بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Terjemah Kitab
Fathur-Rabbany
wal
Faidhur-Rahmany
Karya
Syeikh Abdul Qadir Al-Jailany ra.
Majelis ke 53
Keharusan atas ujian dan cobaan
Syeikh Abdul Qadir Al-Jilany, 17 Ramadhan, tahun
545 H. di Madrasahnya.
Ada
keharusan ujian dan cobaan, terutama bagi mereka yang mengklaim dan
mengaku-aku. Tanpa adanya cobaan dan ujian, banyak orang mengaku jadi wali.
Oleh sebab itu, salah satu Sufi mengatakan, “Ujian diberikan dalam kewalian,
agar tidak diaku-aku (kewalian itu)”.
Diantara
tanda kewalian adalah kesabarannya menghadapi derita dari makhluk, dan
memaafkan mereka. Para wali itu bahkan membutakan diri dari apa yang dipandang
publik, dan menulikan diri dari apa yang terdengar dari hiruk pikuk mereka.
Mereka telah menyerahkan harga dirinya pada publik.
Rasulullah
Saw, bersabda: “Cintamu pada sesuatu telah membutakan dan menulikanmu”.
Para wali
itu mencintai Allah Azza wa-Jalla, lalu mereka buta dan tuli dari selainNya.
Mereka berjumpa dengan orang lain melalui ucapan yang bagus, kasih sayang
dan peduli. Namun kadang mereka marah karena kecemburuan Allah Azza wa-Jalla
pada mereka, kemarahan sebagai manifestasi keserasian dengan kemarahanNya.
Mereka
adalah para dokter, bahwa setiap penyakit itu ada obatnya. Seorang dokter tidak
mengobati setiap pasien dengan satu obat. Mereka ini mengobati menurut penyakit
hati masing-masing dan kondisi batin mereka di hadapan Al-Haq Azza wa-Jalla,
seperti Ashabul Kahfi, dimana Jibril as, membalik situasi hati mereka. Dan para
kekasih pun merupakan tangan Kuasa, Rahmat dan Kasih Sayang.
Tangan cinta
telah membalik hati mereka dan mentransformasi dari kondisi batin ruhani menuju
kondisi ruhani yang lain. Dunia mereka, justru mereka bagi untuk orang yang
butuh dunia, akhirat mereka diberikan kepada yang butuh akhirat, karena mereka
hanya bagi Allah Azza wa-Jalla. Mereka tidak sama semakin pelit jika
dunianya diminta, bahkan kalau pahala akhiratnya diminta pun diberikan
semuanya. Mereka berikan dunianya bagi para fakir miskin, dan pahala akhiratnya
diberikan pada mereka yang menginginkan akhirat. Yang berupa makhluk diberikan
pada makhluk pula, dan Sang Khaliq hanya bagi diri mereka. Mereka serahkan
semua yang kulit, karena selain Allah Azza wa-Jalla hanyalah kulit belaka.
MencariNya dan dekat padaNya, itulah isi.
Sebagian
mereka –semoga rahmat Allah Azza wa-Jalla melimpah pada mereka– mengatakan,
“Tak ada yang tersenyum dalam menghadapi orang fasik, kecuali orang yang
ma’rifat kepada Allah Azza wa-Jalla.” Memang dia memerintah dan melarangnya dan
menanggung beban deritanya, dan tak ada yang mampu kecuali orang yang Arif
Billah Azza wa-Jalla.
Sedangkan
ahli zuhud dan ahli ibadah serta para penempuh tidak akan mampu. Bagaimana para
arifun tidak menyayangi ahli maksiat? Sedangkan mereka inilah tempatnya rahmat,
tempatnya taubat dan pengakuan dosa. Orang arif itu diciptakan Allah Azza
wa-Jalla dari Akhlaq Allah Azza wa-Jalla, ia akan berusaha keras dalam
membersihkan dosa ahli maksiat dari kekuasaan syetan dan hawa nafsu.
Bila salah
satu kalian anaknya ada yang ditahan oleh orang kafir, bukankah kalian berusaha
keras membebaskannya? Begitu pula sang arif. Semua manusia seperti anak
sendiri. Ia menasehati makhluk dengan ucapan hikmah, lalu mengasihi
mereka, karena pengetahuan mereka, sehingga mereka melihat tindakan-tindakan
Allah Azza wa-Jalla pada makhluk-makhluk itu, dengan memandang adanya ketentuan
dan takdir yang keluar dariNya dari pintu hukum dan pengetahuan. Namun ia
merahasiakannya, lalu ia menasehati manusia dengan hokum yang merupakan
perintah dan larangan, namun tidak menasehati dengan pengetahuan rahasianya.
Allah Azza
wa-Jalla mengutus para Rasul, menurunkan kitab-kitab, memperingatkan,
memotivasi semata karena membangun argumentasi terhadap makhluk dan mengajari
mereka. Janganlah anda menentangnya, karena didalamnya ada pemberhentian.
Di dalamnya ada ketetapan ilmu, yang butuh ketetapan aturan yang
berintegrasi dengan dirimu dan yang lain. Dan kamu pun butuh pengetahuan khusus
untukmu saja.
Bila salah
satu dari kalian mengamalkan ilmu lahiriyah, Rasulullah Saw, menyuapimu
dengan ilmu batin, menyuapi hukum batin sebagaimana burung menyuapi
anak-anaknya. Itu dilakukan semata agar dibenarkan dan diamalkan melalui
ucapannya yang bersifat lahiriyah, berupa syariatnya.
Manusia,
bila benar, maka tidak ada kebenaran yang sebanding. Jika bersih tak ada
bersih yang sebanding dengannya. Jika dekat kepadaNya tak ada yang sebanding
dengan dekatnya.
Manusia
bodoh, memandang dengan mata kepalanya. Sedang manusia cerdas memandang dengan
mata akal sehatnya. Sang arif memandang dengan mata hatinya penuh dengan
mutiara pengetahuan, maka demi menegakkan makhluk dengan total yang
membuatnya sirna dari semua makhluk, kecuali hanya ada Allah Azza wa-Jalla.
Maka disinilah Allah Swt berfirman:
“Dialah Yang
Maha Awal dan Maha Akhir, Maha Dzahir dan Maha Batin.”
Ia
konsentrasikan dirinya, dhahirnya, batinnya, awalnya dan akhirnya, rupa dan
maknanya, hanya bagi Allah Azza wa-Jalla, dan karena itu abadilah cintanya
padaNya, dunia hingga akhirat berserasi denganNya dalam seluruh tingkah laku
jiwanya.
Ia lebih
memilih ridhoNya, dan ia tak mau yang lain nya, sama sekali tidak tercederai
oleh cacian para pencaci, sebagaimana sebagian mereka mengatakan, “Berserasilah
dengan Allah Azza wa-Jalla dalam bergaul dengan makhluk, dan jangan berserasi
dengan makhluk dalam berhubungan dengan Allah Azza wa-Jalla.”
Runtuhlah
orang yang runtuh dan terdesaklah orang yang terdesak. Syetanmu, hawa nafsumu,
watakmu dan teman-teman burukmu, sesungguhnya adalah musuh-musuhmu. Waspadalah
agar kalian tidak terjerumus dalam kehancuran. Belajarlah sampai kalian tahu
bagaimana menghadapi musuh-musuhmu itu, lalu kalian waspada, lantas kamu
mengerti bagaimana kamu beribadah kepada Tuhanmu Azza wa-Jalla. Sedangkan orang
bodoh, tidak akan diterima ibadahnya. Sebagaimana sabda Nabi Saw, “
“Siapa yang
beribadah kepada Allah dengan cara yang bodoh, maka ibadahnya akan lebih
banyak merusaknya dibanding memperbaiki dirinya.”
Orang yang
bodoh sama sekali ibadahnya tidak baik, bahkan malah menjurus pada kerusakan
dan kegelapan total. Sedangkan ilmu itu pun tidak akan berguna melainkan jika
diamalkan. Amal tidak ada gunanya kecuali dengan ikhlas. Setiap amal tanpa
keikhlasan pelakunya, tidak akan berguna dan tidak diterima. Namun bila anda
mengetahui tetapi tidak mengamalkan, justru ilmu anda akan menuntut anda
nantinya. Dalam sabda Nabi Saw:
“Orang yang
bodoh hanya disiksa sekali, tetapi orang alim disiksa tujuh kali.”
Karena orang
bodoh tidak mau belajar, sedangkan orang pandai mau belajar tapi tidak mengamalkan
ilmunya. Belajarlah, dan amalkan, lalu ajarkan. Karena semua itu adalah padual
total dari kebajikan. Bila anda belajar, lalu mengamalkan, kemudian
mengajarkan, anda mendapatkan dua pahala. Pahala ilmu dan pahala belajar. Dunia
ini gelap, sedangkan ilmu adalah cahayanya. Siapa yang tidak berilmu akan
tertutup di dunia ini, dan kerusakannya lebih banyak dibanding kebaikannya.
Wahai orang
yang mengaku berilmu, janganlah anda meraihnya dengan tangan nafsumu, watakmu,
syetanmu, wujudmu, jangan kau ambil dengan tangan riya’mu dan kemunafikanmu.
Secara lahir anda tampak zuhud, tapi batinmu kosong. Itulah zahid yang batil.
Anda menyiksa diri di hadapan Allah Azza wa-Jalla, Dia Maha Tahu apa yang ada
dalam dirimu ketika engkau sendiri, ketika engkau bersama publik, ketika engkau
dengan hatimu. Di hadapanNya, tak ada sunyi, terang-terangan atau tirai.
Katakan, “Duh, betapa malunya, betapa susahnya, betapa terhinanya, bagaimana
Allah Azza wa-Jalla melihat seluruh perbutanku malam dan siang. Dia
melihat tapi aku tidak malu dari pandanganNya.”
Taubatlah
padaNya atas luka dosamu, berdekatlah padaNya dengan menjalankan kewajiban dan
menjauhi laranganNya. Tinggalkan dosa-dosa lahir dan batin, berbuat baiklah
yang nyata, karena itulah yang bisa mengantarmu ke pintuNya, mendekat padaNya,
dan Dia mencintaimu, membuat dirimu cinta pada sesama, rasa cinta padaNya yang
kemudian menimbulkan transformasi cinta kepada sesama makhluk.
Bila Allah
Azza wa-Jalla dan semua malaikatNya mencintaimu, seluruh makhluk akan
mencintaimu, kecuali orang-orang kafir dan munafik, karena mereka ini tidak
akan berserasi dengan cintamu kepada Allah Azza wa-Jalla
Setiap orang
yang dihatinya ada iman, pasti mencintai sesama orang beriman. Sedangkan orang
yang didalam hatinya ada kemunafikan pasti membenci orang beriman. Karena
itu tidak perlu dipikir, kalau orang kafir, orang munafik, syetan dan Iblis,
mereka itu adalah syetan-syetan berkepala manusia.
Orang
beriman yang yaqin dan arif, hati dan batinnya serta hakikatnya lepas
dari makhluk, sampai pada situasi dimana makhluk itu memang tidak memiliki
kekuatan yang membahayakan dan kekuatan memberi manfaat, karena jiwanya
bersimpuh di hadapan Allah Azza wa-Jalla, sama sekali dirinya tidak memiliki
daya dan upaya.
Bila kondisi
ruhaninya benar dari hal demikian, khabar akan tiba dari berbagai sisi yang
sama sekali tidak dicampuri oleh bentuk klaim pengakuan, klaim takhally dan
harapan kosong, bahkan ia buta dari sebab akibat, sampai engkau tidak lagi
mendatangi pintu-pintu sesama (untuk minta tolong). Engkau tak menghiraukan,
sampai hatimu, akalmu dan wajahmu berbalik dari makhluk menuju Khaliq. Sehingga
wajahmu bertemu dan berhadapan dengan makhluk, sedangkan hatimu menghadap
Al-Khaliq. Sampai hatimu menjadi hati seperti hatinya para Malaikat dan para
Nabi, hatimu minum dari hati mereka, makan dari hati mereka (Malaikat dan para
Nabi). Semua itu berkaitan dengan hati dan rahasia hati serta hakikat, bukan
berkaitan dengan rupa.
Ya Allah
baguskan hati kami, pakaikan pada rahasia jiwa kami, jernihkan akal kami, yang
terjadi antara diri kami dan DiriMu dibalik akal makhluk dan akal kami.
Wahai
orang-orang hadir, wahai orang-orang yang tidak hadir, kelak di hari
kiamat kalian akan tahu apa yang datang dariku ada sesuatu yang menakjubkan,
karena aku memberi penjelasan yang ada dalam diri kaum munafik, lalu bagaimana
dengan hak kewajiban kaum beriman.
Ya Allah,
cukupkan diriku dari semuanya, dan cukupkan diriku hanya padaMu jauhkan dari
selain DiriMu. Berikan kecukupan pada pengajar dari memikirkan anak-anak dan
keluarganya di rumah, agar rumahnya menjadi rumah hidangan pendidikan. Ya
Allah Engkau Tahu ucapan ini sesungguhnya telah mengalahkan diriku, maka
maafkanlah aku. Sudah cukup dan berhasil bagiku dariMu, berkaitan dengan soal
upah anak-anak, para pengikut, para penempuh jalan. Dan aku memohonMu agar
semua itu dimudahkan dengan hati yang indah dan batin yang bening.
Wahai
kaumku…Kalian menyangka kalau aku mengambil keuntungan darimu. Sungguh sama
sekali tidak. Aku mengambil keuntungan hanya dari Allah Azza wa-Jalla, bukan
darimu, bahkan dari Allah Azza wa-Jalla mengalir pada kalian karena
kebersamaanku dengan kalian, sepanjang aku mengenal kalian. Ketika aku keluar
dari kalian, aku memperlihatkan pada kalian, bahwa aku sedang membantah
orang-orang munafik, dan menjadi pengetahuan bagi orang-orang arif.
Aku tidak
menyerang orang-orang munafik kecuali dengan sikap tegas dan berani. Bukan
dengan pedang tajamku pada kalian. Aku juga tidak butuh makanan dari kalian.
Karena aku meraihnya dari selain kalian (Allah Azza wa-Jalla). Aku ada tugas,
setelah kalian keluar dari berguru padaku, dimana aku menjadi pemukanya.
Tidakkah kalian tahu wahai orang-orang yang melihat dengan mata hati, bahwa
lengan bajuku tersingsing, dan perutku terikat ketat?
Ada yang
bertanya, bila utusan Allah Azza wa-Jalla, Jibril Alaihis salaam untuk
para NabiNya. Lalu siapakah utusanNya untuk para wali-waliNya? Dijawab,
“Jibrillah utusanNya pada mereka tanpa perantara, melalui rahmatNya, kasih
sayangNya, ilhamNya, pandanganNya kepada hati mereka, pada batin mereka,
kelembutanNya pada mereka. Karena mereka memandangNya baik dalam sadar maupun
tidur melalui matahati mereka, dan kebeningan rahasia batin mereka serta
abadinya kesadaran mereka.
Wahai
kaumku…! Sesungguhnya yang membuatmu putus dari ma’rifat kepada Allah Azza
wa-Jalla dan mengenal para waliNya, semata karena kesenanganmu pada dunia,
ambisimu pada dunia, kecintaanmu pada berlomba menumpuk kekayaan. Ingatlah
kalian pada akhirat, tinggalkan dunia, dengan kemurahan yang bagus, penuh
kebajikan dan kedermawanan yang muncul dari sifat-sifatmu. Ya Allah, kami
hanyalah hambamu yang kecil, berikanlah kami keberkahan keduanya. Amin.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :