بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Terjemah Kitab At-Tanwir fi-Isqothi
at-Tadbir
Syeikh Ibn ‘Atho’illah as-Sakandary ra.
BAB 1b
MENERIMA KETENTUAN TUHAN DENGAN SEPENUHNYA
AYAT KETIGA
الآية الثالثة: وهي قوله تعالى: {أم
للإنسان ما تمنى، فلله الآخرة والأولى} فيها دلالة
على إسقاط التدبير مع الله
بقوله أم
للإنسان ما تمنى.(أي لا يكون ولا ينبغي له لانا ما
جعلناه له)، وأكد
ذلك بقوله: {فلله الآخرة والأولى}.
ففي ذلك
أيضا إلزام العبد، ترك التدبير مع الله. أي إذا كان لله الآخرة والأولى فليس فيهما
للإنسان شيء فلا ينبغي له التدبير في ملك غيره، وإنما ينبغي أن يدبر في الدارين من
هو مالكهما وهو الله سبحانه وتعالى.
وقوله
صلى الله عليه وسلم: (ذاق طعم الإيمان من رضي
بالله ربا..) فيه دليل على أن من لم يكن كذلك، لا
يجد حلاوة الإيمان، ولا يدرك مذاقه، وإنما يكون إيمانه صورة لا روح فيها وظاهرا لا
باطن له، ومرتسما لا حقيقة تحته.
وفيه
إشارة: إلى إن القلوب السليمة من أمراض الغفلة والهوى تتنعم بملذات المعاني كما
تنعم النفوس بملذوذات الأطعمة. وإنما ذاق طعم الإيمان من رضي بالله ربا، لأنه لما
رضي بالله ربا، استسلم له وانقاد لحكمه، وألقى قياده إليه خارجا عن تدبيره
واختياره، إلى حسن تدبير الله واختياره، فوجد لذاذة العيش وراحة التفويض.
ولما رضي
بالله ربا، كان له الرضا من الله، كما قال تعالى: (رضي
الله عنهم ورضوا عنه).
وإذا كان
له الرضا من الله: أوجده الله حلاوة ذلك، ليعلم ما من به عليه، وليعلم إحسان الله
إليه. ولا يكون الرضا بالله: إلا مع الفهم. ولا يكون الفهم: إلا مع النور. ولا
يكون النور: إلا مع الدنو. ولا يكون الدنو: إلا مع العناية.
فلما
سبقت لهذا العبد العناية، خرجت له العطايا من خزائن المنن، فلما واصلته أمداد الله
وأنواره عوفي قلبه من الأمراض والأسقام، فكان سليم الإدراك، فأدرك لذاذة الإيمان
وحلاوته، لصحة إدراكه ولسلامة ذوقه. ولو سقم قلبه بالغفلة عن الله لم يدرك ذلك،
لأن المحموم ربما وجد طعم السكر مرا، وليس هو في نفس الأمر كذلك.
فإذا
زالت أسقام القلوب، وأدرك الأشياء على ما هي عليه، فتدرك حلاوة الإيمان ولذاذ
الطاعة، ومرارة القطيعة والمخالفة. فيوجب إدراكها لحلاوة الإيمان اغتباطها به،
وشهود المنة من الله عليها فيه، وتطلب الأسباب الحافظة للإيمان والجالبة له. ويوجب
إدراك لذاذة الطاعة: المداومة عليها، وشهود المنة من الله فيها. ويوجب إدراكها
لمرارة الكفران والمخالفة، الترك لهما، والنفور عنهما، وعدم الميل إليهما، فيحمل
على الترك للذنب وعدم التطلع إليه، وليس كل متطلع تاركا، ولا كل تارك غير متطلع.
وإنما كان كذلك، لأن نور البصيرة دال على
أن المخالفة لله، والغفلة عنه، سم للقلوب مهلك، فنفرة قلوب المؤمنين عن مخالفة
الله تعالى كنفرتك عن الطعام المسموم.
وقوله
صلى الله عليه وسلم: (وبالإسلام دينا) لأنه من رضي بالإسلام دينا، فقد رضي بما رضي به المولى
واختاره لقوله تعالى: {إن الدين عند الله الإسلام}. وقوله تعالى: {ومن
يبتغي غير الإسلام دينا فلن يقبل منه}. ولقوله تعالى: {إن
الله اصطفى لكم الدين فلا تموتن إلا وأنتم مسلمون}.
وإذا رضي بالإسلام دينا، فمن لازم ذلك: امتثال الأوامر والانكفاف عن وجود الزواجر،
والأمر بالمعروف، والنهي عن المنكر، والغيرة إذا رأى ملحدا يجادل أن يدخل فيه ما ليس منه، فيدمغه ببرهانه،
ويقمعه بتبيانه.
وقوله
صلى الله عليه وسلم: (وبمحمد نبيا)، فلازم من رضي بمحمد نبيا، أن يكون له وليا، وأن يتأدب
بآدابه، وأن يتخلق بأخلاقه زهدا في الدنيا، وخروجا عنها، وصفحا عن الجناية، وعفوا
عمن أساء إليه، إلى غير ذلك من تحقق المتابعة، قولا وفعلا، وأخذا وتركا وحبا وبغضا
وظاهرا وباطنا. فمن رضي بالله: استسلم له، ومن رضي بالإسلام: عمل لهو ومن رضي
بمحمد صلى الله عليه وسلم: تابعه. ولا تكون واحدة منها إلا بكلها. إذ محال أن يرضى
بالله ربا، ولا يرضى بالإسلام دينا، أو يرضى بالإسلام دينا ولا يرضى بمحمد نبيا،
وتلازم ذلك بين لا خفاء فيه.
Kemudian Ayat ketiga firman Alloh, “
Atau apakah manusia akan mendapatkan semua yang diinginkannya ?, (tidak) hanya
milik Alloh kehidupan akhrat dan dunia”.
Ayat ini
mengandung petunjuk untuk tidak ikut mengatur bersama Alloh. Firman Alloh “Atau apakah manusia akan mendapatkan semua
yang diinginkannya ?! tentu saja tidak. Sebab Kami(Alloh) tidak menguasakan
hal itu kepadanya. Akhir ayat, “hanya
milik Alloh kehidupan akhrat dan dunia” mengharuskan hamba untuk tidak
mengatur bersama Alloh.
Maksudnya,
jika kehidupan akhirat dan kehidupan dunia itu kepunyaan Alloh, manusia tidak
punya hak apapun atas keduanya. Karena itu, tidak selayaknya ia mengatur
dikerajaan milik Alloh, bukan miliknya. Hanya Alloh swt. sang pemilik yang
berhak mengatur di kedua kerajaan itu.
Rosululloh
saw. Bersabda : “orang yang telah ridho Alloh sebagai Tuhannya, islam sebagai
agamanya, dan Muhammad saw. Sebagai Nabinya, sungguh ia telah merasakan
nikmatnya iman”. Hadits ini menunjukkan bahwa orang yang berada diluar
ketentuan itu, berarti tidak pernah merasakan manis nikmatnya Iman. Karena
imannya hanya rupa tanpa nyawa, Lahir tanpa batin, gambaran tanpa hakikat.
Hadits ini juga menunjukkan bahwa hati yang bersih dari penyakit lalai dan hawa
nafsu akan menikmati lezatnya berbagai hakikat. Sebagaimana tubuh yang
menikmati lezatnya makanan.
Hanya orang
yang ridho Alloh sebagai Tuhannyalah yang bisa merasakan nikmatnya iman. Sebab,
ketika ia ridho, ia pasrah kepada-Nya, dan mematuhi ketentuan/hukum-Nya, serta
menyerahkan kendali kepada-Nya, tidak ikut mengatur dan memilih, serta selalu
menerima aturan dan pilihanterbaik-Nya. Ketika seperti itu, ia merasakan
nikmatnya hidup dan lezatnya kepasrahan.
Ketika ia ridho Alloh sebagai Tuhannya, ia pun dapat ridho dari Alloh.
Alloh berfirman : “Alloh ridho kepada mereka dan mereka pun ridho kepadaNya”. Apabila ia telah ridho kepada Alloh, Alloh
akan memberinya nikmat keridhoan agar ia mengetahui karunia dan anugerah-Nya
baginya. Dan mengtahui kebaikan Alloh padanya.
Tidak akan
bisa ridho kepada Alloh kecuali dengan pemahaman, dan tidak akan bisa faham
kecuali dengan Nur/cahaya yang memancar, dan tidak akan bisa mendapatkan nur
kecuali dengan dekat dengan Alloh, dan tidak akan bisa dekat kecuali dengan
pertolongan Alloh.
Ketika hamba
sudah mendapatkan pertolongan, ia mendapatkan pemberian dari karunia-Nya.
Hatinya bersih dari segala penyakit berkat karunia dan cahaya Alloh, dengan
begitu ia memiliki daya tangkap yang sehat sehingga bisa merasakan lezatdan
nikmat Iman. Jikalau hatinya sakit
karena melalaikan Alloh, tentu ia tidak akan bisa merasakannya. Sama halnya
orang yang demam akan merasakan gula itu pahit.
Apabila
penyakit hati itu telah lenyap, ia akan bisa merasakan segala sesuatu seperti
aslinya. Ia dapat merasakan nikmatnya iman, lezatnya ketaatan, serta pahitnya
kemaksiatan/pembangkangan. Karena tahu bahwa iman itu manis maka ia wajib
menemukannya, dan menyaksikan karunia Alloh didalamnya, serta mencari berbagai
cara untuk menjaganya. dan ia juga wajib dapat lezatnya ketaatan, dan terus
memeliharanya, dan menyaksikan karunia Alloh didalamnya.
Disisi
lain karena tahu bahwa kekufuran dan
pengingkaran itu pahit,ia akanselau berusaha menjauhinya, meninggalkannya dan
berpaling dari keduanya. Walaupun demikian tidak setiap yang melihat akan
meninggalkan, dan tidak setiap yang meninggalkan itu akan berpaling. Ia bisa bersikap seperti itu karena cahaya
bashiroh menunjukkan kepadanya bahwa membangkang dan melalaikan Alloh adalah
racun yang membinasakan hati. Maka jauhilah penentangan dan kekufuran kepada
Alloh, sebagaimana kau menghindari makanan yang beracun.
Selanjutnya
sabda Nabi “ … dan Islam sebagai agamanya…”. Menunjukkan bahwa ridho terhadap
sesuatu yang diridhoi dan dipilih oleh Alloh swt. Sebagaimana firman-Nya : “
Sesungguhnya agama disisi Allot itu adalah Islam”. “dan siapa yang mencari
selain islam sebagai agamanya, ia tidak akan diterima”. Dan firman Alloh : “ Alloh telah memlihkan agama
tersebut untuk kalian. Maka jangan sapai kalian mati kecuali dalam keadaan
muslim”.
Dan jika
telah ridho islam sebagai agamanya, maka ia harus mengerjakan semua perintahnya
dan meninggalkan larangannya, dan melakukan amar makruf nahi munkar. Ia
curiga/tidak suka ketika melihat seorang yang mulhid memasukkan sesuatu dari
luar ajaran islam, ia akan menyanggahnya dan menjelaskan kepadanya ajaran yang
benar.
Kemudian
sabda Nabi “ Muhammad sebagai Nabinya”. kewajiban orang yang ridho Muhammad sebagai Nabinya, ia harus setia
kepadanya, beradab seperti adabnya, berakhlaq seperti akhlaqnya, (sebagian dari
akhlaq nabi yaitu) zuhud pada dunia, dan keluar dari tarikan dunia, menjauhi kejahatan, memaafkan orang yng
berbuat jahat kepadanya dan lain-lain. Selain itu ia harus meniru tingkah laku
nabi, baik ucapan,perbuatan,mengambil, meninggalkan, cinta, benci, lahir dan
batinnya. Siapa yang ridho kepada Alloh
ia akan berserah diri, siapa yang ridho dengan islam ia akan ia akan mengamalkannya,
dan siapa yang ridho kepada Muhammad pasti ia akan mengikutinya. Ketiganya
merupakan satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan.(menetapi salah satunya
berarti harus menetapi semua). Tidak mungkin ia ridho pada Alloh sebagi
Tuhannya, tapi tidak ridho islam sebagai agamanya. Atau ia ridho islam sebagai agamanya, tapi tidak ridho
Muhammad saw. sebagai Nabinya. Keterkaitan ketiganya itu sangatlah jelas.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :