بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Umar bin Abdul-Aziz
Umar bin Abdul-Aziz , bergelar Umar
II, lahir pada tahun 63 H / 682 – Februari 720; umur 37–38 tahun)[1] adalah
khalifah Bani Umayyah yang berkuasa dari tahun 717 (umur 34–35 tahun) sampai
720 (selama 2–3 tahun). Umar dilahirkan sekitar tahun 682. Beberapa tradisi
menyatakan ia dilahirkan di Madinah, sedangkan lainnya mengklaim ia lahir di
Mesir. Umar dibesarkan di Madinah, di bawah bimbingan Ibnu Umar, salah seorang
periwayat hadis terbanyak. Ia tinggal di sana sampai kematiannya ayahnya,
dimana kemudian ia dipanggil ke Damaskus oleh Abdul-Malik dan menikah dengan
anak perempuannya Fatimah. Ayah mertuanya kemudian segera meninggal dan ia
diangkat pada tahun 706 sebagai gubernur Madinah oleh khalifah Al-Walid I.
Tidak seperti khalifah Bani Umayyah sebelumnya, ia bukan merupakan keturunan
dari khalifah sebelumnya, tetapi ditunjuk langsung, dimana ia merupakan sepupu
dari khalifah sebelumnya, Sulaiman.
Ayahnya adalah Abdul-Aziz bin Marwan, gubernur Mesir dan adik dari Khalifah
Abdul-Malik. Ibunya adalah Ummu Asim binti Asim. Umar adalah cicit dari
Khulafaur Rasyidin kedua Umar bin Khattab, dimana umat Muslim menghormatinya
sebagai salah seorang Sahabat Nabi yang paling dekat.
Pada mulanya disaat tengah malam di kota Madinah. Kebanyakan warga kota sudah
tidur. Umar bin Khatab r.a. berjalan menyelusuri jalan-jalan di kota. Dia coba
untuk tidak melewatkan satupun dari pengamatannya. Menjelang dini hari, pria
ini lelah dan memutuskan untuk beristirahat. Tanpa sengaja, terdengarlah
olehnya percakapan antara ibu dan anak perempuannya dari dalam rumah dekat dia
beristirahat.
“Nak, campurkanlah susu yang engkau perah tadi dengan air,” kata sang ibu.
“Jangan ibu. Amirul mukminin sudah membuat peraturan untuk tidak menjual susu
yang dicampur air,” jawab sang anak.
“Tapi banyak orang melakukannya Nak, campurlah sedikit saja. Tho insyaallah
Amirul Mukminin tidak mengetahuinya,” kata sang ibu mencoba meyakinkan anaknya.
“Ibu, Amirul Mukminin mungkin tidak mengetahuinya. Tapi, Rab dari Amirul
Mukminin pasti melihatnya,” tegas si anak menolak.
Mendengar percakapan ini, berurailah air mata pria ini. Karena subuh menjelang,
bersegeralah dia ke masjid untuk memimpin shalat Subuh. Sesampai di rumah,
dipanggilah anaknya untuk menghadap dan berkata, “Wahai Ashim putra Umar bin Khattab.
Sesungguhnya tadi malam saya mendengar percakapan istimewa. Pergilah kamu ke
rumah si anu dan selidikilah keluarganya.”
Ashim bin Umar bin Khattab melaksanakan perintah ayahndanya yang tak lain
memang Umar bin Khattab, Khalifah kedua yang bergelar Amirul Mukminin.
Sekembalinya dari penyelidikan, dia menghadap ayahnya dan mendengar ayahnya
berkata,
“Pergi dan temuilah mereka. Lamarlah anak gadisnya itu untuk menjadi isterimu.
Aku lihat insyaallah ia akan memberi berkah kepadamu dan anak keturunanmu.
Mudah-mudahan pula ia dapat memberi keturunan yang akan menjadi pemimpin
bangsa.”
Begitulah, menikahlah Ashim bin Umar bin Khattab dengan anak gadis tersebut.
Dari pernikahan ini, Umar bin Khattab dikaruniai cucu perempuan bernama Laila,
yang nantinya dikenal dengan Ummi Ashim. Suatu malam setelah itu, Umar
bermimpi. Dalam mimpinya dia melihat seorang pemuda dari keturunannya, bernama
Umar, dengan kening yang cacat karena luka. Pemuda ini memimpin umat Islam
seperti dia memimpin umat Islam. Mimpi ini diceritakan hanya kepada keluarganya
saja. Saat Umar meninggal, cerita ini tetap terpendam di antara keluarganya.
Pada saat kakeknya Amirul Mukminin Umar bin Khattab terbunuh pada tahun 644
Masehi, Ummi Ashim turut menghadiri pemakamannya. Kemudian Ummi Ashim menjalani
12 tahun kekhalifahan Ustman bin Affan sampai terbunuh pada tahun 656 Maserhi.
Setelah itu, Ummi Ashim juga ikut menyaksikan 5 tahun kekhalifahan Imam Ali bin
Abi Thalib r.a. Hingga akhirnya Muawiyah berkuasa dan mendirikan Dinasti Umayyah.
Pergantian sistem kekhalifahan ke sistem dinasti ini sangat berdampak pada
Negara Islam saat itu. Penguasa mulai memerintah dalam kemewahan. Setelah
penguasa yang mewah, penyakit-penyakit yang lain mulai tumbuh dan bersemi.
Ambisi kekuasaan dan kekuatan, penumpukan kekayaan, dan korupsi mewarnai
sejarah Islam dalam Dinasti Umayyah. Negara bertambah luas, penduduk bertambah
banyak, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang, tapi orang-orang semakin
merindukan ukhuwah persaudaraan, keadilan dan kesahajaan Ali, Utsman, Umar, dan
Abu Bakar. Status kaya-miskin mulai terlihat jelas, posisi pejabat-rakyat mulai
terasa. Kafir dhimni pun mengeluhkan resahnya, “Sesungguhnya kami merindukan
Umar, dia datang ke sini menanyakan kabar dan bisnis kami. Dia tanyakan juga
apakah ada hukum-hukumnya yang merugikan kami. Kami ikhlas membayar pajak
berapapun yang dia minta. Sekarang, kami membayar pajak karena takut.”
Kemudian Muawiyah membaiat anaknya Yazid bin Muawiyah menjadi penggantinya.
Tindakan Muawiyah ini adalah awal malapetaka dinasti Umayyah yang dia buat
sendiri. Yazid bukanlah seorang amir yang semestinya. Kezaliman dilegalkan dan
tindakannya yang paling disesali adalah membunuh sahabat-sahabat Rasul serta
cucunya Husein bin Ali bin Abi Thalib. Yazid mati menggenaskan tiga hari
setelah dia membunuh Husein.
Akan tetapi, putra Yazid, Muawiyah bin Yazid, adalah seorang ahli ibadah. Dia
menyadari kesalahan kakeknya dan ayahnya dan menolak menggantikan ayahnya. Dia
memilih pergi dan singgasana dinasti Umayah kosong. Terjadilah rebutan
kekuasaan dikalangan bani Umayah. Abdullah bin Zubeir, seorang sahabat utama
Rasulullah dicalonkan untuk menjadi amirul mukminin. Namun, kelicikan
mengantarkan Marwan bin Hakam, bani Umayah dari keluarga Hakam, untuk mengisi
posisi kosong itu dan meneruskan sistem dinasti. Marwan bin Hakam memimpin
selama sepuluh tahun lebih dan lebih zalim daripada Yazid.
Saat itu, Ummi Ashim menikah dengan Abdul Aziz bin Marwan. Abdul Aziz adalah
Gubernur Mesir di era khalifah Abdul Malik bin Marwan (685 – 705 M) yang
merupakan kakaknya. Abdul Mallik bin Marwan adalah seorang shaleh, ahli fiqh
dan tafsir, serta raja yang baik terlepas dari permasalahan ummat yang diwarisi
oleh ayahnya (Marwan bin Hakam) saat itu.
Dari perkawinan itu, lahirlah Umar bin Abdul Aziz. Beliau dilahirkan di
Halawan, kampung yang terletak di Mesir, pada tahun 61 Hijrah. Umar kecil hidup
dalam lingkungan istana dan mewah. Saat masih kecil Umar mendapat kecelakaan.
Tanpa sengaja seekor kuda jantan menendangnya sehingga keningnya robek hingga
tulang keningnya terlihat. Semua orang panik dan menangis, kecuali Abdul Aziz
seketika tersentak dan tersenyum. Seraya mengobati luka Umar kecil, dia
berujar,
“Bergembiralah engkau wahai Ummi Ashim. Mimpi Umar bin Khattab insyaallah
terwujud, dialah anak dari keturunan Umayyah yang akan memperbaiki bangsa ini.“
Umar bin Abdul Aziz menuntut ilmu sejak beliau masih kecil. Beliau sentiasa
berada di dalam majlis ilmu bersama-sama dengan orang-orang yang pakar di dalam
bidang fikih dan juga ulama-ulama. Beliau telah menghafaz al-Quran sejak masih
kecil. Merantau ke Madinah untuk menimba ilmu pengetahuan. Beliau telah berguru
dengan beberapa tokoh terkemuka spt Imam Malik b. Anas, Urwah b. Zubair,
Abdullah b. Jaafar, Yusuf b. Abdullah dan sebagainya. Kemudian beliau
melanjutkan pelajaran dengan beberapa tokoh terkenal di Mesir.
Semasa Khalifah Walid bin Abdul Malik memerintah, beliau memegang jawatan
gabernur Madinah/Hijaz dan berjaya mentadbir wilayah itu dengan baik. Ketika
itu usianya lebih kurang 28 tahun. Pada zaman Sulaiman bin Abdul Malik
memerintah, beliau dilantik menjadi menteri kanan dan penasihat utama khalifah.
Pada masa itu usianya 33 tahun.
Umar bin Abdul Aziz mempersunting Fatimah binti Abdul Malik bin Marwan sebagai
istrinya. Fatimah binti Abdul Malik bin Marwan adalah putri dari khalifah Abdul
Malik bin Marwan. Demikian juga, keempat saudaranya pun semua khalifah, yaitu
Al Walid Sulaiman, Al Yazid, dan Hisyam. Ketika Fatimah dipinang untuk Umar bin
Abdul Aziz, pada waktu itu Umar masih layaknya orang kebanyakan bukan sebagai
calon pemangku jabatan khalifah.
Tidak seperti sebagaian besar penguasa pada saat itu, Umar membentuk sebuah
dewan yang kemudian bersama-sama dengannya menjalankan pemerintahan provinsi.
Masa di Madinah itu menjadi masa yang jauh berbeda dengan pemerintahan
sebelumnya, dimana keluhan-keluhan resmi ke Damaskus berkurang dan dapat
diselesaikan di Madinah, sebagai tambahan banyak orang yang berimigrasi ke
Madinah dari Iraq, mencari perlindungan dari gubernur mereka yang kejam,
Al-Hajjaj bin Yusuf. Hal tersebut menyebabkan kemarahan Al-Hajjaj, dan ia
menekan al-Walid I untuk memberhentikan Umar. al-Walid I tunduk kepada tekanan
Al-Hajjaj dan memberhentikan Umar dari jabatannya. Tetapi sejak itu, Umar sudah
memiliki reputasi yang tinggi di Kekhalifahan Islam pada masa itu.
Pada era Al-Walid I ini juga tercatat tentang keputusan khalifah yang
kontroversial untuk memperluas area di sekitar masjid Nabawi sehingga rumah
Rasulullah ikut direnovasi. Umar membacakan keputusan ini di depan penduduk
Madinah termasuk ulama mereka, Said Al Musayyib sehingga banyak dari mereka
yang mencucurkan air mata. Berkata Said Al Musayyib: "Sungguh aku berharap
agar rumah Rasulullah tetap dibiarkan seperti apa adanya sehingga generasi Islam
yang akan datang dapat mengetahui bagaimana sesungguhnya tata cara hidup beliau
yang sederhana"
Umar tetap tinggal di Madinah selama masa sisa pemerintahan al-Walid I dan
kemudian dilanjutkan oleh saudara al-Walid, Sulaiman. Sulaiman, yang juga
merupakan sepupu Umar selalu mengagumi Umar, dan menolak untuk menunjuk saudara
kandung dan anaknya sendiri pada saat pemilihan khalifah dan menunjuk Umar.
Sulaiman bin Abdul-Malik merupakan sepupu langsung dengan Umar. Mereka berdua
sangat erat dan selalu bersama. Pada masa pemerintahan Sulaiman bin
Abdul-Malik, dunia dinaungi pemerintahan Islam. Kekuasaan Bani Umayyah sangat
kukuh dan stabil.
Suatu hari, Sulaiman mengajak Umar ke markas pasukan Bani Umayyah.
Sulaiman bertanya kepada Umar "Apakah yang kau lihat wahai Umar bin
Abdul-Aziz?" dengan niat agar dapat membakar semangat Umar ketika melihat
kekuatan pasukan yang telah dilatih.
Namun jawab Umar, "Aku sedang lihat dunia itu sedang makan antara satu
dengan yang lain, dan engkau adalah orang yang paling bertanggung jawab dan
akan ditanyakan oleh Allah mengenainya".
Khalifah Sulaiman berkata lagi "Engkau tidak kagumkah dengan kehebatan
pemerintahan kita ini?"
Balas Umar lagi, "Bahkan yang paling hebat dan mengagumkan adalah orang
yang mengenali Allah kemudian mendurhakai-Nya, mengenali setan kemudian
mengikutinya, mengenali dunia kemudian condong kepada dunia".
Jika Khalifah Sulaiman adalah pemimpin biasa, sudah barang tentu akan marah
dengan kata-kata Umar bin Abdul-Aziz, namun beliau menerima dengan hati terbuka
bahkan kagum dengan kata-kata itu.
Umar menjadi khalifah menggantikan Sulaiman yang wafat pada tahun 716. Ia di
bai'at sebagai khalifah pada hari Jumat setelah shalat Jumat. Hari itu juga
setelah ashar, rakyat dapat langsung merasakan perubahan kebijakan khalifah
baru ini. Khalifah Umar, masih satu nasab dengan Khalifah kedua, Umar bin
Khattab dari garis ibu.
Zaman pemerintahannya berhasil memulihkan keadaan negaranya dan mengkondisikan
negaranya seperti saat 4 khalifah pertama (Khulafaur Rasyidin) memerintah.
Kebijakannya dan kesederhanaan hidupnya pun tak kalah dengan 4 khalifah pertama
itu. Gajinya selama menjadi khalifah hanya 2 dirham perhari[3] atau 60 dirham
perbulan. Karena itu banyak ahli sejarah menjuluki beliau dengan Khulafaur
Rasyidin ke-5. Khalifah Umar ini hanya memerintah selama tiga tahun kurang
sedikit. Menurut riwayat, beliau meninggal karena dibunuh (diracun) oleh
pembantunya.
Menjelang wafatnya Sulaiman, penasihat kerajaan bernama Raja’ bin Haiwah
menasihati beliau, "Wahai Amirul Mukminin, antara perkara yang menyebabkan
engkau dijaga di dalam kubur dan menerima syafaat dari Allah di akhirat kelak
adalah apabila engkau tinggalkan untuk orang Islam khalifah yang adil, maka
siapakah pilihanmu?". Jawab Khalifah Sulaiman, "Aku melihat Umar Ibn
Abdul Aziz".
Surat wasiat diarahkan supaya ditulis nama Umar bin Abdul-Aziz sebagai penerus
kekhalifahan, tetapi dirahasiakan darai kalangan menteri dan keluarga. Sebelum
wafatnya Sulaiman, beliau memerintahkan agar para menteri dan para gubernur
berbai’ah dengan nama bakal khalifah yang tercantum dalam surat wasiat
tersebut.
Naiknya Umar sebagai Amirul Mukminin
Seluruh umat Islam berkumpul di dalam masjid dalam keadaan bertanya-tanya,
siapa khalifah mereka yang baru. Raja’ Ibn Haiwah mengumumkan, "Bangunlah
wahai Umar bin Abdul-Aziz, sesungguhnya nama engkaulah yang tertulis dalam
surat ini".
Umar bin Abdul-Aziz bangkit seraya berkata, "Wahai manusia, sesungguhnya
jabatan ini diberikan kepadaku tanpa bermusyawarah dahulu denganku dan tanpa
pernah aku memintanya, sesungguhnya aku mencabut bai’ah yang ada dileher kamu
dan pilihlah siapa yang kalian kehendaki".
Umat tetap menghendaki Umar sebagai khalifah dan Umar menerima dengan hati yang
berat, hati yang takut kepada Allah dan tangisan. Segala keistimewaan sebagai
khalifah ditolak dan Umar pulang ke rumah.
Ketika pulang ke rumah, Umar berfikir tentang tugas baru untuk memerintah
seluruh daerah Islam yang luas dalam kelelahan setelah mengurus jenazah
Khalifah Sulaiman bin Abdul-Malik. Ia berniat untuk tidur.
Pada saat itulah anaknya yang berusia 15 tahun, Abdul-Malik masuk melihat
ayahnya dan berkata, "Apakah yang sedang engkau lakukan wahai Amirul
Mukminin?".
Oh putraku, aku hendak istirahat sebentar, dalam tubuhku tidak ada kekuatan
lagi.” jawab Umar. Abdul Malik berkata lagi, “Apakah engkau istirahat sebelum
mengembalikan hak yang dirampas dengan jalan curang kepada yang punya?” Umar
menjawab, “Putraku, tadi malam saya bergadang untuk mengurus jenazah pamanmu,
Sulaiman dan nanti waktu Zuhur saya akan salat bersama orang-orang dan insya
Allah akan mengembalikan hak-hak yang diambil secara curang itu kepada yang
punya.” Abdul Malik berkata lagi, “Siapa yang bisa menjamin dirimu akan hidup
sampai Zuhur wahai Amirul Mukminin?” Serta merta Umar berdiri, lalu mencium dan
merangkul anaknya, serta mengatakan, “Segala puji bagi Allah yang telah
mengeluarkan dari tulang rusukku seseorang yang menolongku dalam beragama.”
Seketika itu juga dia memerintahkan untuk menyeru semua orang, bahwa barang
siapa pernah dicurangi oranglain, agar melapor. Umar pun mengembalikan hak-hak
yang dirampas dengan curang itu kepada yang punya.
Berdasarkan atas wasiat yang dikeluarkan oleh khalifah Sulaiman bin Abdul
Malik, Umar bin Abdul Aziz akhirnya diangkat menjadi khalifah pada usianya 37
tahun. Beliau dilantik menjadi Khalifah selepas kematian Sulaiman bin Abdul
Malik tetapi beliau tidak suka kepada pelantikan tersebut. Lalu beliau
memerintahkan supaya memanggil orang ramai untuk mendirikan sembahyang. Selepas
itu orang ramai mula berpusu-pusu pergi ke masjid. Apabila mereka semua telah
berkumpul, beliau bangun menyampaikan ucapan. Lantas beliau mengucapkan
puji-pujian kepada Allah dan berselawat kepada Nabi s.a.w kemudian beliau
berkata:
“Wahai sekalian umat manusia! Aku telah diuji untuk memegang tugas ini tanpa
meminta pandangan daripada aku terlebih dahulu dan bukan juga permintaan
daripada aku serta tidak dibincangkan bersama dengan umat Islam. Sekarang aku
membatalkan baiah yang kamu berikan kepada aku dan pilihlah seorang Khalifah
yang kamu reda”.
Tiba-tiba orang ramai serentak berkata:
“Kami telah memilih kamu wahai Amirul Mukminin dan kami juga reda kepada kamu.
Oleh yang demikian perintahlah kami dengan kebaikan dan keberkatan”.
Lalu beliau berpesan kepada orang ramai supaya bertakwa, zuhud kepada kekayaan
dunia dan mendorong mereka supaya cintakan akhirat kemudian beliau berkata pula
kepada mereka: “Wahai sekalian umat manusia! Sesiapa yang taat kepada Allah,
dia wajib ditaati dan sesiapa yang tidak taat kepada Allah, dia tidak wajib
ditaati oleh sesiapapun. Wahai sekalian umat manusia! Taatlah kamu kepada aku
selagi aku taat kepada Allah di dalam memimpin kamu dan sekiranya aku tidak
taat kepada Allah, janganlah sesiapa mentaati aku”. Setelah itu beliau turun
dari mimbar.
Umar rahimahullah pernah menghimpunkan sekumpulan ahli fiqih dan ulama kemudian
beliau berkata kepada mereka: “Aku menghimpunkan kamu semua untuk bertanya
pendapat tentang perkara yang berkaitan dengan barangan yang diambil secara
zalim yang masih berada bersama-sama dengan keluarga aku?” Lalu mereka
menjawab: “Wahai Amirul Mukminin! perkara tersebut berlaku bukan pada masa
pemerintahan kamu dan dosa kezaliman tersebut ditanggung oleh orang yang
mencerobohnya.” Walau bagaimanapun Umar tidak puas hati dengan jawapan tersebut
sebaliknya beliau menerima pendapat daripada kumpulan yang lain termasuk anak
beliau sendiri Abdul Malik yang berkata kepada beliau: “Aku berpendapat bahawa
ia hendaklah dikembalikan kepada pemilik asalnya selagi kamu mengetahuinya. Sekiranya
kamu tidak mengembalikannya, kamu akan menanggung dosa bersama-sama dengan
orang yang mengambilnya secara zalim.” Umar berpuas hati mendengar pendapat
tersebut lalu beliau mengembalikan semula barangan yang diambil secara zalim
kepada pemilik asalnya.
Sesudah Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi khalifah dan Amirul Mukminin, Umar
langsung mengajukan pilihan kepada Fatimah, isteri tercinta.
Umar berkata kepadanya, “Isteriku sayang, aku harap engkau memilih satu di
antar dua.”
Fatimah bertanya kepada suaminya, “Memilih apa, kakanda?”
Umar bin Abdul Azz menerangkan, “Memilih antara perhiasan emas berlian yang kau
pakai dengan Umar bin Abdul Aziz yang mendampingimu.”
Kata Fatimah, “Demi Allah, Aku tidak memilih pendamping lebih mulia daripadamu,
ya Amirul Mukminin. Inilah emas permata dan seluruh perhiasanku.”
Kemudian Khalifah Umar bin Abdul Aziz menerima semua perhiasan itu dan
menyerahkannya ke Baitulmal, kas Negara kaum muslimin. Sementara Umar bin Abdul
Aziz dan keluarganya makan makanan rakyat biasa, yaitu roti dan garam sedikit.
Setelah menjadi khalifah, beliau mengubah beberapa perkara yang lebih mirip
kepada sistem feodal. Di antara perubahan awal yang dilakukannya ialah :
1) menghapuskan cacian terhadap Saidina Ali b Abu Thalib dan keluarganya yang
disebut dalam khutbah-khutbah Jumaat dan digantikan dengan beberapa potongan
ayat suci al-Quran
2) merampas kembali harta-harta yang disalahgunakan oleh keluarga Khalifah dan
mengembalikannya ke Baitulmal
3) memecat pegawai-pegawai yang tidak cekap, menyalahgunakan kuasa dan pegawai
yang tidak layak yang dilantik atas pengaruh keluarga Khalifah
4) menghapuskan pegawai pribadi bagi Khalifah sebagaimana yang diamalkan oleh
Khalifah terdahulu. Ini membolehkan beliau bebas bergaul dengan rakyat jelata
tanpa sekatan tidak seperti khalifah dahulu yang mempunyai pengawal peribadi
dan askar-askar yang mengawal istana yang menyebabkan rakyat sukar berjumpa.
Umar bin Abdul Aziz adalah salah satu idola yang perlu kita teladani setelah
Rasulullah dan para sahabat. Sungguh setiap perbuatannya, terutama setelah
menjadi khalifah sangat berarti bagi kaum muslimin saat itu. Terutama yang
berada di bawah kepemimpinannya. Mungkin, keterpurukan Indonesia saat ini
karena belum memiliki pemimpin seperti beliau. Mudah-mudahan Allah menuntun
kita untuk memilih pemimpin yang seperti beliau, setidaknya pemimpin yang
paling mirip kebaikannya dengan beliau.
1. Tak lama setelah berkuasa beliau langsung menurunkan serta memenjarakan
Usamah bin Zaid at-Tanurkhi seorang pejabat yang semena-mena.
2. Umar juga menurunkan Yazid bin Abi Muslim seorang pejabat yang bengis dan
jalim.
3. Umar membolehkan siapa saja yang terzalimi menemuinya tanpa izin.
Sehinggarakyat tidak segan-segan mendatangi Umar saat dizalimi.
4. Umar memperkecil gajinya sementara memperbesar gaji untuk pegawainya.
5. Umar mengeluarkan seluruh hartanya dan mengembalikannya ke dalam harta
kaumMuslimin.
6. Perhatian Umar sangat besar kepada orang yang cacat.
7. Umar langsung mengembalikan barang-barang atau harta yang diambil secara
zalimpada pemerintahan sebelumnya.Umar membebaskan toko-toko di suatu kota yang
telah dirampas oleh seseorang yang berpengaruh.
8. Umar pun menaruh perhiasan istrinya di baitul mal.
9. Kemakmuran rakyat Umar, sampai-sampai pegawainya di Afrika tidak
menemukanorang yang mengambil zakat.
Itulah sekelumit kontribusi seorang Umar Ibnul Aziz. Mungkin kita berfikir
bahwa kontribusi seperti itu hanya bisa dilakukan oleh seorang penguasa. Betul,
inilah salah satu pelajaran yang bisa kita ambil. Kontribusi kita akan lebih
besar kepada orang lain jika kedudukan kita lebih tinggi. Baik kedudukan
hartanya, jabatannya, mau pun ilmunya.
Meski pun kita tidak menjadi pejabat, tetapi kita masih bisa berkontribusi
dengan cara memilih dan mengajurkan orang lain memilih calon pejabat yang
bersih. Bangsa kita memang dikenal dengan bangsa yang korup, tetapi percayalah
bahwa masih ada pejabat-pejabat atau calon pejabat yang bersih dan ikhlas.
Mungkin kita tidak tahu, maka carilah atau selidiki siapa diantara calon
pejabat yang paling bersih dan jangan lupa kita berdoa kepada Allah agar
menunjukannya
Selain daripada itu, beliau amat menitilberatkan tentang kebajikan rakyat
miskin di mana beliau juga telah menaikkan gaji buruh sehingga ada yang
menyamai gaji pegawai kerajaan.
Beliau juga amat menitikberatkan penghayatan agama di kalangan rakyatnya yang
telah lalai dengan kemewahan dunia. Khalifah umar telah memerintahkan umatnya
mendirikan solat secara berjammah dan masjid-masjid dijadikan tempat untuk
mempelajari hukum Allah sebegaimana yang berlaku di zaman Rasulullah SAW dan
para Khulafa’ Ar-Rasyidin. Baginda turut mengarahkan Muhammad b Abu Bakar
Al-Hazni di Mekah agar mengumpul dan menyusun hadith-hadith Raulullah SAW.
Beliau juga meriwayatkan hadis dari sejumlah tabiin lain dan banyak pula ulama
hadis yang meriwayatkan hadis daripada beliau.
Dalam bidang ilmu pula, beliau telah mengarahkan cendikawan Islam supaya
menterjemahkan buku-buku kedoktoran dan pelbagai bidang ilmu dari bahasa Greek,
Latin dan Siryani ke dalam bahasa Arab supaya senang dipelajari oleh umat
Islam.
Dalam mengukuhkan lagi dakwah Islamiyah, beliau telah menghantar 10 orang pakar
hukum Islam ke Afrika Utara serta menghantar beberapa orang pendakwah kepada
raja-raja India, Turki dan Barbar di Afrika Utara untuk mengajak mereka kepada
Islam. Di samping itu juga beliau telah menghapuskan bayaran Jizyah yang
dikenakan ke atas orang yang bukan Islam dengan harapan ramai yang akan memeluk
Islam.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang terkenal dengan keadilannya telah menjadikan
keadilan sebagai keutamaan pemerintahannya. Beliau ingin semua rakyat dilayani
dengan adil tidak memandang keturunan dan pangkat supaya keadilan dapat
berjalan dengan sempurna. Keadilan yang beliau perjuangan adalah menyamai
keadilan di zaman kakeknya, Khalifah Umar Al-Khatab.
Pada masa pemerintahan beliau, kerajaan Umaiyyah semakin kuat tiada
pemberontakan dalaman, kurang berlaku penyelewengan, rakyat mendapat layanan
yang sewajarnya dan menjadi kaya-raya hinggakan Baitulmal penuh dengan harta
zakat kerana tiada lagi orang yang mahu menerima zakat. Rakyat umumnya sudah
kaya ataupun sekurang-kurangnya mau berdikari sendiri. Pada zaman pemerintahan
Umar bin Abdul Aziz ra, pasukan kaum muslimin sudah mencapai pintu kota Paris
di sebelah barat dan negeri Cina di sebelah timur. Pada waktu itu kekausaan
pemerintahan di Portugal dan Spanyol berada di bawah kekuasaannya.
Hari kedua dilantik menjadi khalifah, beliau menyampaikan khutbah umum.
Dihujung khutbahnya, beliau berkata “Wahai manusia, tiada nabi selepas Muhammad
saw dan tiada kitab selepas alQuran, aku bukan penentu hukum malah aku
pelaksana hukum Allah, aku bukan ahli bid’ah malah aku seorang yang mengikut
sunnah, aku bukan orang yang paling baik dikalangan kamu sedangkan aku cuma
orang yang paling berat tanggungannya dikalangan kamu, aku mengucapkan ucapan
ini sedangkan aku tahu aku adalah orang yang paling banyak dosa di sisi Allah”
Beliau kemudian duduk dan menangis "Alangkah besarnya ujian Allah
kepadaku" sambung Umar Ibn Abdul Aziz.
Beliau pulang ke rumah dan menangis sehingga ditegur isteri “Apa yang Amirul
Mukminin tangiskan?” Beliau mejawab “Wahai isteriku, aku telah diuji oleh Allah
dengan jawatan ini dan aku sedang teringat kepada orang-orang yang miskin,
ibu-ibu yang janda, anaknya ramai, rezekinya sedikit, aku teringat orang-orang
dalam tawanan, para fuqara’ kaum muslimin. Aku tahu mereka semua ini akan
mendakwaku di akhirat kelak dan aku bimbang aku tidak dapat jawab hujah-hujah
mereka sebagai khalifah kerana aku tahu, yang menjadi pembela di pihak mereka
adalah Rasulullah saw’’ Isterinya juga turut mengalir air mata.
Umar Ibn Abdul Aziz mula memeritah pada usia 36 tahun sepanjang tempoh 2 tahun
5 bulan 5 hari. Pemerintahan beliau sangat menakjubkan. Pada waktu inilah
dikatakan tiada siapa pun umat Islam yang layak menerima zakat sehingga harta
zakat yang menggunung itu terpaksa diiklankan kepada sesiapa yang tiada
pembiayaan untuk bernikah dan juga hal-hal lain.
SURAT DARI RAJA SRIWIJAYA
Tercatat Raja Sriwijaya pernah dua kali mengirimkan surat kepada khalifah Bani
Umayyah. Yang pertama dikirim kepada Muawiyah I, dan yang ke-2 kepada Umar bin
Abdul-Aziz. Surat kedua didokumentasikan oleh Abd Rabbih (860-940) dalam
karyanya Al-Iqdul Farid. Potongan surat tersebut berbunyi:
“Dari Rajadiraja...; yang adalah keturunan seribu raja ... kepada Raja Arab
yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan yang lain dengan Tuhan. Saya telah
mengirimkan kepada Anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak
begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan; dan saya ingin Anda
mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya, dan
menjelaskan kepada saya hukum-hukumnya”.
HARI TERAKHIR UMAR BIN ABDUL AZIZ
Beliau wafat pada tahun 101 Hijrah ketika berusia 39 tahun. Beliau memerintah
hanya selama 2 tahun 5 bulan saja. Setelah beliau wafat, kekhalifahan
digantikan oleh iparnya, Yazid bin Abdul Malik.
Muhammad bin Ali bin Al-Husin rahimahullah berkata tentang beliau: “Kamu telah
sedia maklum bahwa setiap kaum mempunyai seorang tokoh yang menonjol dan tokoh
yang menonjol dari kalangan Bani Umaiyyah ialah Umar bin Abdul Aziz, beliau
akan dibangkitkan di hari kiamat kelak seolah-olah beliau satu umat yang
berasingan.”
Terdapat banyak riwayat dan athar para sahabat yang menceritakan tentang
keluruhan budinya. Di antaranya ialah :
1) At-Tirmizi meriwayatkan bahwa Umar Al-Khatab telah berkata : “Dari anakku
(zuriatku) akan lahir seorang lelaki yang menyerupainya dari segi keberaniannya
dan akan memenuhkan dunia dengan keadilan”
2) Dari Zaid bin Aslam bahawa Anas bin Malik telah berkata : “Aku tidak pernah
menjadi makmum di belakang imam selepas wafatnya Rasulullah SAW yang mana solat
imam tersebut menyamai solat Rasulullah SAW melainkan daripada Umar bin Abdul
Aziz dan beliau pada masa itu adalah Gabenor Madinah”
3) Al-Walid bin Muslim menceritakan bahawa seorang lelaki dari Khurasan telah
berkata : “Aku telah beberapa kali mendengar suara datang dalam mimpiku yang
berbunyi : “Jika seorang yang berani dari Bani Marwan dilantik menjadi
Khalifah, maka berilah baiah kepadanya kerana dia adalah pemimpin yang adil”.”
Lalu aku menanti-nanti sehinggalah Umar b. Abdul Aziz menjadi Khalifah, akupun
mendapatkannya dan memberi baiah kepadanya”.
4) Qais bin Jabir berkata : “Perbandingan Umar b Abdul Aziz di sisi Bani
Ummaiyyah seperti orang yang beriman di kalangan keluarga Firaun”
5) Hassan al-Qishab telah berkata :”Aku melihat serigala diternak bersama
dengan sekumpulan kambing di zaman Khalifah Umar Ibnu Aziz”
6) Umar b Asid telah berkata :”Demi Allah, Umar Ibnu Aziz tidak meninggal dunia
sehingga datang seorang lelaki dengan harta yang bertimbun dan lelaki tersebut
berkata kepada orang ramai :”Ambillah hartaku ini sebanyak mana yang kamu
mahu”. Tetapi tiada yang mahu menerimanya (kerana semua sudah kaya) dan
sesungguhnya Umar telah menjadikan rakyatnya kaya-raya”
7) ‘Atha’ telah berkata : “Umar Abdul Aziz mengumpulkan para fuqaha’ setiap
malam. Mereka saling ingat memperingati di antara satu sama lain tentang mati
dan hari qiamat, kemudian mereka sama-sama menangis kerana takut kepada azab
Allah seolah-olah ada jenayah di antara mereka.”
Umar bin Abdul-Aziz wafat disebabkan oleh sakit akibat diracun oleh
pembantunya. Umat Islam datang berziarah melihat kedhaifan hidup khalifah
sehingga ditegur oleh menteri kepada isterinya, "Gantilah baju khalifah
itu", dibalas isterinya, "Itu saja pakaian yang khalifah
miliki".
Apabila beliau ditanya “Wahai Amirul Mukminin, tidakkah engkau mau mewasiatkan
sesuatu kepada anak-anakmu?”
Umar Abdul Aziz menjawab: "Apa yang ingin kuwasiatkan? Aku tidak memiliki
apa-apa"
"Mengapa engkau tinggalkan anak-anakmu dalam keadaan tidak memiliki?"
"Jika anak-anakku orang soleh, Allah lah yang menguruskan orang-orang
soleh. Jika mereka orang-orang yang tidak soleh, aku tidak mau meninggalkan
hartaku di tangan orang yang mendurhakai Allah lalu menggunakan hartaku untuk
mendurhakai Allah"
Pada waktu lain, Umar bin Abdul-Aziz memanggil semua anaknya dan berkata:
"Wahai anak-anakku, sesungguhnya ayahmu telah diberi dua pilihan, pertama
: menjadikan kamu semua kaya dan ayah masuk ke dalam neraka, kedua: kamu miskin
seperti sekarang dan ayah masuk ke dalam surga (kerana tidak menggunakan uang
rakyat). Sesungguhnya wahai anak-anakku, aku telah memilih surga." (beliau
tidak berkata : aku telah memilih kamu susah)
Anak-anaknya ditinggalkan tidak berharta dibandingkan anak-anak gubernur lain
yang kaya. Setelah kejatuhan Bani Umayyah dan masa-masa setelahnya, keturunan
Umar bin Abdul-Aziz adalah golongan yang kaya berkat doa dan tawakkal Umar bin
Abdul-Aziz.
Demikian sejarah ringkas Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang dapat kami susun,
beliau selain seorang khalifah juga seorang sufi di jamannya, semoga perjalanan
beliau dapat dijadikan contoh yang baik bagi para penguasa di negeri kita.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Title : Kholifah Umar bin Abdul Aziz
Description : Umar bin Abdul-Aziz Umar bin Abdul-Aziz , bergelar Umar II, lahir pada tahun 63 H / 682 – Februari 720; umur 37–38 tahun)[1] adalah...