بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Etika Sufi Ibn Al-Arabi
Dalam buku berjudul “Etika Sufi Ibnu Arabi”, Mukhlisin Sa’ad memberikan penguraian lebih jauh terkait konsep etika yang digagas Ibnu Arabi. Jika Majid Fakhry dalam bukunya Ethical Theories in Islam mengklasifikasikan empat macam tipe etika dalam Islam (oralitas skriptural, teologis, filosofis, religious), Sa’ad justru memberikan penambahan satu tipe lagi yaitu etika sufi.
Jika ditilik secara umum, sebenarnya masuk dalam kategori etika religius. Namun, itu tidak sepenuhnya benar, karena ajaran kaum sufi yang berakar pada pengalaman rohani turut andil memberikan implikasi etis dan mempunyai signifikansi moral.
Dengan demikian, etika yang berkembang dalam lingkungan para sufi patut diberi ruang dan digali lebih jauh karena mempunyai khas tipologinya tersendiri (p. 5). Hal ini layak disebut sebagai sistem etikanya melalui pencarian Tuhan sebagai puncak daripada etikanya dengan beraneka macam konsepnya, dari ittihad, hulul, hingga wahdat al-wujud dan sejenisnya (p. 42).
Dalam anggapan umum Ibnu Arabi dikenal sebagai sufi besar yang corak tasawufnya unitarian dengan konsep wahdat al-wujud-nya, di mana mahluk dipandang identik dengan Khaliq, cenderung mengabaikan hukum-hukum keagamaan. Ajaran semacam ini dipandang antinomian dan tidak mengindahkan moralitas.
.
Sebagaimana dituduhkan Ibnu Taimiyah, Ibn Qayyim al-Jauziyyah, Muhammad Yusuf Musa, dan Taufik at-Tawil yang menyatakan tasawuf unitarian dipandang antinomian yang dikatakan cenderung eksesif dan abai hukum-hukum keagamaan, dan tidak mengindahkan moralitas. Buku ini menolak keabsahannya.
Bagaimana pun Ibnu Arabi menyuruh para penempuh jalan sufi untuk tidak abai terhadap syariah. Ibnu Arabi mengajak para penempuh jalan sufi untuk tidak abai terhadap syariah. Dlam banyak karyanya, Ibnu Arabi dalam membahas segala pokok permasalahan, mulai dari ontologi-metafisikanya, epistemologi hingga aksilogi atau etika dan estetika, tidak pernah luput untuk menghadirkan syariat sebagai sumber pengetahuan dan kebenaran.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :