بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
TERJEMAH KITAB
RISALATUL-QUSYAIRIYYAH
PENJELASAN
TENTANG
“TAHAPAN-TAHAPAN (MAQAMAT) PARA PENEMPUH JALAN SUFI”
8.
KHAUF
Allah swt.
berfirman :
“Mereka menyeru
kepada Tuhan mereka dengan penuh rasa takut (khauf) dan harap.” (Qs. As-Sajdah
:16).
Diriwayatkan oleh
Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. telah bersabda :
“Tidak akan masuk
neraka, orang yang menangis karena takut kepada Allah swt, selama air susu
masih mengalir dari susu seorang Ibu. Dan debu dari jalan Allah tidak akan
pernah bercampur dengan asap api neraka pada batang hidung seorang hamba
selamanya.” (H.r. Ar-Rafu’y).
Anas r.a.
meriwayatkan, bahwa Rasulullah saw. bersabda : “Seandainya kamu semua tahu apa
yang kuketahui, niscaya kamu akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (H.r.
Bukhari dan Tirmidzi).
Saya katakan bahwa
takut (al-khauf) adalah masalah yang berkaitan dengan kejadian yang akan
datang, sebab seseorang hanya merasa takut jika apa yang dibenci tiba dan yang
dicintai sirna. Dan realita demikian hanya terjadi di masa depan. Apabila dalam
seketika timbul rasa takut, maka ketakutan itu tidak ada kaitannya. Takut
kepada Allah swt. berarti takut pada hukum-Nya, “Maka takutlah kepada-Ku, jika
kamu orang-orang yang beriman.” (Qs. Ali Imran :175). Dia juga berfirman :
“Maka hendaklah kepada-Ku saja kamu menyembah>” (Qs. An-Nahl :51). Juga
firman-Nya : ereka takut kepada Tuhan mereka yang berkuasa atas mereka.” (Qs.
An-Nahl:50).
Syeikh Abu Ali
ad-Daqqaq menjelaskan : Takut memliki berbagai tahapan. Yaitu, Khauf, khasyyah
dan haibah.”
Khauf merupakan
salah satu syarat iman dan hukum-hukumnya. Allah swt. berfirman : “Takutlah
kepada-Ku, jika kamu orang-orang yang beriman.” (Qs. Ali Imran :75). Sedangkan
Khasyyah adalah salah satu syarat pengetahuan, karena Allah swt. berfirman :
“Sesungguhnya yagn takut kepada Allahdi antara hamba-hamba-Nya hanyalah para
Ulama.” (Qs. Fathir :28). Sedangkan Haibah adalah salah satu syarat pengetahuan
ma’rifat, sebab Allah swt. berfirman : “Dan Allah memperingatkan kamu terhadap
diri (siksa)Nya.” (Qs. Ali Imran : 28).
Abu Hafs
menegaskan : “Takut adalah cambuk Allah swt. yang digunakan-Nya untuk menghukum
manusia yang berontak ke luar dari ambang pintu-Nya.”
Abul Qasim
al-Hakim mencatat : “Ada dua jenis takut, yaitu gentar (Rahbah) dan takut
(Khasyyah). Orang yang merasa gentar mencari perlindungan dengan cara lari
ketika takut, Tetapi orang yang merasa takut (khasyyah) akan berlindung kepada
Allah swt.”
Memang benar
kata-kata rahaba dan lari (haraba) memliki arti yang sama, sebagaimana halnya
kata menarik (jadzaba) dan jabadza. Jika seseorang melarikan diri (rahaba),
maka ia ditarik kepada hasratnya sendiri, seperti halnya para rahib (ruhban)
yang mengikuti hasrat nafsu mereka sendiri. Tetapi jika kendali mereka adalah
pengetahuan yang didasarkan pada kebenaran hukum, maka itu adalah takut
(khasyyah).
Abu Hafs berkata :
“Takut adalah pelita hati, dengan takut akan tampak baik dan buruk hati
seseorang.”
Syeikh Abu Ali
ad-Daqqaq berkomentar : “Takut adalah bahwa Anda berhenti mengemukakan dalih
dengan kata-kata “seandainya” (‘asaa) dan “mungkin sekali akan” (saufa).”
Abu Umar
ad-Dimasqi menegaskan : “Orang yang takut aalah yang takut akan dirinya
sendiri. Lebih takut dari rasa takutnya kepada setan.”
Ibnul Jalla’
berkata : “Manusia yang takut (kepada Allah swt) adalah yang dirinya merasa
aman dari hal-hal yang membuatnya takut.”
Ditanyakan kepada
Ibnu ‘Iyadh. “Mengapa kita tidak pernah melihat orang-orang yang takut?” Ia
menjawab : “Jika Anda termasuk orang-orang yang takut, niscaya Anda akan
melihat mereka, sebab hanya orang-orang yang takut saja yang melihat orang yang
takut.” Hanya Ibu yang kehilangan anaknya saja yang mau memandang kepada
ibu-ibu yang berkabung.”
Yahya bin Mu’adz
mengatakan : “Alangkah malangnya anak Adam. Seandainya ia takut pada neraka
sebesar rasa takutnya pada kemiskinan, niscaya ia akan masuk surga/.”
Syah al-Kiramny
berkata “Tanda takut adalah sedih yang terus menerus.”
Abul Qaim al-Hakim
berkata : “Orang yang takut kepada sesuatu akan lari darinya, tapi orang yang
takut kepada Allah swt. akan lari kepada-Nya.”
Dzun Nuun
al-Mishry – semoga Allah merahmatinya – ditanya, “Bilakah jalan takut menjadi
mudah bagi seorang hamba?” Ia menjawab : “Apabila ia mengibaratkan dirinya
dalam keadaan sakit dan menghindari dari segala sesuatu yang dikhaatirkan
justru akan menjadikan penyakit berkepanjangan.”
Mu’adz bin Jabal
r.a. menuturkan : “Seoang beriman tidak akan merasa tenteram, dan rasa takutnya
tidak dapat ditenangkan sampai ia melewati jembatan sirathal mustaqim di atas
neraka.”
Bisyr al-Hafi
berkomentar : “Takut kepada Allah swt. adalah raja yang hanya bersemayam di
dalam hati seorang yang saleh.”
Abu Utsman al-Hiry
mengatakan : “Kekurangan yang dihadapi oleh seorang yang takut adalah justru
dalam rasa takutnya.”
Al-Wasithy
mengatakan : “Takut adalah tabir antara Allah swt. dan hamba.” Pernyataan ini
mengandung kemusykilan, tetapi maknanya ialah bahwa seorang yang takut
menunggu-nunggu saat yang akan datang, sementara “anak-anak waktu kini” tidak
punya harapan akan masa depan. Sedag keutamaan orang saleh adalah dosa bagi
kaum yang dekat dengan Allah swt. (Muqarrabun).”
Ahmad an-Nury
menegaskan : “Seorang yang takut adalah orang yang lari dari
Tuhannya kepada Tuhannya.”
Salah seorang Sufi
berkata : “Tanda rasa takut adalah kebingungan dan menunggu-nunggu di pintu
gerbang kegaiban.”
Ketika al-Junayd
ditanya mengenai takut, ia menjawab : “Takut adalah datangnya deraan dalam setiap
hembusan nafas.”
Abu Sulaiman
ad-Darany mengatakan : “Manakala takut telah meninggalkan hati, maka binasalah ia.”
Abu Utsman berkata
: “Ketulusan dalam takut adalah wara’ lahir maupun batin.”
Dzun Nuun berkata
: “Manusia akan tetap berada di jalan selama tiakut tidak tercabut dari hati,
sebab jika takut telah hilang dari hati mereka, maka mereka akan tersesat.”
Hatim al-Asham
menjelaskan : “Setiap sesuatu ada perhiasannya, dan perhiasan ibadat adalah
takut. Tanda takut adalah membatasi keinginan.”
Seseorang
mengatakan kepada Bisyr al-Hafi : “Saya lihat Anda takut mati.” Bisyr al-Hafi
menjawab : “Datang ke hadirat Allah swt. adalah suatu perkara yang sangat
dahsyat.”
Saya mendengar
Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq bertutur : “Aku pergi mengunjungi Abu Bakr furak
ketika ia sakit. Ketika melihatku, air matanya amengalir bercucuran. Lalu aku
pun berkata kepadanya : “Semoga Allah mengembalikan kesehatanmu dan
menyembuhkanmu dari sakit.” Ia memprotes : “Anda pikir aku takut mati?
Sebaliknya aku takut akan apa yang ada di balik kematina.”
Diriwayatkan oleh
Aisyah r.a. (Aisyah putri Abu Bakr ash-Shiddiq r.a. (wafat 58 H/678 M.)
merupakan salah seorang wanita paling pandai di bidang agama. Beliau Istri
Rasulullah saw. dan paling dicintainya. Disamping itu beliau terbanyak
meriwayatkan hadits, dibanding istri-istri Rusalullah yang lain). Yang bertanya
: “Wahai Rasulullah, (sambil membaca ayat) ‘dan orang-orang yang memberikan
hartanaya dengan hati penuh rasa takut (karena mereka akan kembali kepada
Tuhannya)’ (Qs. Al-Mu’minun : 60-1), apakah mereka itu orang-orang yang pernah
mencuri dan berzina serta minum-minuman keras? Beliau menjawab : “Bukan, mereka
adalah orang-orang yang berpuasa dan shalat dan membayar zakat, namun takut
kalau-kalau semua amal mereka itu tidak diterima. ‘Mereka adalah orang-orang
yang bergegas pada kebajikan dan sangat berpacu (menuju kebajikan itu”’ (Qs.
Al-Mu’minun :60-1).”
Abdullah ibnul
Mubarak berkata : “Sesuatu yang menimbulkan rasa takut hingga bersemayam dalam
hati adalah mengabadikan muraqabah secara terus menerus, baik secara lahir
maupun batin.”
Ibrahim bin
Syaiban berkomentar : “Manakala takut menetap dalam hati, maka obyek nafsu akan
terbakar habis darinya dan hasrat atas dunia akan terusir,” Dikatakan : “Takut
adalah supramasi ilmu sesuai dengan hukum-hukum.”
Dikatakan : “Takut
adalah gerak kalbu dari keagungan Allah swt.”
Abu Sulaiman
ad-Darany menegaskan : “Seyogyanya kalbu tidak dikalahkan, kecuali oleh rasa
takut. Sesungguhnya apabila harapan telah melimpah dalam kalbu, musnahlah kalbu.”
Kemudian ia katakan : “Wahai Ahmad (muridnya), mereka naik melalui takut, dan
jika mereka mengabaikan, mereka akan jatuh.”
Al-Wasithy
menegaskan : “Takut (khauf) dan harap (raja’) adalah kendali bagi diri agar ia
tidak dibiarkan dengan kesia-siaan.” Ia pun berkata : “Jika Tuhan menguasai
wujud manusia yang paling dalam (sirr), maka harapan dan ketakutan tidak akan
tersisa lagi. Sebab takut dan harap itu sendiri merupakan akibat-akibat belaka
dari rasa indera hukum kemanusiaan.”
Al-Husain bin
Manshur berkata : “Barangsiapa takut akan sesuatu selain Allah swt. atau
berharap akan sesuatu selain Dia, maka semua pintu akan tertutup baginya dan
rasa takut akan mendominasinya, menabiri hatinya dengan tujuhpuluh tabir, yang
paling tipis diantaranya adalah keragguan. Yang membuatnya takut adalah
perenungannya atas akibat-akibat nanti dan ketakutannya jika perilakunya
berubah.”
Firman-Nya :
“Dan jelaslah bagi
mereka azan dari Allah yang belum pernah mereka perrkirakan.” (Qs. Az-Zumar
:47).
Alalh swt.
berfiman : “Katakanlah, Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang
orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia
perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka
berbuat sebaik-baiknya.” (Q.s. Al-Kahfi :103-4).
Maka, betapa banyak orang yang akan merasa senang dengan
keadaan mereka dan mereka diuji, sehingga perilakunya berbalik secara
antagonis. Ketika itulah muqarabah dengan perbuatan keji, dan hudhur menjadi
ghaib.
Saya sering mendengar Syeikh Abu Ali ad.-Daqqaq r.a.
mendendangkan syair :
Engkau duga hari-hari penuh kebaikan jika engkau baik
Tapi engkau tak pernah takut tentang takdir buruk yang
bakal tiba
Malam-malam hari memberikan ketentraman kepadamu
Hingga engkau tertipu olehnya,
Sesudah malam yang cerah datanglah kesedihan.
Saya mendengar Manshur bin Khalaf al-Maghriby, membacakan
sebuah kisah :
“Ada dua orang
yang saling menemani dalam menempuh cita-cita spiritual. Kemudian salah seorang
diantaranya pergi meninggalkan sahabatnya. Seiring perjalanan waktu yang cukup
lama, tidak terdengar lagi kabar berita mengenainya. Sahabat yang ditinggal
pergi itu kemudian ikut berperang bersama tentara Muslim memerangi balatentara
Romawi. Dalam pertempuran itu, seorang tentara musuh yang memakai baju besi menyerang
tentara Muslim dan menantang duel. Seorang ksatria Muslim maju ke depan dan
tentara musuh itu membunuhnya. Kemudian maju lagi seorang ksatria Muslim, dan ia
pun terbunuh. Kasatria Muslim yang ketiga maju ke depan, juga terbunuh. Kemudian
majulah Sang Sufi ke depana dan keduanya lalu terlibat dalam pertempuran.
Topeng yang menutupi wajah tentara Romawi itu terlepas, dan ternyata aia adalah
sahabat sang Sufi yang dulu telah menemaninya beribadah selama bertahun-tahun!
Maka berserulah san Sufi : Model apa ini?”
Musuhnya menjawab
: “Aku telah murtad dan menikah dengan sorang wanita dari kaum ini. Aku sudah
memiliki anak-anak dan harta kekayaan.”
Sang Sufi berteriak
: “Dan engkau adalah orang yang dahulu bisa membaca Al-Qur’an dengan berbagai
gaya bacaannya!.”
Ia menjawab :
“Satu huruf pun aku tidak ingat lagi dari padanya.”
Maka, sang Sufi
lalu berkata kepadanya : “Berhentilah dari sikap perilakumu itu,
bertobatlah!>”
Ia menjawab dengan
ketus : “Aku tidak mau, sebab aku telah memperoleh kemasyhuran dan kekayaan.
Tinggalkan saja diriku, atau aku akan melakukan atas dirimu sebagaimana yang
telah kulakukan terhadap ketiga orang temanmu!.”
Sang Sufi berkata
: “Ketahuilah, bahwa engkau telah membunuh tiga orang Muslim. Tidak ada malu
yang akan menimpamu jika kamu pergi saja dari sini. Karena itu, pergilah dan
aku akan memberimu tenggang waktu!.”
Maka, orang itu
pun mundur ke belakang dan berbalik. Sang Sufi mengikutinya dan membunuh dengan
pedangnya. Sungguh ironis, setelah menempuh perjuangan dan disiplin spiritual
yang cukup lama dan berat, orang itu akhirnya mati sebagai orang Nasrani!.”
Dikatakan :
“Ketika iblis tampail sebagaimana dirinya, Jibril dan Mikail – semoga
kesejahteraan dilimpahkan kepada mereka – tiba-tiba menangis cukup lama hinggal
Allah swt berfirman kepada mereka : “Wahai kalian berdua, mengapa menangis
sedemikian itu?” Mereka menjawab : “”Wahai Tuhan kami, kami tidak merasa aman
dari cobaan-Mu.” Allah swt. berfirman : “Nah, kalian berdua ternyata tidak bisa
aman dari cobaan-Ku.”
Riwayat dari Sary
as-Saqathy yang menjelaskan : “Aku melihat hidungku beberapa kali dalam sehari
dengan cara seperti ini, karena takut hidungku menghitam karena hukuman yang
kutakuti.”
Abu Hafs
menuturkan : “Selama empat puluh tahun aku benar-benar yakin bahwa Allah swt.
memandangku dengan murkan dan semua amal perbuatanku membuktikan hal itu.”
Hatim al-Asham
menegaskan : “Janganlah kamu tertipu oleh tempat-tempat yang saleh, sebab tidak
ada tempat yang lebih saleh daripada surga, dan pikirkanlah apa yang telah
menimpa Adam as. Di tempat yang begitu saleh! Jangan Jangan pula kamu tertipu
oleh banyaknya amal ibadat. Sebab, setelah iblis melakukan ibadat begitu lama,
ternyata ia harus mengalami nasibnya seperti itu. Juga, janganlah kamu tertipu
oleh banyaknya ilmu, sebab Bal’am pun mengetahui Nama Allah Yang Teragung
(Al-Ismul A’dzham), tapi lihatlah apa yag terjadi padanya? Jangan pula kamu
tertipu karena bertemu dengan seorang yang saleh, sebab tidak ada orang yang
takdirnya lebih agung daripada al-Musthafa Muhammad saw, sebab para kerabat dan
musuh-musuhnya tidak mengambil manfaat atas perjumpaan dengannya.”
Ketika bertemu
dengan sahabt-sahabtnya pada suatu hari, Ibnul Mubarak melaporkan : “Aku begitu
memberanikan diri kepada Allah swt. kemarin. Dan aku benar-benar meminta
surga.”
Dikatakan bahwa
Isa as. Sedang bepergian, dan bersamanya ada seorang saleh dari bani Israil.
Seorang yang terkenal karena kebobrokan akhlaknya, mengikuti mereka. Duduk agar
jauh dari mereka berdua, ia beseru kepada Allah swt. dengan penuh kerendahan
hati : “Wahai Tuhanku, ampunilah aku!” Sedang si orang saleh berdoa : Ya Allah,
bebaskan aku dari orang berdosa yang mengikuti aku ini, mulai besok pagi.” Maka
Allah swt. pun mewahyukan kepada Isa as. : “Aku telah menjawab doa keda orang
yang berdoa ini; telah Ku tolak doa orang yang saleh ini, dan telah Kuampuni
sipendosa ini.”
Dzun Nuun
al-Mishry menuturkan : “Aku bertanya kepada seorang yang alim : “Mengapa
orang-orang mengatakan Anda gila?” Ia menjawab : “Ketika Dia mengusirku dari
sisi-Nya untuk waktu yang lama, aku menjadi gila karena takut terpisahkan
dari-Nya di akhirat.”
Mengenai makna
ucapan ini, para Sufi membacakan bait-bait berikut ini :
Bahkan kalaupun
aku terbuat dari batu,
Niscaya aku akan
meleleh
Maka, bagaimana
satu makhluk
Yang terbuat dari
tanah
Akan menahannya?
Salah seorang Sufi
berkomentar : “Aku tidak pernah melihat seorang yang lebih besar harapannya di
tengah-tengah ummat ini, dan lebih takut berkenaan dengan dirinya sendiri
daripada Ibnu Sirin.”
Sufyan ats-Tsauri
jatuh sakit. Ketika alasan sakitnya diberitahukan kepada tabib, tabib itu
berkata : “Ini adalah orang yang hatinya telah tersobek karena rasa takut.”
Tabib itu datang dan memeriksa denyut nadinya, lalu berkata : “Aku tidak tahu
bahwa di kalangan orang beragama ada manusia yang seperti ini.”
Syibly ditanya :
“Mengapa matahari warnanya pucat ketika akan terbenam?” Ia menjawab : “Sebab
matahari telah tergelincir dari tempat kesempurnaan. Ia menjadi
kekuning-kuningan karena ketakutannya terhadap tahapannya sendiri. Bagi orang
yang beriman, saat menjelang keberangkatannya dari dunia ini telah dekat, warna
kulitnya akan menjadi pucat karena ia takut akan berdiri di hadapan Tuhannya.
Dan ketika matahari terbit, ia bersinar cemerlang. Sama halnya dengan seorang
beriman, ketika dibangkitkan dari kubur, ia muncul dengan wajah yang bersinar.”
Ahmad bin Hanbal
r.a. berkata : “Aku memohon kepada Tuhanku swt. agar membukakan pintu takut. Dia
membukakannya, dan aku pun lalu mengkhawatirkan kewarasan pikiranku. Karena itu
aku beroda : “Ya Allah, anugerahkan kepadaku rasa takut sebatas yang bisa
kumampui.” Kemudian ketenangan menghapus kekhawatiranku.”
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :