بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
MENGKAJI MAKNA SYARIAT DAN HAKIKAT
Selama
ini mungkin masih ada yang bingung tentang perbedaan antara syariat dan
hakikat. Kebingungan ini bertambah ketika beberapa di antara banyak paham
tasawuf atau mazhab ilmu fiqih yang semakin memperuncing perbedaannya. Padahal,
masing-masing merupakan jalan menuju Allah dengan ramba-rambu yang beragam.
Tujuan keduanya sama-sama menuju kepada Allah, satu-satu Dzat yang wajib
disembah. Tak ada yang lain.
Penjelasan
Imam Qusyairi berikut ini akan membantu kita memahami. Sehingga kita tidak
terjebak pada upaya saling menyalahkan dan menganggap masing-masing paling
benar.
Syariat
adalah perintah yang ditetapkan dalam ibadah, sedangkan hakikat adalah
kesaksian akan kehadiran peran-serta ketuhanan dalam setiap sisi kehidupan.
Kita sering mengenal istilah, musyahadah rububiyah, yakni melihat Tuhan dengan
hati. Dikatakan demikian sebab syariat merupakan pengetahuan atau konsep
merambah jalan menuju Allah, sedangkan hakikat adalah keabadian melihat-Nya.
Sementara, thariqah merupakan perjalanan hamba meniti jalan syariat. Artinya,
aktualisasi prinsip-prinsip syariat dengan ketentuan hukum yang sah.
Syariat
datang dengan beban hukum dari Sang Maha Pencipta, sedangkan hakikat bersumber
dari dominasi kreativitas Al-Haqq. Syariat merupakan penyembahan makhluk pada
Al-Khaliq, sedangkan hakikat adalah kesaksian makhluk terhadap kehadiran-Nya.
Syariat
adalah penegakan apa yang diperintahkan Tuhan, sedangkan hakikat adalah
kesaksian terhadap sesuatu yang telah ditentukan dan ditakdirkan-Nya, serta
yang disembunyikan dan yang ditampakkan.
Abu
Ali Ad-Daqaq memberi penjelasan menarik tentang hal ini. Menurutnya, “Iyya ka
na’budu (Hanya kepada-Mu kami menyembah)-[QS Al-Fatihah [1]: 4] adalah
manifestasi dari syariat. Sedangkan “Iyya ka nasta’iin” (Hanya kepada-Mu kami
memohon)- [QS Al-Fatihah [1]: 5 ] adalah manifestasi dari pengakuan (penetapan)
hakikat.
Jadi,
syariat adalah hakikat dari sisi mana kewajiban diperintahkan, dan hakikat
sebenarnya juga merupakan syariat dari sisi mana kewajiban diperintahkan bagi
ahli ma’rifat.
--Disarikan
dari Risalah Qusyairiyah
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :