بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Pangeran Jayakarta: Sang Bangsawan
Banten
===========================================
ASAL-usul Pangeran Jayakarta, atau Jayakerta, masih samar. Dalam situs internet
Pemerintah Jakarta Timur disebutkan, Pangeran Jayakarta adalah nama lain dari
Pangeran Akhmad Jakerta, putra Pangeran Sungerasa Jayawikarta dari Kesultanan
Banten.
Namun, menurut sebuah sumber sejarah lain, Pangeran Jayakarta adalah putra Ratu
Bagus Angke, juga bangsawan asal Banten. Ratu Bagus Angke alias Pangeran
Hasanuddin adalah menantu Fatahillah atau Falatehan yang konon menantu Sunan
Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah, peletak dasar Kesultanan Cirebon dan
Banten.
Pangeran Jayakarta mewarisi kekuasaan atas Jayakerta dari Ratu Bagus Angke,
yang sebelumnya memperoleh kekuasaan itu dari Fatahillah, yang memutuskan
pulang ke Banten (Banten Lama sekarang) setelah berhasil merebut pelabuhan itu
dari Kerajaan Pajajaran pada pertengahan Februari 1527. Waktu itu, ia juga
berhasil menghalau pasukan Portugis yang juga berambisi menguasai bandar
samudra nan ramai itu.
Jayakerta atau Jayakarta adalah nama yang diberikan Fatahillah bagi pelabuhan
yang sebelumnya bernama Sunda Kelapa. Nama baru disahkan pada 22 Juni 1527,
tanggal yang hingga kini dianggap sebagai hari jadi Kota Jakarta.
Sejarah mencacat, di bawah kepemimpinan Pangeran Jayakarta kota bandar itu maju
pesat, terutama di bidang perdagangan hasil bumi. Hal itu membuat Belanda,
lewat perusahaan dagang Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), ingin berusaha
di sana. VOC sebelumnya sudah malang-melintang dan menguasai perdagangan
rempah-rempah di Maluku.
Pada November 1610, Belanda berhasil mendapat hak atas tanah seluas 94 meter
persegi di sisi timur muara Kali Ciliwung. Sebagai imbalan, kepada Pangeran
Jayakarta Belanda membayar sebesar 2.700 florin atau 1.200 real. Namun, di
pelabuhan yang ketika itu juga disebut Jakerta, Belanda mempraktikkan sistem
dagang monopoli yang licik, yang merugikan Pangeran Jayakarta. Perselisihan pun
pecah dan merebak antara tahun 1610-1619.
Dalam konflik itu, Pangeran Jayakarta dibantu pasukan kiriman Sultan Banten
yang juga merasa dicurangi serta pasukan Inggris, yang waktu itu juga sudah
punya markas di sisi barat muara Ciliwung. Tak tahan dikeroyok, Gubernur
Jenderal Belanda Jan Pieterszoon Coen kabur ke Ambon, meminta tambahan pasukan.
Saat Coen masih di Maluku dan pasukan kompeni (VOC) sudah terpojok, muncul
konflik baru antara Banten dan Inggris, yang berakhir dengan terusirnya Inggris
dari Jayakarta. Akan tetapi, pada saat sama, Coen tiba-tiba muncul lagi dengan
membawa pasukan yang masih segar dari Ambon.
Mengusung semboyan “despereet niet” (jangan putus asa) Coen langsung
memorakporandakan pasukan koalisi Banten-Jayakarta yang sudah loyo gara-gara
pertempuran dengan Inggris. Bala tentara Banten melarikan diri ke arah barat
dan selatan, sementara Pangeran Jayakarta dan para pengikutnya mundur ke arah
tenggara. Setelah menguasai Jakerta pada 12 Maret 1619, Coen mengganti nama
kota pelabuhan itu menjadi Batavia.
Mengecoh dengan jubah
Meski terusir dari Jakerta, Pangeran Jayakarta belum menyerah. Ajakan Belanda
untuk berdamai selalu ia tolak. Pangeran Jayakarta bahkan terus melancarkan
perlawanan. Dalam sebuah pertempuran yang terjadi di daerah Mangga Dua, ia
kehilangan Syekh Badar Alwi Alidrus, panglima perangnya yang tertangkap dan
dikuliti anak buah JP Coen.
Dalam pertempuran pada sekitar Mei 1619 itu, pasukan Pangeran Jayakarta
dikabarkan terdesak. Mereka dikepung pasukan Belanda dari arah Senen, Pelabuhan
Sunda Kelapa, dan Tanjung Priok. Menurut cerita Raden Jayanegara, juga
keturunan Pangeran Jayakarta, menyebut, saat jadi buronan Belanda, kakek
moyangnya itu berhasil mengelabui tentara kompeni dengan melepas jubah dan
sorbannya, yang lantas dibuang ke dalam sebuah sumur di Mangga Dua. Belanda
menyangka Pangeran Jayakarta tewas setelah menembaki jubah dan sorban di sumur
itu, yang kini berada di Jalan Pangeran Jayakarta dan dikenal sebagai keramat
Pangeran Jayakarta. [Muyawan Karim]
Source:
http://www.al-shia.com/html/id/service/Info-Masjid-Id/masjid%20Jami%20As-Salafiyah%20Taktim.htm
http://indra1705.multiply.com/journal/item/5/Masjid_Pangeran_Jayakarta_As-Salafiyah
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0703/30/metro/3417595.htm
http://abril.susiloadhy.net/2007/03/30/makam-rahasia-pangeran-jayakarta/
====================================================
NB: misteri sosok pangeran jayakarta hanya bisa diungkap melalui pernikahan
beliau dengan ratu winaon putri maulana yusuf yang juga adik maulana yusuf.
beliau adalah sesungguhnya syarief ahmad muhammad alias pangeran gebang cirebon
bin panembahan wirasuta bin syeikh bratakelana (syarief ariefin bin syarief
hidayatullah sunan gunungjati). Jadi pangeran jayakarta ini berasal dri gebang
cirebon menikah dengan ratu winaon binti maulana yusuf,kemudian menjadi
penguasa jakart
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.