ku, sebab Aku tidak merelakan dunia ini untuk
kekasih-Ku, bahkan Aku bersihkan ia dari padanya.
Wahai Dawud! Jangan engkau mengadakan
antara-Ku dengan engkau suatu alam yang dapat menghijab engkau karena mabuk
pada alam itu dari pada cinta kepada-Ku, mereka hanya perampok di tengah jalan
terhadap hamba-Ku yang baru berjalan. Usahakan lah untuk meninggalkan syahwat
dengan banyak puasa.
Wahai Dawud! Cintailah Aku dengan memusuhi
hawa nafsumu, dan tahanlah dari syahwatnya, niscaya engkau melihat kepada-Ku,
dan engkau akan dapat melihat yang terbuka antara-Ku dengan engkau'."
Syeikh Ibrohim bin Adham rodhiyallohu 'anhu
berkata: ''Seseorang tidak akan mencapai derajat orang-orang sholeh, kalau
tidak melalui enam rintangan:
1. Menutup pintu kemuliaan, membuka pintu
kehinaan.
2. Menutup pintu nikmat, membuka pintu
kesulitan.
3. Menutup pintu istirahat, membuka pintu
perjuangan.
4. Menutup pintu tidur, membuka pintu jaga.
5. Menutup pintu kekayaan, membuka pintu
kemiskinan.
6. Menutup pintu harapan, membuka pintu siaga
menghadapi maut.''
Syeikh Ibrahim al-Khawaash rodhiyallohu 'anhu
berkata: ''Ketika aku ditengah perjalanan tiba-tiba merasa lapar, sehingga
sampai di kota Array, maka aku berkata dalam hati, 'Di sini aku banyak sahabat,
maka jika aku bertemu tentu mereka akan menjamuku, maka ketika aku telah masuk
ke dalam kota, tiba-tiba aku melihat perbuatan-perbuatan mungkar [maksiat], dan
aku merasa berkewajiban mencegah kemungkaran. Tiba-tiba aku ditangkap dan
dipukuli oleh orang-orang'. Sehingga aku bertanya-tanya dalam hati, 'Mengapa
aku dipukuli oleh semua orang padahal aku ini lapar'. Tiba-tiba diingatkan
dalam hatiku, 'Engkau mendapat hukuman itu karena engkau mengharap dijamu oleh
sahabat-sahabatmu'.''
Firman Alloh dalam salah satu wahyu-Nya
[kepada Nabi Dawud 'alaihissalam]: ''Sesungguhnya seringan-ringan siksa-Ku
terhadap orang alim jika ia mengutamakan syahwatnya dari pada cinta-Ku, maka
Aku haramkan dari pada merasakan kelezatan bermunajat kepada-Ku.''
Sangat Penting bagi murid :
Al-Imam Qusyairy berkata: Siapa saja yang
menjadi murid salah satu guru sufi/thoriqoh, lalu menentang gurunya dengan
hati, berarti dia sudah merusak perjanjiannya menjadi murid, dan murid tersebut
harus bertaubat.
Apabila ada seorang salik yang bermaksud
wushul, tapi tidak bisa wushul itu disebabkan menentang pada gurunya, karena
guru sufi/thriqoh(yang sudah menetapi syarat) itu menjadi penunjuk jalan bagi
para murid.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :