بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
KH ABDULLAH SALAM
Wali yang Penuh Karamah
Kewalian
Mbah Dullah, KH Abdullah Salam dari Kajen Pati, diakui justru karena sepanjang
hidupnya, ia berusaha melaksanakan ajaran dan keteladanan pemimpin agungnya,
Muhammad SAW. Terutama dalam sikap, perilaku, dan kegiatan-kegiatannya; baik
yang berhubungan dengan Allah maupun dengan sesama hambaNya.
Berperawakan gagah. Hidung mancung. Mata menyorot tajam. Kumis dan jenggotnya
yang putih perak, menambah wibawanya. Hampir selalu tampil dengan pakaian
putih-putih bersih, menyempurnakan kebersihan raut mukanya yang sedap
dipandang.
Melihat penampilan dan rumahnya yang tidak lebih baik dari gotakan tempat
tinggal santri-santrinya, mungkin orang akan menganggapnya miskin; atau minimal
tidak kaya. Tapi tengoklah; setiap minggu sekali pengajiannya diikuti oleh
ribuan orang dari berbagai penjuru dan semuanya disuguhi makan.
Selain pengajian-pengajian itu, setiap hari ia menerima tamu dari berbagai
kalangan yang rata-rata membawa masalah untuk dimintakan pemecahannya. Mulai dari
persoalan keluarga, ekonomi, hingga yang berkaitan dengan politik. Bahkan
pedagang akik dan minyak pun beliau terima dan beliau ‘beri berkah’ dengan
membeli dagangan mereka.
Ketika ia masih menjadi pengurus (Syuriyah) NU, aktifnya melebihi yang muda-muda.
KH Abdullah Salam tidak pernah absen menghadiri musyawarah semacam Bahtsul
masaail, pembahasan masalah-masalah yang berkaitan dengan agama, yang
diselenggarakan wilayah maupun cabang. Pada saat pembukaan muktamar ke 28 di
Situbondo, panitia memintanya –atas usul kiai Syahid Kemadu—untuk membuka
Muktamar dengan memimpin membaca Fatihah 41 kali. Dan ia jalan kaki dari tempat
parkir yang begitu jauh ke tempat sidang, semata-mata agar tidak menyusahkan
panitia.
Semasa kondisi tubuh nya masih kuat, ia juga melayani undangan dari berbagai
daerah untuk memimpin khataman Quran, menikahkan orang, memimpin doa, dsb.
Ketika kondisi nya sudah tidak begitu kuat, orang-orang pun menyelenggarakan
acaranya di rumahnya. Mbah Dullah, begitu orang memanggil kiai sepuh haamilul
Qur’an ini, meskipun sangat disegani dan dihormati termasuk oleh kalangan ulama
sendiri, ia termasuk kiai yang menyukai musyawarah.
Ia bersedia mendengarkan bahkan tak segan-segan meminta pendapat orang,
termasuk dari kalangan yang lebih muda. Ia rela meminjamkan telinganya hingga
untuk sekedar menampung pembicaraan-pembicaraan sepele orang awam. Ini adalah
bagian dari sifat tawaduk dan kedermawanannya yang sudah diketahui banyak
orang.
Tawadu atau rendah hati dan kedermawanan adalah sikap yang hanya bisa dijalani
oleh mereka yang kuat lahir batin, seperti Mbah Dullah. Mereka yang mempunyai
(sedikit) kelebihan, jarang yang mampu melakukannya. Mempunyai sedikit
kelebihan, apakah itu berupa kekuatan, kekuasaan, kekayaan, atau ilmu
pengetahuan, biasanya membuat orang cenderung arogan atau minimal tak mau
direndahkan.
Rendah hati berbeda dengan rendah diri. Berbeda dengan rendah hati yang muncul
dari pribadi yang kuat, rendah diri muncul dari kelemahan. Mbah Dullah adalah
pribadi yang kuat dan gagah luar dalam. Kekuatannya ditopang oleh kekayaan
lahir dan terutama batin. Itu sebabnya, disamping dermawan dan suka memberi,
Mbah Dullah termasuk salah satu –kalau tidak malah satu-satunya – kiai yang
tidak mudah menerima bantuan atau pemberian orang, apalagi sampai meminta.
Pantangan. Seolah-olah beliau memang tidak membutuhkan apa-apa dari orang lain.
Bukankah ini yang namanya kaya?
Ya, mbah Dullah adalah tokoh yang mulai langka di zaman ini. Tokoh yang
hidupnya seolah-olah diwakafkan untuk masyarakat. Bukan saja karena ia punya
pesantren dan madrasah yang sangat berkualitas; lebih dari itu sepanjang
hidupnya, mbah Dullah tidak berhenti melayani umat secara langsung maupun
melalui organisasi (Nahdlatul Ulama).
Mungkin banyak orang yang melayani umat, melalui organanisi atau langsung;
tetapi yang dalam hal itu, tidak mengharap dan tidak mendapat imbalan
sebagaimana mbah Dullah, saya rasa sangat langka saat ini. Melayani bagi mbah
Dullah adalah bagian dari memberi. Dan memberi seolah merupakan kewajiban bagi
beliau, sebagaimana meminta –bahkan sekedar menerima imbalan jasa-- merupakan
salah satu pantangan utama.
Ia tidak hanya memberikan waktunya untuk santri-santrinya, tapi juga untuk
orang-orang awam. Beliau mempunyai pengajian umum rutin untuk kaum pria dan
untuk kaum perempuan yang beliau sebut dengan tawadluk sebagai ‘belajar
bersana’. Mereka yang mengaji tidak hanya beliau beri ilmu dan hikmah, tapi
juga makan setelah mengaji.
Pernah ada seorang kaya yang ikut mengaji, berbisik-bisik: “Orang sekian banyaknya
yang mengaji kok dikasi makan semua, kan kasihan kiai.” Dan orang ini pun
sehabis mengaji menyalami mbah Dullah dengan salam tempel, bersalaman dengan
menyelipkan uang. Spontan mbah Dullah minta untuk diumumkan, agar jamaah yang
mengaji tidak usah bersalaman dengannya sehabis mengaji. “Cukup bersalaman
dalam hati saja!” katanya.
Konon orang kaya itu kemudian diajak Mbah Dullah ke rumahnya yang sederhana dan
diperlihatkan tumpukan karung beras yang nyaris menyentuh atap rumah,
“Lihatlah, saya ini kaya!” kata mbah Dullah kepada tamunya itu.
Memang hanya hamba yang fakir ilaLlah-lah, seperti mbah Dullah, yang
sebenar-benar kaya.
Kisah lain; pernah suatu hari datang menghadap Mbah Dullah, seseorang dari luar
daerah dengan membawa segepok uang ratusan ribu. Uang itu disodorkan kepada
Mbah Dullah sambil berkata: “Terimalah ini, mbah, sedekah kami ala kadarnya.”
“Di tempat Sampeyan apa sudah tak ada lagi orang faqir?” tanya mbah Dullah
tanpa sedikit pun melihat tumpukan uang yang disodorkan tamunya, “kok Sampeyan
repot-repot membawa sedekah kemari?”
“Orang-orang faqir di tempat saya sudah kebagian semua, mbah; semua sudah saya
beri.”
“Apa Sampeyan menganggap saya ini orang faqir?” tanya mbah Dullah.
“Ya enggak, mbah …” jawab si tamu terbata-bata.
Belum lagi selesai bicaranya, mbah Dullah sudah menukas dengan suara penuh
wibawa: “Kalau begitu, Sampeyan bawa kembali uang Sampeyan. Berikan kepada
orang faqir yang memerlukannya!”
Kisah di atas yang beredar tentang ‘sikap kaya’ mbah Dullah semacam itu sangat
banyak dan masyhur di kalangan masyarakat daerahnya.
Mbah Dullah ‘memiliki’, di samping pesantren, madrasah yang didirikan bersama
rekan-rekannya para kiai setempat. Madrasah ini sangat terkenal dan
berpengaruh; termasuk –kalau tidak satu-satunya— madrasah yang benar-benar
mandiri dengan pengertian yang sesungguhnya dalam segala hal.
32 tahun pemerintah orde baru tak mampu menyentuhkan bantuan apa pun ke
madrasah ini. Orientasi keilmuan madrasah ini pun tak tergoyahkan hingga kini.
Mereka yang akan sekolah dengan niat mencari ijazah atau
kepentingan-kepentingan di luar ‘menghilangkan kebodohan’, jangan coba-coba
memasuki madrasah ini.
Ini bukan berarti madrasahnya itu tidak menerima pembaruan dan melawan
perkembangan zaman. Sama sekali. Seperti umumnya ulama pesantren, beliau
berpegang kepada ‘Al-Muhaafadhatu
‘alal qadiimis shaalih wal akhdzu bil jadiidil ashlah’, “
Memelihara yang lama yang relevan dan mengambil yang baru yang lebih relevan”.
Hal ini bisa dilihat dari kurikulum, sylabus, dan matapelajaran-matapelajaran
yang diajarkan yang disesuaikan dengan kebutuhan zaman.
Singkat kata, sebagai madrasah tempat belajar, madrasah mbah Dullah mungkin
sama saja dengan yang lain. Yang membedakan ialah karakternya.
Agaknya mbah Dullah –rahimahullah
— melalui teladan dan sentuhannya kepada pesantren dan madrasahnya,
ingin mencetak manusia-manusia yang kuat ‘dari dalam’; yang gagah ‘dari dalam’;
yang kaya ‘dari dalam’; sebagaimana ia sendiri. Manusia yang berani berdiri
sendiri sebagai khalifah dan hanya tunduk menyerah sebagai hamba kepada Allah
SWT.
Bila benar; inilah perjuang yang luar biasa berat. Betapa tidak? Kecenderungan
manusia di akhir zaman ini justru kebalikan dari yang mungkin menjadi obsesi
mbah Dullah. Manusia masa kini justru seperti cenderung ingin menjadi orang
kuat ‘dari luar’; gagah ‘dari luar’; kaya ‘dari luar’, meski terus miskin di
dalam.
Orang menganggap dirinya kuat bila memiliki sarana-sarana dan orang-orang di
luar dirinya yang memperkuat; meski bila dilucuti dari semua itu menjadi lebih
lemah dari makhluk yang paling lemah. Orang menganggap dirinya gagah bila
mengenakan baju gagah; meski bila ditelanjangi tak lebih dari kucing kurap.
Orang menganggap dirinya kaya karena merasa memiliki harta berlimpah; meski
setiap saat terus merasa kekurangan.
Sayang sekali jarang orang yang dapat menangkap kelebihan mbah Dullah yang
langka itu. Bahkan yang banyak justru mereka yang menganggap dan memujanya
sebagai wali yang memiliki keistimewaan khariqul ‘aadah. Dapat melihat hal-hal
yang ghaib; dapat bicara dengan orang-orang yang sudah meninggal; dapat
menyembuhkan segala penyakit; dsb. dst. Lalu karenanya, memperlakukan orang
mulia itu sekedar semacam dukun saja. Masya
Allah!
Dari sentuhan tangan dinginnya di Pesantren yang terletak di pinggiran pantai
utara Jawa itu, lahir ulama-ulama besar seperti KH Sahal Mahfudz, KH
Abdurrahman Wahid dll.
Begitulah; Mbah Dullah yang selalu memberikan keteduhan itu telah meninggalkan
kita di dunia yang semakin panas ini. Ia sengaja berwasiat untuk segera
dimakamkan apabila meninggal. Agaknya ia, seperti saat hidup, tidak ingin
menyusahkan atau merepotkan orang. Atau, siapa tahu, kerinduannya sudah tak
tertahankan untuk menghadap Khaliqnya.
25 Sya’ban 1422 bertepatan 11 November 2001 sore, ketika Mbah Dullah dipanggil
ke rahmatullah,
wasiat pun dilaksanakan. Ia dikebumikan sore itu juga di dekat surau
sederhananya di Polgarut Kajen Pati.
“Wahai jiwa yang tenang,
kembalilah kepada Tuhanmu dengan rida dan diridai, masuklah ke dalam golongan
hamba-hamba-sejatiKu, dan masuklah ke dalam sorgaKu!”
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :