بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Terjemah
Kitab
“AN-NASHA’IH”
NASIHAT-NASIHAT “SANG SUFI”
Karya:
IMAM
ABU ABDILLAH AL-HARITS BIN AS’AD
“AL-MUHASIBI”
--000--
NASIHAT KE - 36
Senang Terhadap Pujian, Bencana Bagi Yang Memuji dan Dipuji
Saudara-saudaraku! Apabila orang lain senang terhadap sanjungan
dan jiwa mereka menjadi puas karenanya, ingat, takutlah kepada Allah bila
dirimu juga sukan akan hal itu, dan hendaklah engkau takut pula akan bahaya
darinya. Memang, di dalam pujian tersimpan rasa manis yang akan cepat meresap
ke dalam hati, sedangkan tempat-tempatnya di dalam jiwa memang telah ada. Oleh
karena itu, tidak ada yang selamat darinya kecuali sedikit. Memang pada mulanya
seseorang di antaramu tidak mengerjakan kebajikan karena Allah SWT, tetapi
ketika pada dirinya mulai nampak keutamaan, dan ia disanjung dan hormati serta
dikagumi, nah, ketika itulah setan datang menysupkan rasa manisnya pujian ke
dalam hatinya, suatu rasa manis yang cocok dengan selera nafsunya, maka saat
itu menjadi puaslah jiwanya. Wahai pemuja sanjungan, pujian, kekaguman dan
kehormatan! Sesungguhnya engkau telah dijerumuskan sedangkan dirimu suka akan
hal itu, padahal hal tersebut termasuk kotoran jiwa sedangkan engkau berada
dalam keadaan lalai.
Berikut akan ku kemukakan kepadamu sebuah contoh bagi orang yang
senang dengan pujian. Perumpamaannya ialah seperti seorang yang diejek dan
dikatakan kepadanya : “Sesungguhnya
kotoran yang keluar dari perutmu memiliki bau harum seperti parfum.” Sebenarnya orang yang terperdaya itu
tahu bahwa keadaannya tidak seperti apa yang dikatakan, dan Allah SWT
mengetahui tentang kebusukan kotoran yang ada di dalam perut, tetapi karena
kebodohannya ia rela saja menerima hinaan dan ejekan tersebut meski ia
menyadari bahwa sesungguhnya apa yang dikatakan kepadanya tidak benar sama sekali,
karena tidak ada yang keluar dari perutnya keccuali kotoran dan kebusukan.
Meskipun demikian, ia pun menyenanginya dan tetap menganggap hal itu adalah
pujian. Nah, demikian pula keadaannya dengan orang yang tercemar dengan
dosa-dosa, bahka ia lebih kotor dan lebih bau daripada kotoran itu sendiri, dan
ia lebih cocok untuk menerima hinaan di dunia dan akhirat. Sesungguhnya ia rela
dengan pujian tersebut karena kebodohannya. Semoga sudah seharusnya ia menerima
murka Allah SWT. Maka siapa yang lebih merugi daripadanya jika ia
mengetahuinya.
Saudara-saudaraku! Apabila engkau diuji dengan sanjungan
dan pujian, berjuang keraslah engkau untuk meniadakannya dari hati dengan
membencinya serta merasa takut akan akibatnya. Rasulullah saw.
Mengkhawatirkanmu terhadap pujian itu dan melarang untuk saling memuji, karena
Beliau saw. Tahu bahwa pujian itu banyak mudaratnya. Hendaklah engkau bertakwa
kepada Allah SWT jika senang terhadap pujian yang dilontarkan kepadamu, dan
janganlah engkau terperdaya oleh setan beserta para wakilnya yang terdiri dari
golongan manusia. Sebab, mereka berprasangka bahwa apabila mereka betul-betul
menginginkan keridhaan Allah melalui amal kebajikan, tentu amal perbuatan
mereka tidak akan mampu dirusak oleh kesenangan dan kesukaan terhadap pujian,
karena hal semacam ini termasuk qiyas iblis, sedang pendapat-pendapatnya
merupakan fitnah bagi para wakilnya. Celakalah bagi yang memuji dan dipuji,
mengapa mereka tidak mengetahui petunjuk sehingga mereka tidak menyukai celaan,
padahal sesungguhnya itu tidak membahayakan diri mereka. Jusutru mereka akan
diberi ganjaran pahala karenanya; dan sebaliknya, justru kegemaran terhadap
sikap saling memuji di antara mereka sangat bertentangan dengan waisat-wasiat
Rasul saw. Sungguh mereka adalah
orang-orang yang bodoh secara nyata. Celakalah dirimu wahai orang yang
terperdaya. Tidakkah engkau ketahui bahwa seorang tokoh ilmu pengetahuan
berkata : “Siapa yang suka
terhadap pujian sesungguhnya setan dengan tenang dapat masuk ke dalam
perutnya.” Engkau telah dicela
oleh tokoh ini lantaran kesenanganmu terhadap pujian. Sesungguhnya engkau layak
untuk mendapatkan murka lantaran kesenangan dan kerelaanmu terhadap pujian dan
sanjungan dari orang lain. Engkau mengetahui kebajikan tetapi tidak
mengamalkannya. Seorang tokoh ilmu lainnya berkata : Apabila ada yang mengatakan kepadamu
bahwa orang yang paling baik dalah dirimu, padahal --- demi Allah ...
sebenarnya dirimu adalah yang paling buruk bila ternyata pujian lebih kau sukai
daripada celaan.
Perhatikanlah wahai orang yang terperdaya! Apakah engkau mendapati
dirimu senang serta merasa puas dengan pujian dan sanjungan, apakah engkau
mengakrabi orang yang memujimu bila ia keliru dalam memujimu; dan apakah engkau
tidak menyukai celaan bila ternyata celaan benar adanya? Apakah engkau akan
marah kepada orang yang mencela jika ia memang benar? Maka jika engkau memang
demikian, tentu engkau adalah seburuk-buruk orang. Sekalipun memperbanyak
ibadah, namun dirimu tetap termasuk di antara orang-orang yang senang terhadap
pujian dan sanjungan, bahkan lebih buruk daripada orang yang suka kepada pujian
dan sanjungan, bahkan lebih buruk daripada orang yang suka kepada pujian tetapi
ia mengakui kejahatan dan dosa-dosanya, karena ia lebih bisa diharapkan untuk
mengemban amanat dan lebih dekat kepada maaf daripada dirimu. Sebab, engkau
telah mengira bahwa kerelaanmu dan kesenganmu terhadap sanjungan tidak akan
mencelakakanmu! Sesungguhnya telah sampai kepada kami sebuah hadis, yang belum
aku ketahui betul tentang kesahihan sanadnya, tetapi jika hadis itu sahih,
tentu merupakan ancaman kemalangan bagimu, yaitu bahwa seseorang telah memuji
orang lain dengan kebaikan di hadapan Rasulullah saw. Dan Rasul saw. Menegurnya
: Andaikan temanmu ada di sini, dan ia
menerima dengan senang apa yang telah engkau ucapkan, lalu dia mati dalam
keadaan seperti itu, ia akan masuk neraka.” Wahai orang yang terperdaya, inilah balasan bagi orang yang
menutupi perbuatan kebajikannya dengan keridhaan terhadap pengakuan dari orang
lain. Celakalah dirimu! Sesungguhnya banyak di antara para sahabat terdahulu
yang menghendaki Allah dalam amal kebajikan seperti yang engkau kehendaki
menurut prasangkamu. Padahal! Maha Sempurna Allah, jauh sekali bila engkau akan
seperti mereka atau mereka akan serupa dengan mu, karena mereka memang tepat
untuk mendapatkan pujian dan sanjungan. Namun Rasulullah saw. Masih
mengkhawatirkan mereka dari bahaya pujian dan melarang mereka darinya sekalipun
mereka memiliki keutamaan dan ketakwaan. Beliau saw. Berkata kepada orang yang
memuji : Celaka dirimu!
Engkau telah memotong punggungnya, andaikan ia mendengarkanmu tentu ia tidak
akan memperoleh kemenangan sampai hari kiamat.” Dan beliau juga berkata kepada yang lain : Janganlah kalian saling memuji,
lemparlah mukanya dengan tanah.” Ingat, Rasulullah saw. Mengatakan ini karena khawatir terhadap
orang yang disanjung, bahwa ia akan senang terhadap sanjungan dan rela
dengannya, sehingga akan berbahaya bagi agamnya dan barangkali ia tidak akan
memperoleh kemengan selamanya. Maka Rasul saw. Pun memperingatkan mereka
terhadap fitnah pujian sebelum fitnah itu menimpa diri mereka. Sedangkan
dirimu, bila dipuji engkau senang dan rela menerimanya karena menduga bahwa hal
itu tidak membahayakanmu, maka celakalah dirimu! Alangkah bodohnya dirimu
terhadap bahaya yang diketahui oleh Rasulullah saw. Di balik pujian!
Perhatikanlah keadaan para sahabat ra. Sesungguhnya mereka lebih tahu tentang
Allah SWT dan lebih takut kepada-Nya daripada mu, serta lebih ikhlas dalam
perbuatan mereka, sedangkan bersama itu mereka takut terhadap pujian dan
membencinya, bahkan mereka marah terhadap orang yang memuji karena takut
terhadap fitnah dalam pujian itu. Sedangkan dirimu berani mengira bahwa sikap
menerimamu terhadap pujian tidak akan membahayakan, seakan-akan engkau memiliki
kejujuran dan keikhlasan yang lebih kuat daripada orang-orang terdahulu dan
seakan-akan dirimu lebih mampu untuk menolak fitnah daripada mereka. Engkau
dusta wahai orang-orang yang terperdaya!
Telah sampai kepada kami bahwa beberapa orang sahabat ra. Tidak
menyukai pujian dan akan marah kepada orang yang memuji. Salah seorang khalifah
ditanya oleh seseorang tentang sesuatu lalu orang itu berkata kepadanya : “Engkau, wahai Amirul Mu’minin, lebih
baik daripadaku dan lebih mengetahui.” Mendengar itu sang khalifah pun
menjadi marah dan berkata : “Aku tidak menyuruhmu
untuk memberikan pengakuan kepadaku.” Dikatakan kepada salah seorang sahabat : “Manusia akan senantiasa baik selama
Allah mengekalkan dirimu.” Lantas sahabat
tersebut menjadi marah karena ucapan orang yang memujinya, dan ia berkata : “Sungguh aku mengiramu seorang
peramal dan apa yang membuatmu tahu bahwa ia akan menutup pintunya dari
keluarganya dalam kebaikan.” Juga telah sampai
kepada kami bahwa seseorang telah memuji salah seorang salaf, lantas yang
dipuji pun menjadi marah dan berkata : “Ya Allah, hamba-Mu ini telah mendekatkan diri kepada ku dengan
kebencian-Mu, maka aku pun menjadikan-Mu sebagai saksi atas kebencciannya.”
Nah, ternyata orang-orang pilihan tersebut sangat tidak menyukai
pujian dan mereka marah terhadap orang yang memuji karena takut terhadap
bahanya, sedangkan engkau suka dengan pujian karena tidak membahayakanmu.
Alangkah jauhnya kemiripanmu dengan mereka! Para sahabat membenci pujian
sedangkau engkau senag kepadanya! Mereka marah kepada yang memuji yang jujur
dalam pujiannya sedangkan engkau suka terhadap orang yang memuji yang dusta
serta berlebihan dalam pujiannya ke padamu! Mereka menerima dengan senang akan
celaan padahal mereka adalah orang yang paling suci dari celaan, sedangkan
engkau marah dan menjauhi celaan padahal engkau lebih layak untuk
mendapatkannya daripada orang lain! Mereka menyayangi orang yang menghina
mereka dan memaffkannya, sedangkna dirimu menjadi dendam terhadapnya! Dan ini
semua termasuk kekotoran jiwa bagi orang-orang yang banyak beribadah, sementar
engkau dalam kelalaian, dan engkau telah diperdaya sedang engkau tidak merasa!.
Wahai
orang yang terperdaya! Adakah engkau melihat dirimu sangat menginginkan, dan
bekerja dengan ikhlas untuk meraih pahala dari Allah SWT, lalu setelah itu
engkau ambil bagianmu dalam kegembiraan terhadap pujian, sanjungan dan
penghargaan di dunia agar dirimu sekaligus mendapat pahala yan cepat dan yang
lambat. Kalau begitu sungguh
buruk apa yang ditawarkan oleh nafsumu itu. Dan janganlah engkau coba-coba
menyeret kami kepada fitnah, wahai orang yang terfitnah! Ketahuilah, urusan
mana yang lebih cocok untuk agama kami. Kami khawatir dan bersikap hati-hati terhadap apa yang telah
diperingatkan oleh Rasulullah saw. Berupa bahaya pujian; Kami berjuang keras
untuk meniadakan kegembiraan di hati kami terhadapnya bila kami diuji; serta
memohon ampunan kepada Allah darinya; atau kami harus berpegan kepada
pendapatmu bahwa sikap senang dan menerima pujian itu tidak berbahaya, sehingga
kami pun mau mengakui ucapan orang yang terperdaya, rela kepada pujiandan
merasa puas terhadap keridhaanmu dan kesenanganmu kepadanya, lalu bersama
dengan itu engkau juga mengira bahwa diri mu termasuk orang yang ikhlas,
padahal barangkali saja justru dirimu mendapatkan tempat yang buruk di sisi
Allah tanpa ada pengakuan dan sanjungan. Ingatlah apa yang aku katakan
kepadamu, karena aku ini memberikan nasihat kepadamu; Hendaklah dirimu membenci
sanjungan serta takut terhadap fitnah yang ada padanya. Sesungguhnya Rasulullah
saw. Telah memperingatmu darinya. Bila engkau merasa manisnya pujian dan senang
kepadanya, berusaha keraslah untuk meniadakan hal demikia dari dalam dirimu,
lalu beristighfarlah kepada Allah dari kesenanganmu terhadap pujian, bagaikan
orang yang bertobat dari dosa-dosa. Kemudian jadikanlah dirimu setelah
mujahadah dan bertobat itu merasa takut bahwa engkau tidak murni dalam
bertobat, serta tidak bersungguh-sungguh dalam bermujahadah. Karena, engkau
belum mampu untuk sampai kepada kebencian terhadap segala bentuk pujian dan
penghargaan, juga belum sampai kepada sikap mampu memarahi orang yang memuji
sebagaimana yang dilakukan oleh para sahabt ra. Terdahulu. Setelah itu, jadilah
engkau mengetahui tentang keburukanmu bila engkau suka kepada pujian, merasa
takut akan siksaan bila engkau rela kepadanya; dan sekali lagi merasa khawatir
kalau-kalau dirimu di sisi Allah SWT termasuk orang-orang yang menyenangi hal
tersebut. Sesungguhnya pengetahuanmu tentang hal tersebut lebih berguna bagimu
daripada ibadah dalam kebodohan tentang apa-apa yang telah kami paparkan.
Wahai
orang yang suka beribadah! Kenapa engkau senang kepada dunia, padahal dunia
merupakan penjara bagi orang beriman, karena ia tidak bergembira karenanya,
tidak mendapatkan kenikmatan padanya, dan tidak merasa kenikmatan padanya, dan
tidak merasa ketentraman dengannya. Sesungguhnya dunia itu tempat ujian dan
fitnah, tempat duka cita dan kegelisahan. Berkata Adam as. “ Kami
memohon kepada Allah SWT keturunan, tetapi Iblis telah menyandera kami dengan
kesalahan, maka tidak seharusnya kami bersuka ria, dan memang tidak seharusnya
selain menangis dan merasa sedih.
Saudara-saudara,
memang buruk sakli citranya bagi orang yang berakal sehat untuk merasa gembira
terhadap perhiasan dan aksesoris dunia, maka bagai mana pantas untuk dipuji
yang batil dan terperdaya? Oleh karena itu, pahamilah apa yang aku katakan
kepadamu wahai orang suka beribadah tapi senang dengan pujian. Karena, walaupun
engkau telah melaksanakan ibadah sampai burung-burung menjadi jinak kepadamu,
binatang-binatang buas, binatang-binatang melata, dan seluruh penghuni bumi juga disanjung oleh malaikat, senang bertetangga denganmu dan
menyanjung amal perbuatanmu, mereka menunjukan sikap mereka kepadamu, dan
engkaupun kagum terhadap kebaikan dirimu. Nah, apakah engkau sempat berfikir
untuk dirimu atau untuk orang lain agar berpegang dengan hal itu, atau engkau
menjadi terlena dengan pujian makhluk sebelum datang masanya engkau menghadap
Allah SWT? Sebab, pada saat itu akan jelaslah bagimu bagaimana akhir dari
perjalananmu, dan engkau pun akan tahu keridhaan Allah SWT atau malah
kebencian-Nya terhadapmu, sehingga akhirnya pun barangkali dirimu bakal
menikmati kenikmatan abadi, atau malah akan mengalami siksaan yang amat pedih!.
Saudaraku! Berhati-hatilah kepada Allah SWT, jangan sampai engkau
terbuai oleh sanjungan! Berapa banyak hal yang di anggap adil menurut manusia
tidaklah adil di mata Allah SWT dan tidak disukai-Nya. Berapa banyak orang yang
getol beribadah ternyata bakal menjadi bahan bakar api neraka, dan ibadahnya
menjadi sia-sia belaka karena mereka telah terperdaya oleh Iblis. Berapa banyak
orang yang di kala pagi beriman tetapi di sore hari ia menjadi kafir dan di
cabut imannya, sedangkan dirinya tidak merasa!.
Orang
berakal yang takut akan tercabut imannya selalu merasa tidak aman dan merasa
tikda bergembira terhadap pujian batil dan tipuan! Bahkan andaikan sampai turun
kepadamu wahyu bahwa dirimu
mendapatkan pujian di sisi Pemilik Arsy, hendaklah bertambah rasa takut dan
khawatirmu, renungkanlah urusanmu!
Katakanlah dengan jujur! Dengan apa dirimu menjadi terpuji di
kalangan penghuni langit, padahal dirimu tidak berhak untuk itu? Maka jika
engkau beranggapan bahwa hal tersebut kau dapatkan karena diriu sendiri dan
memang karena usahamu sendiri, berarti engkau telah mengaku-ngaku perkara yang
amat besar, dan engkau telah lupa akan kemurahan nikmat Allah SWT terhadapmu.
Sebab, seandainya bukan karena nikmat-Nya, pastilah dirimu tidak akan terpuji
dan mendapatkan petunjuk.
Saudaraku! Karunia Allah kepadamu lebih besar lagi! Usaha keras
untuk bersyukur darimu adalah mesti. Takut dan khawatir akan kehilangan nikmat
tersebut memang sudah sepantasnya dan seharusnya. Bukankah para malaikat dan
para nabi pun sangat khawatir akan hal itu! Mereka berrkata :Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada
kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami ( Alu Imran, 8). Nah, bagaimana dengan dirimu, bukankah
engkau orang yang sering teledor dalam menjalankan kewajiban, padahal dirimu
akan dimintai pertanggungjawaban pada hari kiamat dan akan dituntut. Tentu saja
kesedihan lebih layak untukmu daripada kegembiraan, apalagi gembira karena
sanjungan palsu dan penuh tipuan!.
Saudaraku! Renungkanlah apa yang aku
katakan kepadamu; Siapa lagi yang menjadikanmu mendapatkan sanjungan dan pujian
kalau bukan Dia yang telah menghiasimu dengan tindakan yang elok, dan yang
menjadikanmu seuka pada hal-hal yang terpuji. Siapa yang bermurah kepadamu
dengan pertolongan yang nyata, pemberian yang banyak, kenikmatan yang
meyakinkan, serta karunia yang terpuji dan jelas? Nah, apakah yang memberikan
hal tersebut lebih pantas untuk mendapat pujian, sanjungan dan kesyukuran,
ataukah dirimu sendiri yang menjadikanmu berhak untuk itu? Celaka dirimu, siapa
yang lebih berhak untuk mendapatkan pujian, sanjungan dan kesyukuran selain Dia
yang bermurah kepadamu sehingga engkau harus bersaksi tentang Wahdaniyah-Nya.
Dia yang telah menjadikanmu sibuk dengan ketaatan, menjagamu dari kemaksiatan,
memalingkan dirimu dari kesenangan semu serta tipu daya musuhmu, yang
melindungimu dari keinginan jiwa yang rendah, yang menutupi keburukanmu dan
menampakan keindahan, serta menjadikan dirimu dengan mnutupinya terhormat dan
tersanjung di kalangan masyarakat. Saudaraku, apakah Sang Pemberi akan hal-hal
tersebut kepadamu lebih pantas untuk mendapatkan pujian dan kesyukuran, ataukah
dirimu yang dijadikan berhak mendapatkan keistimewaan tapi suka menyuruh kepada
keburukan, menghalangi dari kebaikan, memotivasi dalam kemaksiatan, yang
melapaui batas dalam kesesatan, yang kufur dan sombong dalam kemewahan, yang
putus asa dalam kesusahan, yang melupakan bagusnya karunia, dan yang
mengabaikan kesyukuran atas segala nikmat, nah, jadi siapa yang lebih berhak untuk mendapatkan pujian?
Da, bagaimana mungkin orang yang begini sifatnya berhak mendapatkan pujian?
Saudaraku!
Hati-hatilah terhadap Allah SWT! Berbuat maksimallah
dakam kesyukuran, dan takutlah terhadap kehilangan kenikmatan dan tercabutnya
keimnanan. Janganlah engkau mengira bahwa dirimu berhak mendapatkan pujian
sehingga Allah akan membinasakanmu, menghilangkan kenikmatan darimu, dan
merobek tirai darimu sehingga tersibaklah keburukanmu pada seluruh makhluk.
Betapa besar musibah yang akan menimpamu bila engkau menukar pujian Raja yang
Maha tinggi dengan sikap rela terhadap pujian hamba-hamba yang rendah; bila
engkau lebih mengutamakan kedudukan di dunia paripada derajat yang lebih
tinggi; dan bila engkau turun dari kedudukan tinggi di sisi Allah kepada
kedudukanyang paling rendah.
Celakalah
dirimu! Pikirkanlah apa yang
telah diperbuat oleh setan untuk memperdayamu. IA menghendaki engkau menerima
sanjungan hamba agar engkau tidak menjadi tersanjung dan ter puji di Sisi Allah
SWT. Celaka dirimu, sebaik-baik umat adalah apabila ia dicoba dengan pujian, ia
menjadi benci dan merasa di sulitkan. Apabila ia mendapat hal tersebut di dalam
dirinya, ia memohon ampunan kepada Allah dan memohon perlindungan kepada-Nya
dari keburukan apa yang diujikan kepadanya, serta melarang orang yang memuji
untuk kembali memujinya. Bahkan mereka sampai melapor kepada Rasulullah saw.
Tentang apa yang mereka alami dan beliau saw. Pun menyuruh mereka beristighfar
dan berlindung dari keburukannya. Orang-orang yang memiliki keutamaan dan
ketakwaanlah yang berhak mendapatkan pujian di langit dan bumi. Mereka tidak
suka mendapatkan penghargaan, pujian dan sanjungan di dunia, dan membencinya
karena takut terhadap bahaayanya. Padahal banyak orang yang terperdaya sangat
senang pada pujian dan rela dengannya seolah-olah mereka pantas untuk
menerimanya, padahal mereka adalah sejauh-jauh manusia dari kepantasan.
Orang-orang bodoh itu pasti akan dikembalikan kepada Tuhan lalu akan
diperlihatkan kepada mereka dosa-dosa dan keburukan mereka sehingga mereka akan
dibalas sesuai dengan perbuatan mereka, atau akan mendapatkan ampunan dari Yang
Maha Pemurah dan karunia-Nya. Ikutilah jejak umat pilihan, janganlah engkau
menerima pujian, jangan menyediakan diri untuk menerima kebencian, dan berusaha
kersaslah untuk membenci apa yang dicobakan kepaamu berupa manisnya pujian
dengan menghindarinya seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang mendapat
petunjuk. Itulah perbedaan keutamaan antara dua orang ! Salah satunya membenci
pujian padahal ia berhak untuk menerimanya, sedangkan yang lain menyukai pujian
padahal ia tidak pantas untuk menerimanya. Semoga Allah memberi perlindungan
kepada kita sekalian dari keburukannya. Amiin.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :