بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
KH. As'ad Syamsul Arifin (Situbondo)
=================================
Kiai As’ad, yang rajin membaca dan berlangganan enam koran ditambah sebuah
majalah mingguan berdarah Madura asli. Lahir tahur 1897 di Mekah ketika
orangtuanya menunaikan ibadat haji. Satu satunya adiknya, Abdurrahman juga
lahir di kota suci itu dan bahkan menjadi hakim dan meninggal di Arab Saudi.
Pada umur 6 tahun, oleh ayahnya, K.H. Syamsul Arifin, seorang ulama besar di
Madura, K.H. As’ad ditaruh di Pesantren Sumber Kuning, Pamekasan. Menginjak
usia 11 tahun, As’ad diajak ayahnya menyeberangi laut dan membabat hutan di
sebelah timur Asembagus yang waktu itu terkenal angker “Dulu tidak ada orang,
kecuali ha- rimau dan ular berbisa,” kata Kia As’ad mengenang. Di bekas hutan
perawan itu, mereka membangur permukiman yang kemudian menjadi Desa Sukorejo.
Pada usia 16 tahun, bersama seorang adiknya, Abdurrahman. As’ad dikirim kembali
ke Mekah dengan harapan setelah pulang mewarisi Pesantren Sukorejo. Hanya 3
tahun bertahan di Mekah, ia kembali ke tanah air dan masih belajar di beberapa
pesantren. Di berbagai pondok ini, bukan cuma agama yang dipelajari, juga ilmu
silat, ilmu kanuragan.
As’ad juga pernah belajar di Pondok Tebuireng pimpinan K.H. Hasyim Asyari, dan
menjadi kurir ulama ini menjelang lahirnya NU tahun 1929. Setelah NU
berkembang, ia ternyata tak terpaku hanya pada NU. As’ad juga memasuki Sarekat
Islam selama pernah menjadi anggota organisasi Penyedar – yang didirikan Bung
Karno. Di sinilah, As’ad kenal dekat dengan presiden pertama ini. Di tengah
gejolak perjuangan itu (1939), K.H. As’ad menyunting gadis Madura, Zubaidah.
Dan kini dikaruniai lima anak. Si bungsu, satu-satunya lelaki, Ahmad Fawaid,
kini baru 14 tahun. Empat anak perempuannya semua sudah kawin dan memberinya
sembilan cucu serta tiga buyut.
Pesantren Sukorejo di bawah K.H. As’ad kini berkembang dengan pesat. Terletak
di pinggir jalan raya Situbondo Banyuwangi, 7 km sebelah timur Kecamatan
Asembagus. Dipintu gerbangnya tertulis bahasa Arab Ahlan Wa Sahlan dan bahasa
Inggris Welcome. Di pondok ini selain dikembangkan pendidikan gaya pesantren,
juga ditumbuhkan pendidikan umum, SMP, SMA, dan Universitas Ibrahimy. Santri
yang mengaji d pesantren sekitar 3.000, dan jika dihitung semua siswa (santri
dan murid sekolah umum) berjumlah 4.100 orang. Kompleks ini dijuluki “kota
santri”. Apalagi ada lapangan di tengah pondok dan santri setiap saat terlihat
main bola – memakai sarung.
Di pondok ini ada sebuah masjid yang tidak begitu besar. Tetapi As’ad membangun
masjid yang jauh lebih besar di luar kompleks Barangkali dimaksudkan agar para
santrl lebih menyatu dengan masyarakat sekitarnya.
Kiai yang rajin memelihara tanaman hias ini pernah mempunyai seekor kuda putih
warna kegemarannya. “Nabi Ibrahim kudanya juga putih,” katanya tentang kuda
itu. Sayang, kuda itu telah mati dan belum ditemukan kuda putih sebagai
pengganti. Namun, ada “kuda” lebih gesit yang dimiliki Kiai sekarang, yaitu
mobil kolt. Juga putih.
Selain rajin mengurusi enam ekor ayam hutannya, kiai ini juga memelihara seekor
burung beo yang pintar berbicara. Jika ada tamu yang datang, burung itu memberi
salam: assalamu’alaikum. Dan bila sang tamu membalas tegur sapa sang beo,
biasanya tamu lantas ketawa, lantaran si beo membalas dengan kata-kata
assooiiii … Tapi burung beo itu pun, menurut santrl di sana, menyerukan
Allahuakbar bila bergema suara azan. “Burung ini pemberian orang sebagai
hadiah,” kata seorang pembantu Kiai As’ad.
Toh ada yang khawatir tentang pesantren yang populer di Jawa Timur ini.
Termasuk Kiai As’ad sendiri. Pasalnya, adalah soal usia Kiai yang sudah cukup
sepuh, sementara pewaris satu-satunya, Ahmad Fawaid, masih sangat muda. “Saya
tak tega menyekolahkan Ahmad ke Arab Saudi, usianya masih muda – mungkin tiga tahun
lagi,” ujar Kiai. “Sang putra mahkota”, walau tekun juga mengaji bersama teman
sebayanya, kamarnya penuh dengan kaset, radio, televisi, bahkan video. Sebagai
anak muda, “hampir setiap saat ia tenggelam dengan hiburan itu,” ujar seorang
pembantu Kiai. Untuk Ahmad Fawaid memang disediakan kamar khusus yang jauh dari
rumah papan Kiai As’ad. Tapi sejak beberapa waktu lalu telah ditunjuk K.H.
Dhofir Munawar, menantu Kiai As’ad dari anak pertamanya, sebagai pengelola
pesantren sehari-hari.
SETELAH menjadi anggota Konstituante (1959), ia tak lagi tergiur pada jabatan
politik. Ia menolak jabatan yang disodorkan Bung Karno untuk menjadi menteri
agama di zaman Nasakom. Bahkan, sebagai ulama yang cukup terpandang di kalangan
Nahdatul Ulama (NU), ia juga menolak ketika ditawari untuk menjadi rois am,
bahkan rois akbar.
Kiai Haji Raden As’ad Syamsul Arifin, pimpinan Pondok Pesantren Salafiyah
Syafiiyah, Desa Sukorejo, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur,
agaknya memang hanya tertarik mengurusi pesantrennya. “Saya ini bukan orang
politik, saya ini orang pesantren,” kata kiai berusia 86 tahun itu. Lebih-lebih
karena pengalaman selama menjadi anggota Konstituante (1957-1959): selama itu
pula pesantrennya sangat mundur.
Bukan berarti Kiai As’ad menyembunyikan diri dari keriuhan politik dan
hingar-bingar NU, yang sampai kini tak pernah selesai tuntas. Terbukti dari
kegiatannya menerima tamu yang tak putus-putusnya. Banyak pengamat menilai,
Kiai As’ad adalah salah seorang dari sedikit ulama yang pandai menjembatani
jika ada “ketegangan” antara pemerintah dan umat Islam, khususnya NU. Ketika
ribut-ribut soal buku PMP, Kiai As’ad tanpa banyak bicara, langsung menemui Pak
Harto. “Bagaimana Pak, buku PMP ini ‘kan bisa merusak akidah umat Islam,” kata
Kiai mengulang pembicaraan yang sudah setahun lebih itu. Berbicara begitu, Kiai
As’ad memberi beberapa contoh yang semestinya dikoreksi. Pak Harto, menurut
Kiai, berjanji akan menyelesaikannya. “Ternyata buku itu akhirnya
disempurnakan,” kata Kiai, yang sudah 15 kali ke Mekah.
Di saat ribut-ribut soal asas tunggal Pancasila, awal Agustus, untuk kesekian
kalinya, Kiai As’ad menemui Pak Harto di Cendana. Pertemuan itu, yang dihadiri
juga oleh Menteri Agama K.H. Munawir Syadzali yang direncanakan cuma 15 menit,
mekar menjadi 1 jam. Kepada Presiden ditegaskan pendirian NU yang menerima
Pancasila. “Ini penting ditegaskan, karena NU sejak semula berlandaskan
Pancasila dan UUD 45,” tuturnya. Presiden, menurut Kiai, manggut-manggut.
Bahkan Kiai As’ad lebih menegaskan, “Islam wajib menerima Pancasila, dan haram
hukumnya bila menolaknya. Sila pertama itu selaras dengan doktrin tauhid dan
Qulhuallahu Ahad.”
Dalam kemelut NU, Rois Am K.H. Ali Ma’shum, bersama pengurus NU lainnya,
mondar-mandir ke Situbondo. Kiai As’ad dipercayai menjadi “penengah”
penyelesaian kericuhan setelah K.H. Idham Chalid, sebagai pucuk pimpinan PBNU,
menyatakan mundur – tapi kemudian mencabut pernyataan itu.
Di pesantrennya, Kiai menempati rumah sederhana berdinding papan berukuran 3 x
6 meter. Rumah yang terletak di antara asrama santri wanita dan santri pria itu
tergolong paling jelek di Desa Sukorejo. Tapi tidak sembarang tamu boleh
berkunjung ke rumah itu – sebab yang diterima di sana hanya yang sudah dianggap
keluarga. Para pejabat, dari lurah sampai menteri, diterima di rumah yang lebih
bagus, milik anaknya. Di rumah si anak tersedia ruang berukuran sekitar 30 m2
yang digelari permadani untuk tamu yang ingin bermalam, atau terpaksa bermalam,
menanti giliran menemui Kiai, yang semua gigi atasnya sudah tanggal.
Di pesantren seluas 7 hektar inilah nanti, November 1983, akan berlangsung
Musyawarah Nasional NU. Untuk itu, semua biaya ditanggung pesantren pimpinan
Kiai As’ad ini. Warga NU di Situbondo dan Bondowoso langsung terlibat. “Akan
saya perintahkan untuk menyumbang beras satu kilogram setiap orang,” kata Kiai.
Beras itu dimaksudkan untuk konsumsi peserta musyawarah nasional yang
diperkirakan lebih dari seribu orang. Kiai yang tampak sehat ini tak
menjelaskan agenda munas itu.
Sumber: Majalah TEMPO
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.