بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Amir bin
Abdullah At-Tamimi
Tawadhu'nya
Sufi Sejati
"Demi
Allah, aku menangis bukan karena cinta dunia dan takut mati. Aku menangis
karena panjangnya perjalanan dan sedikitnya bekal"
Salah satu
tabi'in yang dikenal zuhud adalah Amir bin Abdullah At-Tamimi. Nama At-Tamimi
pada akhir namanya merupakan penunjuk bahwa ia berasal dari Bani Tamim, suku
Arab asli di Hijaz.
Pada waktu
muda, dia mengabdikan dirinya dan sekaligus berguru kepada Abu Musa Al-Asy'ari,
salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang pada waktu itu menjadi gubernur
Bashrah. Karena itulah, hidupnya hanya untuk beribadah, berjuang membela Islam,
dan menuntut ilmu. Tiga hal itulah yangmembuatnya dikenal sebagai ahli zuhud di
kota Bashrah.
Seorang
penduduk Bashrah menceritakan kehidupan Amir bin Abdullah, "Aku pernah
mengikuti perjalanan sebuah kafilah yang di dalamnya ada Amir bin Abdullah
at-Tamimi. Ketika malam tiba, kami beristirahat di bawah pepohonan besar dekat
sumber air. Saat itulah Amirmembereskan perbekalannya, kemudian mengikat
kudanya pada sebuah pohon. Tali kuda itu sengaja dibuat panjang. Dia juga
mengumpulkan rumput yang dapat mengenyangkan kuda. Setelah itu ia memasuki
sela-sela pepohonan dan menjauh dari kami.
Melihat
itu aku berkata dalam hati, `Demi Allah, akan aku ikuti dan perhatikan apa
yang dia kerjakan dalam belukar pada malam-malam seperti ini.'
Dia terus
menelusuri semak belukar hingga sampai pada sebuah tempat yang terselubungi
oleh pepohonan dan tak terlihat oleh orang lain. Kemudian ia berdiri tegak menghadap
kiblat dan shalat. Baru kali ini aku melihat seseorang shalat dengan sempurna
dan khusyu' seperti itu.
Karena
kelelahan setelah menempuh perjalanan panjang pada siang tadi, kantuk berat
menyerangku,sehingga tertidur. Setelah sekian lama aku terlelap dalam tidur,
aku pun bangun. Sementara itu Amir masih tetap berdiri shalat dan bermunajat
hingga fajar menjelang."
Gentong
Penuh Permata
Setiap
kali seruan jihad memanggil, Amir termasuk pelopor dalam menyambutnya. Dia
mujahid yang banyak berperan saat perang berkecamuk. Dengan gagah berani, dia
menembus
barisan musuh. Namun dia tidak berhasrat untuk mendapatkan ghanimah
(rampasan
perang).
Ketika
Sa'ad bin Abi Waqqash, panglima Perang Qadisiyah, berhasil menundukkan
persia, dia memerintahkan petugas untuk mengumpulkan dan menghitung ghanimah.
Banyak
sekali
harta kekayaan, perhiasan, dan barang-barang berharga yang dikumpulkan.
Seperlima dikirim ke baitul mal dan sisanya dibagikan kepada para mujahidin.
Saat para
petugas menghitung harta rampasan dengan disaksikan langsung oleh kaum
muslimin, tiba-tiba datang di tengah-tengah mereka seorang lelaki berambut
kumal penuh debu membawa sebuah gentong besar.
Dengan
takjub mereka memperhatikan. Ternyata gentong itu penuh dengan batu permata
dan intan berlian. Mereka belum pernah mendapatkan harta rampasan perang yang
sepadan dengannya. Maka mereka pun bertanya kepada lelaki itu, "Dari mana
engkau dapatkan harta simpanan yang sangat berharga ini?"
"Aku
dapatkan pada peperangan ini di tempat ini," jawabnya singkat.
"Apakah
engkau mengambil bagian?" tanya mereka.
"Demi
Allah, gentong ini dan segala yang dimiliki raja-raja Persia bagiku tak senilai
dengan ujung kuku sama sekali.
Sekiranya
tidak ada hak baitul mal di dalamnya, tentu tak akan aku angkat dan
aku
gendong ke tengah-tengah kalian," jawab lelaki itu.
"Siapakah
engkau," tanya mereka penasaran.
"Tidak,
demi Allah, aku tak akan memberi tahu kalian, juga orang lain, agar kalian
tidak
memuji dan menyanjungku. Aku hanya memuji dan menyanjung Allah serta
mengharap pahala dari Nya," kata lelaki itu seraya berlalu meninggalkan
mereka.
Terdorong
oleh rasa penasaran yang amat sangat, mereka mengutus seseorang untuk
membuntuti dan mencari informasi tentang lekaki itu. Tanpa sepengetahuannya,
lelaki itu terus diikuti hingga tibalah ia di tengah sahabat-sahabatnya.Ketika
orang yang membuntuti itu menanyakan perihal lelaki tersebut kepada mereka,
mereka menjawab, `Tidakkah engkau mengetahuinya? Dialah ahli zuhud kota
Bashrah, Amir bin Abdillah At-Tamimi."
Lidah
Basah dengan Dzikrullah
Amir
menghabiskan sisa hidupnya di negeri Syam dan memilih Baitul Maqdis sebagai
tempat tinggal.Ketika sakitnya makin berat, para sahabatnya menjenguk dan
mendapatinya sedang menangis.
Mereka pun
bertanya, "Apakah yang menjadikan engkau menangis? Bukankah engkau orang
yang begini dan begitu (menyebutkan berbagai macam kebaikan)."
"Demi
Allah, aku menangis bukan karena cinta dunia dan takut mati. Aku menangis
karena panjangnya perjalanan dan sedikitnya bekal. Apa yang telah aku jalani,
antara
naik dan
turun, ke surga atau ke neraka, aku tak tahu ke mana aku akan kembali."
Kemudian
dia mengembuskan nafas terakhir. Sementara lidahnya basah dengan dzikrullah.
Amir bin
Abdillah At-Tamimi meninggal pada masa pemerintahan Khalifah Mu'awiyah bin Abu
Sufyan, sekitar akhir abad pertama Hijriyyah. la dimakamkan di Baitul Maqdis
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.