بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
TERJEMAH KITAB
RISALATUL-QUSYAIRIYYAH
Karya:
As-Syeikh Al-Imam Abul
Qasim Abdul Karim Hawazin Al Qusyairi An Naisaburi
BAB 2.
TERMINOLOGI TASAWUF
(Istilah kata-kata
dalam bahasa tasawuf)
25.
NAFSU
Nafsu syai’ dalam bahasa Arab adalah
wujud sesuatu (jati diri). Sedangkan menurut kaum Sufi, “Ucapan
kata nafs bukan dimaksudkan sebagai wujud, acuan masalah.” Yang
mereka maksudkan dangan nafs adalah sesuatu yang tercela dalam sifat-sifat
hamba, akhlak dan perbuatannya.
Perilaku tercela dari sifat-sifat hamba
tebagi menjadi dua : Pertama, bersifat upaya dari hamba, seperti perbuatan
maksiat dan pengingkaran terhadap perintah dan larangan. Kedua, budi
pekertinya yang buruk dalam dirinya yang tercela. Maka terapi dan penyembuhannya
pada diri hamba adalah berjuang melawan kehinaan perilaku tersebut yang telah
menjadi kebiasaan sehari-hari.
Pada sifat yang pertama, termasuk
hukum-hukum nafsu adalah hal-hal yang dilarang setara dengan keharaman atau
larangan yang besifat dibenci. Sedangkan pada sifat kedua, berupa keburukan dan
kehinaan akhlak. Inilah batasan globalnya. Kemudian rinciannya, seperti
takabur, amarah, dendam, dengki, buruk akhlak, sedikit bersyukur, dan yang
lainnya. Yang tergolong akhlak tercela.
Hukum nafsu terburuk adalah berupa
khayalan bahwa sesuatu perbuatan yang muncul dari nafsu dianggap baik. Atau
perbuatan nafsu itu sebagai bagian takdir. Karena itulah perbuatan nafsu
seperti itu tergolong syirik khafy atau syirik yang samar. Karena
itu, terapi akhlak dalam menyingkirkan nafsu lebih penting daripada
berlapar-lapar, haus atau berjaga (tanpa tidur) dan sebagainya yang mengandung
unsur penyusutan kekuatan fisik. Walaupun cara seperti itu juga termasuk
meninggalkan kesenangan nafsu.
Nafsu itu sendir merupakan nuansa
lembut yang ada dalam hati, sebagai tempat akhlak yang tercela. Sebagaimana ruh
yang merupakan nuansa lembut dalam hati, namun sebagai tempat akhlak terpuji.
Dalam gambaran yang umum, masing-masing saling meundukkan. Semuanya, merupakan
bagian dari kesatuan manusia. Eksistensi ruh dan nafsu tergolong wadag lembut
dalam rupa, sebagaimana eksistensi malaikat dan setan, dengan sifat-sifat
kelembutan.
Seperti benarnya mata sebagai tempat
memnadang, telinga sebagai tempat mendengar, hidung sebagai tempat penciuman,
mulut sebagai tempat rasa, maka, begitu pun orang yang mendengar, yang melihat,
yang mencium dan yang merasakan, semuanya termasuk dalam bagan manusia. Demikian
pula, tempat sifat-sifat yang terpuji, tempatnya adalah hati dan ruh. Sedangkan
sifat-sifat tercela tempatnya adalah nafsu. Nafsu sendiri sebagai bagian dari
keseluruhan tersebut, begitu pula hati, hukum dan nama, kembali pada
keseluruhan kesatuan sosok manusia.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :