بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
MUNAJAT CINTA PARA PECINTA
Dikisahkan bahwa Nabi Dawud a.s. diperintahkan oleh Allah SWT
untuk menemui 14 orang suci di Gunung Libanon. Mereka adalah para pencinta
Allah sejati. Mereka terdiri dari anak muda, orang setengah baya dan orang tua.
Nabi Dawud diutus untuk memberi kabar gembira kepada mereka.
“Kalau sudah sampai disana, sampaikan salam-Ku kepada mereka,
‘Tuhan kalian mengucapkan salam untuk kalian.’ Katakan juga pesan-Ku, ‘Apakah
kalian tidak meminta sesuatu? Kalian adalah para pecinta-Ku, para sahabat-Ku,
dan para kekesih-Ku. Aku senang jika kalian senang. Aku pun segera mencintai
kalian!”
Nabi Dawud a.s. pun datang menemui mereka. Beliau menyaksikan
sendiri apa yang terjadi pada mereka saat berjumpa. Setiap mata mereka terlihat
larut dalam perenungan tentang kebesaran Allah Azza wa Jalla. Tapi, begitu
melihat ada yang datang, mereka bangkit hendak meninggalkan Nabi Dawud. Maka,
beliau langsung berkata, “Aku adalah utusan Allah untuk kalian. Aku datang
untuk menyampaikan risalah Rabb kalian.”
Mereka lalu menghampirinya, mengarahkan pendengaran kepadanya,
dan menurunkan pandangan ke bumi. Nabi Dawud pun bersabda, “Aku utusan Allah
untuk kalian. Dia menitipkan salam untuk kalian dan menanyakanm ‘Apakah kalian
tidak meminta sesuatu yang kalian butuhkan? Apakah kalian tidak meminta
kepada-Ku? Aku pasti mendengarkan suara dan ucapan kalian, karena kalian adalah
para pecinta-Ku, para sahabat-Ku, dan para kekasih-Ku. Aku senang jika kalian
senang. Aku pun segera mencintai kalian. Setiap saat aku memperhatikan kalian,
perhatian-Ku persis seperti perhatian seorang ibu yang penuh kelembutan pada
anaknya.”
Mendengar hal tersebut, bulir-bulir airmata mengalir deras di
pipi mereka. Salah seorang dari mereka yang telah berusia tua berkata:
“Mahasuci Engkau! Mahasuci Engkau! Kami ini hanyalah hamba-Mu yang kecil dari
keturunan hamba-Mu yang juga kecil. Ampunilah kami. Kami lalui umur kami dengan
hati mengingat-Mu tak henti-hentinya.”
“Mahasuci Engkau! Mahasuci Engkau! Kami ini hanyalah hamba-Mu
yang kecil dari keturunan hamba-Mu yang juga kecil. Apakah kami harus lancang
berdoa, sementara Engkau tahu kami sama sekali tidak memerlukan apa-apa.
Abadikan kami untuk menapaki jalan menuju kepada-Mu dan sempurnakanlah karunia
itu kepada kami,” ucap salah seorang dari mereka.
“Kami begitu kerdil untuk mencari ridha-Mu. Maka, berikanlah
pertolongan kepada kami dengan kemurahan-Mu,” ucap yang lain lagi.
“Dari air mani Engkau ciptakan kami. Engkau beri kami anugerah
berpikir tentang kebesaran-Mu. Apakah orang yang sibuk dengan kebesaran-Mu dan
berpikir tentang keagungan-Mu masih bisa lancang berbicara? Bukankah Engkau
meminta kami untuk mendekati cahaya-Mu?” sahut yang lain.
“Lidah kami kelu untuk berdoa kepada-Mu, lantaran keagungan dan
kedekatan-Mu pada para kekasih-Mu, karena begitu melimpah karunia-Mu kepada
para pecinta-Mu,” kata yang lainnya lagi.
“Engkaulah yang telah menunjukkan hati kami untuk selalu
mengingat-Mu. Engkau telah meluangkan waktu kami untuk menyibukkan diri
bersama-Mu. Karena itu, ampunilah kami yang tak pandai bersyukur kepada-Mu.”
“Sungguh, Engkau telah mengetahui apa yang kami butuhkan.
Kebutuhan itu tak lain hanyalah memandang wajah-Mu.”
“Bagaimana mungkin seorang budak dapat berbuat lancang kepada
Tuannya? Tapi, jika Engkau perintahkan kami untuk berdoa, maka dengan
kemurahan-Mu berilah kami cahaya dari lapisan-lapisan langit,” kata yang
lainnya lagi.
“Kami mohon kepada-Mu sempurnakanlah nikmat-nikmat-Mu.
Nikmat-nikmat yang telah Engkau limpahkan kepada kami dan telah Engkau utamakan
kami dengan nikmat-nikmat itu.”
“Kami tidak memerlukan apa pun dari makhluk-Mu. Berikanlah
anugerah memandang keindahan wajah-Mu.”
“Aku memohon kepada-Mu, butakanlah mata kami untuk memandang
dunia dan penghuninya. Butakan juga hati kami untuk menyibukkan diri dengan
akhirat. Sungguh, aku tahu Engau Mahabaik dan Mahatinggi. Engkau mencintai para
kekasih-Ku. Maka, berilah kami anugerah untuk menyibukkan hati kami dengan
Engkau semata dan tak sedikit pun disibukkan oleh selain Engkau.”
Kemudian Allah SWT menurunkan wahyu kepada Nabi Dawud a.s.
“Katakan kepada mereka, ‘Aku sudah mendengar apa yang kalian ucapkan. Aku telah
mengabulkan semua yang kalian inginkan. Sekarang, tinggalkan kawan kalian!
Menyendirilah! Sebab, Aku akan menyingkapkan tirai antara Aku dengan kalian
sehingga kalian dapat memandang cahaya dan keagungan-Ku.”
--Imam Al-Ghazali dalam kitab Al-Mahabbah wa asy-syauq wa al-uns wa ar-ridha
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :