بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Hikmah 70-72
TAMAK AKAN MELAHIRKAN KEHINAAN
٭ ماَ
سَبَقتْ اَغْصاَنَ ذ ُلِّ ِاِلاَّ على بِذْرِ طَمَعٍ ٭
70. "Tidak akan berkembang biak berbagai cabang kehinaan itu,
kecuali di atas bibit tamak [kerakusan]."
Sifat
tamak bagian dari besarnya aib yang mencela sifat kehambaan,
Sifat tamak [rakus] itu adalah bibit dari
segala macam kehinaan dan kerendahan.
Sifat
tamak [rakus] itu adalah sumberdari segala penyakit hati,karena tamak itu hanya
bergantung pada manusia,minta tolong pada manusia, bersandar pada manusia,
mengabdi pada manusia, yang demikian itu temasuk kehinaan, sebab ragu-ragu
dengan taqdirnya Alloh.
Abu
Bakar al-Warroq al-Hakim berkata: "Andaikata sifat tamak itu dapat
ditanya, 'Siapakah ayahmu?' Pasti jawabnya, 'Ragu terhadap takdir Alloh'. Dan
bila ditanya, 'Apakah pekerjaanmu?' Jawabnya, 'Merendahkan diri'. Dan bila
ditanya, 'Apakah tujuanmu?' Jawabnya, 'Tidak dapat apa-apa."
Suatu hikayat mengatakan: "Ketika Ali bin
Abi Tholib Karomalloh wajhah, baru masuk ke masjid Jami' di Basrah, didapatinya
banyak orang yang memberi ceramah didalamnya. Maka ia menguji mereka dengan
beberapa pertanyaan dan yang ternyata tidak dapat menjawab dengan tepat, maka mereka di usir dan tidak diizinkan
memberi ceramah di masjid itu, dan ketika sampai ke majelis Hasan al-Basri, ia
bertanya, 'Wahai para pemuda! Aku akan bertanya kepadamu sesuatu hal, jika
engkau dapat menjawab, aku izinkan engkau terus mengajar di sini, tetapi jika
engkau tidak dapat menjawab, aku usir engkau sebagaimana teman-temanmu yang
lain, telah aku usir itu'.
Jawab Hasan al-Basri, 'Tanyakan sekehendakmu'.
Sayyidina Ali bertanya, 'Apakah yang
mengokohkan agama?'
Jawab Hasan, 'Waro' [menjaga diri sendiri
untuk menjauhi segala yang bersifat syubhat dan haram].
Lalu Sayyidina Ali bertanya lagi, 'Apakah yang
dapat merusak agama?'
Jawab Hasan, 'Tamak [rakus]'.
Imam Ali berkata kepadanya, 'Engkau boleh
tetap mengajar di sini, orang seperti engkaulah yang dapat memberi ceramah
kepada publik'."
Seorang guru berkata: "Dahulu ketika
dalam permulaan bidayahku di Iskandariyah, pada suatu hari ketika aku akan
membeli suatu keperluan dari seorang yang mengenal aku, timbul dalam perasaan
hatiku; mungkin ia tidak akan menerima uangku ini, tiba-tiba terdengar suara
yang berbunyi, 'Keselamatan dalam agama hanya dalam memutuskan harapan dari
sesama makhluk'." Waro' dalam agama itu menunjukkan adanya keyakinan dan
sempurnanya bersandar diri kepada Alloh. Waro' yaitu jika sudah merasa tiada
hubungan antara dia dengan makhluk, baik dalam pemberian, penerimaan atau
penolakan, dan semua itu hanya terlihat langsung dari Alloh Ta'ala.
Sahl bin Abdullah berkata: "Di dalam iman
tidak ada pandangan sebab perantara, karena itu hanya dalam Islam sebelum
mencapai iman."
Semua hamba pasti akan makan rezeki-Nya, hanya
berbeda-beda, ada yang makan dengan kehinaan, yaitu peminta-minta. Ada yang
makan rezeki-Nya dengan bekerja keras, yaitu para buruh, ada yang makan
rezeki-Nya dengan cara menunggu, yaitu para pedagang yang menunggu sampai
adanya membeli barang-barangnya. Adapun yang makan rezeki-Nya dengan rasa
mulia, yaitu orang sufi yang merasa tidak ada perantara dengan Tuhan.
٭ماَ
قاَدَكَ شىءٌ مثـل الوَهْمِ ٭
71. "Tiada sesuatu yang dapat menuntun/memimpin engkau (pada
kehinaan)seperti angan-angan [bayangan yang kosong]."
Wahm: Ialah tiap-tiap angan-angan terhadap
sesuatu selain dari Alloh, yang berarti angan-angan yang tidak mungkin terjadi. Dan biasanya nafsu itu lebih tunduk pada
wahm/ angan-angan, dari pada pada akalnya. Sebagai contoh: manusia itu biasanya lari apabila melihat
ular, karena dia berangan-angan ular itu akan menggigit dirinya. Apabila
dia(nafsunya) tunduk pada akalnya, tentu dia tidak lari. Karena apa-apa yang
sudah ditentukan Alloh pasti wujud, dan sebaliknya.
Ingatlah tidak ada orang yang bisa selamat
dari sifat tamak,kecuali orang yang khusus yaitu orang-orang yang ahli Qona’ah
dan berserah diri pada Alloh, yang hatinya sama sekali tidak bergantung pada
makhluk(manusia).
٭ أنْتَ
حُرُّمِمَّا اَنتَ عَنْهُ أيِسٌ وَعَبْد ٌ لمَا اَنتَ لهُ طاَمعُ ٭
72. "Engkau bebas merdeka dari segala sesuatu yang tidak engkau
butuhkan, dan engkau tetap menjadi hamba kepada apa yang engkau inginkan."
Hikmah
ini menunjukkan hinanya tamak, dan baiknya Qona’ah.
Andaikan tidak ada keinginan-keinginan yang
palsu dan sifat tamak, pasti orang akan bebas merdeka tidak akan diperbudak
oleh sesuatu yang tidak berharga.
العبد
حرّماقنع ٭ والحرُّعبد ٌماطمع
Budak itu merdeka/bebas
selagi dia menerima pembagian dari Alloh(Qona’ah) *orang merdeka itu menjadi
budak selagi dia tamak.
Qona’ah yaitu: tenangnya hati karena tidak
adanya sesuatu yang sudah biasa ada. Dan qona’ah itu awal dari pada sifat
zuhud.
Suatu hikayat:
Burung elang [rajawali] yang terbang tinggi di
angkasa raya, sulit orang akan dapat menangkapnya, tetapi ia melihat sepotong
daging yang tergantung pada perangkap, maka ia turun dari angkasa oleh karena
sifat tamaknya [rakusnya], maka terjebaklah ia dari perangkap itu sehingga ia
menjadi permainan anak-anak kecil.
Fateh al-Maushily ketika ditanya tentang
ibarat orang yang menurutkan nafsu syahwat dan sifat tamaknya [rakusnya],
sedang tidak jauh dari tempat itu ada dua anak sedang makan roti, yang satu
hanya makan roti, sedang yang kedua makan roti dengan keju, lalu yang makan
roti ingin yang keju, maka ia berkata kepada temannya:
“Berilah kepadaku keju.” Jawab temannya: “Jika
engkau suka jadi anjingku, aku beri keju”.
Jawab anak yang meminta: ‘Baiklah’.
Maka diikatlah lehernya dengan tali sebagai
anjing dan dituntun.
Berkata Fateh kepada orang yang bertanya: “Andaikata
anak itu tidak tamak [rakus] pada keju, niscaya ia tidak menjadi anjing”.
suatu kejadian, ada seorang murid didatangi
oleh gurunya, maka ia ingin menjamu gurunya, maka ia keluarkan roti tanpa lauk
pauk, dan tergerak dalam hati si murid sekiranya ada lauk pauknya tentu lebih
sempurna. Dan setelah selesai sang guru makan apa yang dihidangkan itu,
berdirilah sang guru dan mengajak si murid keluar tiba-tiba ia dibawa ke
penjara untuk ditunjukkan berbagai macam orang yang dihukum, baik yang dirajam
atau dipotong tangannya dan lain-lain, lalu berkatalah sang guru kepada
muridnya:
Semua orang-orang yang engkau lihat itu, yaitu
orang yang tidak sabar makan roti saja tanpa lauk pauk.
Ada seorang yang baru dikeluarkan dari
penjara, yang masih terikat kakinya dengan rantai ia meminta-minta sepotong
roti kepada seseorang, maka berkatalah orang tempatnya meminta:
Andaikata sejak dulu engkau mau menerima
sepotong roti, maka tidak akan terikat kakimu itu.
Dalam hikayat lain dikisahkan:
Ada seseorang melihat seorang hakim sedang
makan buah yang jatuh ke sungai, maka orang itu berkata, 'Wahai bapak hakim,
sekiranya engkau mau bekerja pada Baginda Raja tentu engkau tidak sampai makan
buah yang jatuh ke dalam sungai.
Lalu dijawab oleh sang hakim:
Andaikan engkau suka menerima makanan ini,
tidak perlu menjadi budaknya Raja.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :