بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Bermajlislah dengan para arif Billah
PENGAJIAN Syeikh Abdul Qadir Al-Jilany - 10 Ramadhan tahun 545 H di Madrasahnya
Anak-anak sekalian: Dua langkah saja, anda sudah sampai di hadapanNya Azza wa-Jalla. Satu langkah melewati dunia, satu langkah melewati akhirat. Satu langkah melewati diri anda dan satu langkah melewati makhluk.
Tinggalkan alam lahir dan anda sudah sampai di alam batin. Bermula dari alam lahir dan berakhir alam batin, lalu sempurnakan kemandirian anda hanya di hadapan Allah Azza wa-Jalla. Darimu permulaan dan Allah Azza wa-Jalla akhirnya. Ambillah tali dan ikatlah. Duduklah di pintu amal, hingga ketika engkau berusaha, engkau sangat dekat dengan Sang Pemberi amal. Jangan duduk di atas ranjangmu dan di bawah selimutmu atau di balik pintu, lalu anda berusaha dan melakukan amaliah. Maka, dekatkan hatimu dengan dzikir dan ingatlah kepada Allah Azza wa-Jalla di hari Mahsyar. Renungkan apa yang terjadi di dalam kubur.
Tafakkur-lah bagaimana di hari Mahsyar nanti Allah Azza wa-Jalla menggelar semua manusia dan mengadili mereka di hadapanNya. Bila renungan ini terus berlangsung, maka kekerasan hati anda akan sirna, hati anda akan bersih. Karena bangunan yang menjulang akan kokoh dengan fondasi yang dalam. Bila tidak punya fondasi akan cepat robohnya. Bila anda membangun kondisi ruhanimu di atas aturan yang kokoh, maka tak seorangpun bisa merusaknya. Bila anda tidak membangun dengan cara demikian, kondisimu tidak akan kokoh, hingga anda tidak sampai pada suatu maqam ke maqam yang lain. Dan hati para shiddiqin pun akan marah dan berharap tidak melihatmu.
Hati-hati! Hai orang yang bodoh pada agama, engkau terhasut oleh permainan. Sungguh, jangan. Tak ada sedikitpun kemuliaan bagi sosokmu. Engkau telah membiarkan dirimu bicara pada orang lain tanpa keahlian pada dirimu. Padahal wacana itu boleh disampaikan hanya oleh orang-orang yang benar-benar sholeh. Padahal mereka ini malah membisu, kalau harus bicara yang begitu langka, cukup dengan isyarat.
Diantara mereka ini ada yang memang diperintahkan bicara. Lalu ia bicara pada publik dengan rasa segan. Setelah bicara dengan jelas, persoalannya jadi terbalik jika disandarkan pada hati dan kejernihan rahasia batinmu.
Karena itu Sayyidina Ali Karrromallah wajhah, ra, mengatakan, “Bila tirai dibuka pun, aku tidak bertambah yaqin.” Beliau berkata juga, “Aku tidak menyembah Tuhan yang aku tidak melihat.” Dalam kesempatan lain beliau berkata, “Qalbuku melihat Tuhanku.”
Hai orang-orang bodoh, bergaullah dengan para Ulama, berbaktilah pada mereka dan belajarlah dengan mereka. Ilmu itu diraih dari lisan para tokoh yang bermajlis dengan para Ulama dengan sikap adab yang baik dan tidak kontra dengannya, mencari faidah dari mereka agar kalian mendapatkan pengetahuan mereka, lalu berkah-berkahnya kembali pada anda, dan anda mendapatkan faedah yang banyak.
Bermajlislah dengan para arif Billah dengan cara diam, dan bermajlislah dengan orang zuhud dengan rasa senang dengan mereka.
Setiap saat sang arif lebih mendekat kepada Allah Azza wa-Jalla dibanding waktu sebelumnya. Setiap saat hatinya bertyambah khusyu’ pada Tuhannya Azza wa-Jalla, rasa hina-dinanya semakin tambah, Khusyu’ yang langsung dengan hati yang hadir, bukan dengan hati yang tidak tampak. Pertambahan khusyu’nya menurut kedekatannya pada Allah Azza wa-Jalla, begitu juga bertambah bisunya menurut bertambahnya musyahadahnya kepada Allah Azza wa-Jalla. Bahasa nafsunya membisu, watak dan hawa nafsunya diam, kebiasaan dan eksistensinya membisu. Sedangkan bahasa qalbunya, batinnya, maqom dan anugerah padanya senantiasa mengekspresikan nikmat dariNya. Karena itu ketika mereka bermajlis dengan orang arifin selalu diam agar meraih manfaat dan meminum dari sumber yang memancar dari hati arifin.
Siapa yang lebih banyak bergaul dengan kaum airifin Billah Azza wa-Jalla, ia akan mengenal dirinya senantiasa hina di hadapan Tuhannya Azza wa-Jalla. Karena itu disebutkan, “Siapa yang kenal dirinya maka ia kenal Tuhannya,“ karena diri adalah hijab antara hamba dengan Tuhannya.
Siapa yang mengenal dirinya akan tawadhu’ pada Allah Azza wa-Jalla, dan ketika mengenal makhluk ia hati-hati, ia lebih sibuk bersyukur kepada Allah Azza wa-Jalla dibanding sibuk mengenal makhluk. Ia tahu, bahwa tak akan mengenalkan dirinya pada makhluk melainkan demi suatu kebajikan dunia dan akhiratnya. Lahiriahnya sibuk bersyukur padaNya dan batinnya, penuh sibuk memujiNya. Lahiriyahnya berpisah tapi batinnya berpadu. Kegembiraan ada di batinnya, susah ada di lahirnya, semata untuk menutupi kondisi batinnya.
Orang arif itu berbeda dengan orang mukmin biasa. Jika susah di hatinya, maka wajahnya menampakkan kegembiraan. Ia tahu dan diam di PintuNya, ia tidak tahu apa yang bakal dikehendakiNYa padanya, apakah diterima atau ditolak? Apakah pintu akan dibuka atau terus terkunci? Siapa yang mengenal dirinya maka ia berbalik kondisinya dibanding orang mukmin biasa dalam segala tingkah lakunya. Orang mukmin memiliki hal yang terus berubah, sedangkan orang ‘arif memiliki maqom yang tetap dan teguh.
Orang mukmin biasa, senantiasa takut akan terjadinya perpindahan ruhaninya dan hilangnya imannya. Hatinya terus gelisah, dan wajahnya terus ceria, ia bicara dengan sunyum di wajah dengan hati yang gundah. Sedangkan orang arif dukanya ada di wajahnya, karena ia menjumpai makhluk sebagai sesuatu yang aneh, lalu ia memperingatkan mereka, memerintah dan melarang mereka, sebagai pengganti tugas Nabi saw.
Kaum Sufi mengamalkan apa yang mereka dengar, lalu mereka mendekatkan amal itu agar dekat kepada Allah Azza wa-Jalla, dimana mereka melakukan aktivitas amaliah hanya bagiNya, lalu mereka mendengar nasehat tanpa perantara dengan mendengarkan melalui hati mereka, disaat mereka tidur dan tiada menurut makhluk, namun sedang sadar dengan Sang Khaliq. Ia senantiasa berjalan dalam sunyi, sedangkan anda berjalan ketika sedang sibuk. Mereka senantiasa meraih menjadi limpahan Ilahi Azza wa-Jalla, dan aturannya sampai pada anda melalui rahasia batin, sedangkan rahasia batin mendikte qalbu, lalu qalbu mendikte nafsu yang muthmainnah, nafsu yang muthmainnah mendikte lisan, dan lisan mendikte makhluk.
Siapa pun yang bicara pada makhluk lain, mestinya seperti itu, jika tidak jangan bicara pada mereka. Kegilaan kaum sufi adalah meninggalkan kebiasaan watak dan tindakan emosional hawa nafsu, dan meninggalkan syahwat dan selera kesenangannya. Bukan berarti mereka selayaknya orang gila biasa, yang hilang akalnya.
Syeikh Hasan al-Bashry ra mengatakan, “Jika anda melihat mereka, anda pasti mengatakan kalau mereka ini gila. Dan sebaliknya jika mereka melihat kalian, pastilah mereka mengatakan, sedikitpun kalian tidak beriman pada Allah Azza wa-Jalla.”
Khalwatmu tidak benar. Karena khalwat itu kosongnya hati dari segala hal, kosong batinmu dari dunia, dari akhirat dan dari segala hal selain Allah Azza wa-Jalla. Itulah perjuangan serius para Nabi dan rasul, para Auliya’ dan orang-orang shaleh. Amar ma’ruf nahi mungkar lebih aku sukai ketimbang melihat 1000 orang yang beribadah dalam dalam bilik. Batasi nafsu dari pandangannya, dengan memejamkan nafsu, membatasi dan menolaknya, hingga pandangannya tidak menyebabkan kehancurannya, melainkan mengikuti hati dan rahasia batin (sirr), jangan sampai keluar dari hati dan sirr, berpadulah dengan keduanya, hingga tidak berpisah, menjalankan perintah keduanya dan menghindari larangan keduanya, sesuai pilihan keduanya (qalbu dan sirr), maka nafsu menjadi muthmainnah, lalu hanya mencari dan menuju Yang Satu. Bila nafsu sampai kondisi ruhani seperti itu, maka nafsu tidak meremehkan perjuangan dirinya.
Janganlah membantah apa yang ditindakkan Allah Azza wa-Jalla padamu dan pada yang lain, ingatlah firmanNya:
“Dia tidak ditanya apa yang dilakukan, namun merekalah yang dimintai pertanggungjawaban (atas apa yang dilakukan).” (Al-Anbiya’: 23)
Manakah anda mengikuti Allah Azza wa-Jalla? Bila anda tidak membajiki adabmu, maka anda bisa keluar dari dunia ini dengan hina. Bila anda memperbajiki adabmu, anda mandiri di hadapanNya, duduk dan mulia.
Pecinta Allah adalah tamu di sisiNya, dan tamu tidak memilih makanan, minuman dan pakaian yang disediakan tuan rumahnya dalam segala situasinya. Namun ia senantiasa terus menerus berdiam, sabar dan rela, maka jika tamu seperti itu katakan, “Bergembiralah, atas apa yang anda lihat dan jumpai.”
Siapa yang kenal Allah Azza wa-Jalla dunia dan akhirat serta segala selain Allah Azza wa-Jalla sirna dari hatinya. Maka ucapan anda wajib hanya bagi Allah Azza wa-Jalla, jika tidak diam lebih baik bagimu, agar hidupmu hanya bagi ketaatan pada Allah Azza wa-Jalla, jika tidak kematian lebih baik menjemputmu.
Ya Allah hidupkan kami untuk patuh padaMu, dan gelarlah kami bersama ahli taat padaMu. Amin.
2
Syeikh Abdul Qadir Al-Jilany, Selasa sore, 27 Ramadhan 545 H di Madrasahnya
“Setiap cobaan senantiasa menyertai kewalian, agar seseorang tidak gampang mengklaim.” Usaha dan cobaan senantiasa ada, apalagi dalam perspektif orang-orang yang mengaku-aku dirinya. Jika bukan karena adanya cobaan dan ikhtiar, pasti banyak orang yang mengaku jadi wali. Oleh sebab itu sebagian Sufi menegaskan, “Setiap cobaan senantiasa menyertai kewalian, agar seseorang tidak gampang mengklaim.”
Diantara tanda kewalian seseorang adalah kesabarannya menghadapi cobaan dari makhluk yang menyakitkan dan mampu melewatinya. Para wali itu tidak pernah mempedulikan haru biru makhluk, dan tuli dari ucapan-ucapan mereka. Harga dirinya sudah mereka serahkan pada mereka. Dalam hadits disebutkan:
“Cintamu pada sesuatu membuat dirimu buta dan tuli.” (Hr. Abu Dawud dan Imam Ahmad).
Cintailah Allah Azza wa-Jalla, butakan dan tulikan dirimu dari selain Dia Azza wa-Jalla. Mereka yang membuatakan dan menulikan diri dari makhluk itu senantiasa bertemu dengan makhluk disertai kalam yang indah, kasih sayang dan menata jiwa mereka. Kadang-kadang malah marah pada mereka karena takut pada kecemburuan Allah Azza wa-Jalla dan berselaras dengan MarahNya.
Mereka ini adalah para dokter, yang mengetahui bahwa setiap penyakit ada obatnya. Setiap dokter tidak mengobati semua penyakit dengan satu obat saja. Mereka mengobati penyakit hati dari titik pandang hati dan kedalaman batin mereka di hadapan Allah Azza wa-Jalla.
Seperti pada Ashabul Kahfi, dimana Jibril as, membalik situasi jiwa mereka. Dan mereka berada di Tangan Kekuasaan dan Kasih SayangNya, sedangkan kelembutan kasih telah membalik jiwa mereka. Tangan Cinta Kasih telah membalik hati mereka dan mentransformasikan dari situasi ke situasi dunia mereka untuk mencari kehidupan duniawi dan yang lain mencari kehidupan ukhrawi. Sedangkan Allah Azza wa-Jalla, Tuhan mereka, sama sekali tidak bakhil. Bila mereka dimintai harta dunianya, akan mereka berikan. Dan bila diminta pahala akhiratnya, juga mereka berikan. Harta dunia mereka, diberikan kepada fakir miskin, sedangkan pahala akhirat mereka, diberikan kepada orang yang terbatas dalam meraih pahala. Sesuatu yang baru (makhluk) diberikan pada yang baru pula. Mereka menyerahkan apa pun yang bersifat kulit, karena selain Allah Azza wa-Jalla adalah kulit. Sedangkan yang dicari mereka ini adalah isi dan taqarrub.
Sebagian sufi – semoga rahmat Allah padanya – mengatakan, “Tidak ada yang bisa tertawa di hadapan orang fasik kecuali orang yang ‘arif Billah.” Memang, karena dia memerintah dan melarang, bahkan menanggung beban deritanya. Tidak ada yang mampu melakukan ini kecuali orang-orang yang ma’rifat kepada Allah Azza wa-Jalla. Hal ini pun tidak mampu dilakukan oleh para ahli zuhud, para ahli ibadah dan para penempuh.
Bagaimana mereka tidak menyayangi ahli maksiat? Sedangkan ahl8i maksiat itu adalah wilayah bagi maqom taubat dan pengakuan dosa.
Sang ‘arif senantiasa berakhlak dari Akhlaq Allah Azza wa-Jalla. Ia senantiasa berjuang untuk membersihkan orang-orang maksiat dari pengaruh-pengaruh syetan dan hawa nafsu. Bila anda melihat seseorang, yang anaknya ditahan oleh orang kafir, pastilah orang tuanya berjuang membebaskannya. Begitu juga orang arif Billah. Semua manusia seperti anak-anaknya sendiri. Sang arif memberikan wejangan dengan bahasa hikmah, kemudian mengasihi mereka, karena sang arif diberi pengetahuan. Sehingga sang arif melihat Tindakan Allah Azza wa-Jalla pada mereka ini, yang memandang agar keluar dari ketentuan dan takdir, melalui intu hikmah dan pengetahuan. Namun ia tetap menyembunyikan dan merahasian itu.
Sang arif menasehati makhluk dengan kebijakan perintah dan larangan, bukan menasehati dengan pengetahuan rahasia. Allah swt, mengutus Rasul dan menurunkan Kitab, memperingatkan dan menyadarkan makhluk agar ada argumen bagi makhluk dan pengetahuan bagi mereka. Jangan masuk di “dalamnya” juga jangan menentangnya. Ulangi dan bergegas. Ada ketetapan ilmu di dalamnya yang membutuhkan aturan ganda bagimu dan bagi yang lain. Anda membutuhkan pengetahuan khusus. Bila seseorang mengamalkan ilmu dzohir, maka Rasulullah saw, menyuapinya dengan ilmu batin, sebagaimana induk burung menyuapi anaknya. Beliau melakukan itu agar dibenarkan dan diamalkan melalui ucapannya yang dzohir, yaitu syariatnya.
Manusia, bila telah benar, tidak ada lagi yang lebih benar dibanding kebenarannya, dan bila dekat tidak ada yang lebih dekat dibanding kedekatannya, bila bersih tidak ada yang lebih bersih dibanding dirinya.
Orang bodoh melihat dengan mata kepalanya, sedangkan orang pandai melihat dengan mata batin akalnya, sedangkan orang airf melihat dengan mata hatinya, begitu cemerlang bermutiarakan pengetahuan. Maka hendaknya makhluk teguh disana dengan totalitasnya, hingga tenggelam di dalamnya, sampai tak ada yang tersisa kecuali Allah Azza wa-Jalla. Maka disinilah seseorang berkata:
“Dialah Yang Maha Awal dan Maha Akhir, dan Maha Dzohir dan Maha Bathin.” (Al-Hadid 3)
Allah azza wa-Jalla menjadi perspektif awal, akhir, lahir dan batinnya, rupa dan maknanya, tak ada sesuatu pun di sisiNya. Maka disinilah cintanya mengabadi di dunia dan akhirat, berserasi dengan berbagai kondisi, hanya memilih ridhoNya, sedangkan amarah orang lain sama sekali tidak membuatnya bergeming, seperti dikatakan sebagian Sufi, ra: “Berserasilah dengan Allah azza wa-Jalla dalam bergaul dengan makhluk, dan jangan berserasi dengan makhluk ketika bersama Allah Azza wa-Jalla.”
Runtuhlah yang harus runtuh, kokohlah yang kokoh. Syetanmu, nafsumu dan geromobolan jahatmu adalah musuh-musuhmu. Hati-hati jangan sampai anda terjerumus di dalamnya. Belajarlah sampai anda tahu bagaimana melawan musush-musuhmu itu, hingga anda mengertyi bagaimana menyembah Tuhanmu Azza wa-Jalla. Karena orang bodoh itu ibadahnya tidak diterima.
Syeikh Abdul Qadir Al-JilanySelasa sore, 27 Ramadhan 545 H.di Madrasahnya
Setiap orang yang dalam hatinya ada iman akan mencintai orang yang beriman, dan setiap orang yang dalam hatinya munafik, ia akan membenci orang yang beriman.
Nabi saw, bersabda:
“Siapa yang menyembah Allah dengan kebodohannya, maka hal-hal yang bisa merusak ibadah lebih banyak dibanding hal-hal yang memperbagusinya.”
Orang bodoh itu ibadahnya tidak meraih apa pun, bahkan ia berada dalam kehancuran total dan kegelapan menyeluruh. Ilmu juga tidak akan berguna kecuali dengan mengamalkannya, dan beramal tidak berguna kecuali dengan keikhlasan. Setiap amal yang tanpa ikhlas, tidak bermanfaat dan tidak diterima . Namun jika anda berilmu namun tidak mengamalkan, ilmu itu akan menjadi argumentasi yang menohokmu. Dalam sabdanya, Nabi saw:
“Orang yang bodoh disiksa sekali, sedangkan orang berilmu disiksa tujuh kali.”
Orang bodoh disiksa, karena ia tidak mau belajar, dan orang berilomu disiksa karena ia tidak mau mengamalkan ilmunya. Belajarlah dan amalkanlah dan ajarkanlah. Semua itu akan berpadu selyuruh kebajikan bagimu.
Bila anda mendengarkan ilmu pengetahuan, dan anda mengamalkan, lalu anda mengajar, anda mendapat dua pahala: Pahala ilmu dan pahala belajar.
Dunia ini gelap. Cahayanya adalah ilmu. Siapa yang tidak berilmu ia akan tersesat di kegelapan, dan kehancurannya lebih banyak disbanding kebaikannya.
Wahai orang yang mengakui punya ilmu pengetahuan, janganlah anda meraihnya dari nafsumu, dari watakmu dan dari syetanmu, jangan pula mengambil dari kemampuan wujudmu, jangan mengambil dari kemampuan pamermu dan kemunafikanmu, karena zuhudmu hanya lahiriyah, batinmu ambisius. Jelas ini zuhud batil.
Anda menyiksa diri dan memperdayai Allah Azza wa-Jalla, sedangkan Dia Maha Tahu apa yang tersembunyi, apa yang tampak, apa yang ada di hatimu. Karena bagiNya tak ada yang tersembunyi maupun terang-terangan, tak ada tirai. Katakan: Sungguh celaka! Sungguh hina, sungguh malu!Bagaimana tidak? Allah Azza wa-Jalla melihat pafdaku siang dan malam, bagaimana aku tidak malu dengan pandanganNya.
Bertobatlah dari penyimpanganmu padaNya dan mendekatlah padaNya, dengan menjalankan fardhu dan menjauhi laranganNya. Tinggalkan dosa lahir dan dosa batin. Lakukan kebaikan yang jelas. Dengan begitu anda sampai di pintuNya, mendekatiNya, dan Dioa mencintaiNya dan membuat makhluk mencintaimu. Semula mencintaimu, kemudian memindahkan cinta itu pada makhluknya hingga mereka mencintaimu.
Bila Allah dan malaikatNya mencintaimu, para makhluk akan mencintaimu, kecuali orang kafir dan orang munafik. Karena mereka tidak berselaras dengan Allah Azza wa-Jalla dalam cintamu.
Setiap orang yang dalam hatinya ada iman akan mencintai orang yang beriman, dan setiap orang yang dalam hatinya munafik, ia akan membenci orang yang beriman. Karena itu tidak usah dipikir dengan kebencian orang kafir padamu, kebgencian orang munafik dan syetan-syetan. Iblis-iblis munafik dan kafir adalah syetan-syetan bersosok manusia.
Manusia beriman yang yaqin kepada Allah Azza wa-Jalla yang arif kepada Allah, senantiasa hatinya dan rahasia batinnya menyendiri bersama Allah swt, hingga pada tahap dimana manfaat dan derita tidak mempengaruhinya, karena ia berada dalam tarikan Allah Azza wa-Jalla, karena tidak ada daya dan kekuatan yang tersisa dalam dirinya.
Bila bisa benar demikian, kebaikan datang dari segala penjuru. Janganlah anda mendatangi kaum yang hanya mengaku-aku, berkhalwat dan berangan-angan. Karena mereka ini tidak bisa jadi pedoman.
Anda pun tidak bisa bisa jadi pegangan sepanjang anda belum merasa putus dari rasa sebab akibat dunia, hingga anda bosan dan putyus dari langkah ke pintu-pintu manusia. Bahkan tak bisa jadi pegangan sampai anda memalingkan hati anda, akal anda dan wajah anda dari manusia, menuju sang Khaliq, hingga lahiriyahmu berada di tengah makhluk dan wajah pandangan hatimu kepada Sang Khaliq Azza wa-Jalla. Lahir dan sososkmu pada makhluk, tetapi batin dan hakikatmu kepada Sang Khaliq Azza wa-Jalla. Saat itulah hatimu seperti hati para malaikat dan para Nabi, karena hatimu makan dari makanan mereka, minum dari minuman mereka. Inilah masalah yang berkaitan dengan hati dan rahasia hati serta makna-makna hakiki, bukan pada formalitas rupa.
Ya Allah, bagusi hati kami, pakaikan kebagusan itu pada rahasia batin kami, dan jernihkan akal kami, antara kami dan DiriMu dibalik akal-akal para makhluk dan akal kami.
Wahai orang-orang yahdir dan wahai mereka yang tidak hadir di sini. Kalian semua melihat hari kiamat sangat heran. Aku menganalisa orang munafik, bagaimana dengan orang-orang yang beriman.
Ya Allah tolonglah aku dari semuanya, dan cukupkan padaku dari selain diriMu. Cukupkanlah para pengajar dari problema anak dan rumah-rumah mereka. Jadikan rumah-rumahnya adalah rumah pendidikan. Ya Allah, Engkau Tahu kalimat-kalimat ini mengalahkan diriku, upahku sudah tuntas, dan kudapatkan dariMu upah anak-anak, pengikut dan Jalan-jalan menujuMu, dan aku mohon padaMu agar semuanya mudah dengan kebaikan hatiku dan kejernihan batinku.
Wahai kaumku….Kalian semua menyangka kalau aku punya kepentingan darimu, dank au melihat kalian, tidak sama sekali dan tak sedikit pun ada kemuliaan. Aku hanya mengambil dari Allah Azza wa-Jalla, bukan dari kalian, bahkan yang kuambil mengalir pada kalian, hanya karena aku bersamamu sepanjang kau mengenalmu. Bila aku keluar dari kalian, aku mengenalkan padamu bahwa akulah penyangkal kaum munafiq, dan pengkritisi kaum arifin. Aku tidak memukul kaum munafiq kecuali dengan menenggelamkannya, bukan dengan senjata yang digantungkan. Aku makan setelah kalian semua kenyang, dan aku menddapatkannya bukan dari diri kalian. Aku ada kelompok setelah kalian keluar dar sahabat-sahabatku, aku pemukanya dan aku melayaninya. Lihatlah wahai orang yang punya matahati. Saya selalu menyingsingkan lengan baju dan mengetatkan ikat pinggang.
Ada yang bertanya, lalu utusan Allah Azza wa-Jalla, Jibril Alaihissalam berkata kepada para Nabi, dan dari rasulNya disampaikan kepada para waliNya, lalu berkata: Dia adalah RasulNya kepada mereka tanpa perantara melalui rahmat dan kasih sayangNya, anugerah, ilham dan pandanganNya pada hati mereka serta rahasia mereka. Dia menganugerahi kasih sayang atas mereka, mereka melihatnya, baik dalam kondisi jaga maupun tidur dengan mata hati mereka, dengan kebeningan rahasia batin mereka dan langgengnya keterjagaan batin mereka.
Wahai kaumku, bahwa kalian terputus dari ma’rifatullah dan tidak bisa mengenal wali-waliNya semata karena cinta dan ambisi kalian pada dunia, cinta berlomba-lomba dunia. Ingatlah kalian pada akhirat, tinggalkan dunia dan sifat-sifat duniawi kalian dengan kedermawanan yang baik . Ya Tuhan, kami hanyalah hambaMu yang kecil, berikanlah kami sepercik kebajikan dan kedermawanan. Amin.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :