بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
SYARAH ALHIKAM HIKMAH 1 & 2
Ibnu
Atho’illah
1."BERSANDARLAH PADA ALLOH JANGAN PADA AMAL”
٭
مِنْ علاماتِ الا ِعْتِمادِ عَلىَ العَملِ نـُقـَصَانُ الرَّجاءِعِنْدَ وُجُوْدِ
الزَّلل ِ٭
1.“Sebagian dari tanda bahwa seorang itu bergantung pada kekuatan amal
dan usahanya, yaitu berkurangnya pengharapan atas rahmat dan karunia Allah
ketika terjadi padanya suatu kesalahan dan dosa.
Orang yang melakukan amal ibadah itu pasti
punya pengharapan kepada Alloh, meminta kepada Alloh supaya hasil pengharapannya,
akan tetapi jangan sampai orang beramal itu bergantung pada amalnya, karena
hakikatnya yang menggerakkan amal ibadah itu Alloh,. sehingga apabila terjadi
kesalahan, seperti, terlanjur melakukan maksiat, atau meninggalkan ibadah
rutinnya, ia merasa putus asa dan berkurang pengharapannya kepada Alloh. sehingga apabila berkurang pengharapan kepada
rohmat Alloh, maka amalnyapuan akan berkurang dan akhirnya berhenti beramal.
seharusnya dalam beramal itu semua dikehendaki
dan dijalankan oleh Alloh. sedangkan dirikita hanya sebagai media berlakunya
Qudrat Alloh.
Kalimat: Laa ilaha illalloh. Tidak ada Tuhan,
berarti tidak ada tempat bersandar, berlindung, berharap kecuali Alloh, tidak
ada yang menghidupkan dan mematikan, tidak ada yang memberi dan menolak
melainkan Alloh.
Pada dasarnya syari’at menyuruh kita berusaha
dan beramal. Sedang hakikat syari’at melarang kita menyandarkan diri pada amal
dan usaha itu, supaya tetap bersandar pada karunia dan rahmat Alloh subhanahu
wata’ala.
Apabila kita dilarang menyekutukan Alloh
dengan berhala, batu, kayu, pohon, kuburan, binatang dan manusia, maka
janganlah menyekutukan Allah dengan kekuatan diri sendiri, seakan-akan merasa
sudah cukup kuat dapat berdiri sendiri tanpa pertolongan Allah, tanpa rahmat, taufik,
hidayat dan karunia Allah subhanahu wata’ala.
2.“TAJRID dan KASAB”
٭ إرادَتـُكَ
التَجْرِيْدَ معَ اِقامةِاللهِ اِيّاكَ فى الاَسْبَابِ مِنَ الشَهْوةِ الخفِيَّةِ،
وَإرادَتـُكَ الاَسْبَابِ معَ اِقامةِاللهِ اِيّاكَ فى التَجْرِيْدَ اِنْحطاط ٌ عن
الهِمَّةِ العَليَّةِ ٭
2.“Keinginanmu
untuk tajrid [hanya beribadat saja tanpa berusaha untuk dunia], padahal Allah
masih menempatkan engkau pada golongan orang-orang yang harus berusaha [kasab],
maka keinginanmu itu termasuk nafsu syahwat yang samar [halus]. Sebaliknya
keinginanmu untuk berusaha [kasab], padahal Allah telah menempatkan dirimu pada
golongan orang yang harus beribadat tanpa kasab [berusaha], maka keinginan yang
demikian berarti menurun dari semangat yang tinggi”.
Sebagai seorang yang beriman, haruslah
berusaha menyempurnakan imannya dengan berfikir tentang ayat-ayat Alloh, dan beribadah
dan harus tahu bahwa tujuan hidup itu hanya untuk beribadah(menghamba) kepada
Alloh,sesuai tuntunan Al-qur’an.
Tetapi setelah ada semangat dalam ibadah,
kadang ada yang berpendapat bahwa salah satu yang merepoti/mengganggu dalam
ibadah yaitu bekerja(kasab). Lalu berkeinginan lepas dari kasab/usaha dan hanya
ingin melulu beribadah.
Keinginan yang seperti ini termasuk keinginan
nafsu yang tersembunyi/samar.
Sebab kewajiban seorang hamba, menyerah kepada
apa yang dipilihkan oleh majikannya. Apa lagi kalau majikan itu adalah Alloh
yang maha mengetahui tentang apa yang terbaik bagi hambanya.
Dan tanda-tanda bahwa Alloh menempatkan dirimu
dalam golongan orang yang harus berusaha [kasab], apabila terasa ringan bagimu,
sehingga tidak menyebabkan lalai menjalankan suatu kewajiban dalam agamamu,
juga menyebabkan engkau tidak tamak [rakus] terhadap milik orang lain.
Dan tanda bahwa Allah mendudukkan dirimu dalam
golongan hamba yang tidak berusaha [Tajrid]. Apabila Tuhan memudahkan bagimu
kebutuhan hidup dari jalan yang tidak tersangka, kemudian jiwamu tetap tenang
ketika terjadi kekurangan, karena tetap ingat dan bersandar kepada Tuhan, dan
tidak berubah dalam menunaikan kewajiban-kewajiban.
Syeikh
Ibnu ‘Atoillah berkata : “Aku datang kepada guruku Syeikh Abu Abbas al- mursy.
Aku merasa, bahwa untuk sampai kepada
Allah dan masuk dalam barisan para wali dengan sibuk pada ilmu lahiriah dan
bergaul dengan sesama manusia (kasab) agak jauh dan tidak mungkin. tiba-tiba
sebelum aku sempat bertanya, guru bercerita: Ada seorang ahli dibidang ilmu
lahiriah, ketika ia dapat merasakan sedikit dalam perjalanan ini, ia datang
kepadaku sambil berkata: Aku akan meninggalkan kebiasaanku untuk mengikuti
perjalananmu. Aku menjawab: Bukan itu yang kamu harus lakukan, tetapi tetaplah
dalam kedudukanmu, sedang apa yang akan diberikan Allah kepadamu pasti sampai
kepadamu.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.