بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
-- Memahami Pergerakan Sultan Agung 78
Upaya Mengunduh Hikmah dengan lebih baik..--
Dalam forum pengajian yang diadakan untuk para ketua kelompok muncul pertanyaan perihal SA78, yang sempat terlontar di forum maupun secara informal, "Apa sich SA 78 itu?", "Kenapa harus ada SA78?", "Kenapa harus ada iuran segala, sih? Kalau ada pengajian tassawuf ya, semestinya murni-murni saja, kenapa harus dibisniskan?" Nanti sama dong dengan yayasan atau organisasi yang mengakumulasi finansial jamaah yang akhirnya bisa ditebak ujung-ujungnya duit, kan? Siapakah yang punya 'Hidden Agenda', yaa?"Bahkan ada pertanyaan dan pernyataan yang muncul dari jamaah yang cukup menggelitik, yakni, "Saya sudah 2 tahun lebih ikut thoriqoh, tetapi bukannya tambah kaya malah dengan adanya iuran ini tambah miskin, gimana dong? Terus apa dong kegiatan SA78 agar kita bisa mentas dari kemiskinan? Kapan dana itu diturunkan agar segera jamaah merasakan manfaatnya!!" Pertanyaan berbau politik pun sempat menguak, "Kenapa pengajian thoriqoh kok diorganisasi, sih? Kenapa harus ikut-ikutan dipolitisasi? Apa agenda politiknya bisa tambah bubrah (?), deh?"Begitulah yang terjadi pada jamaah pengajian kita ini, yang mana sebagian pertanyaan tersebut menggayuti benak kita semua yang mana menggambarkan suasana kondisi kejamaahan thoriqoh di lingkungan jabodetabek ini, tentunya berbagai pertanyaan tersebut muncul untuk dicarikan solusi jawabannya, bukan? Tulisan ini dibuat sekedar upaya untuk meluruskan jawaban pertanyaan-pertanyaan diatas..Untuk mengawali jawaban di atas tentunya kita perlu instropeksi diri akan kiprah kita di pengajian thoriqoh ini yakni pertama senantiasa menumbuhkan sikap "Mukhassabah"--artinya kemampuan untuk senantiasa menghisab diri sendiri, ada keberanian yang timbul pada diri untuk otokritik terhadap diri sendiri, seperti "Apa sih yang mendasari niat kita dari awal untuk ikut berthoriqoh? Apakah hanya sekedar ikut-ikutan karena diajak teman? Apakah karena berthoriqoh manakala ada problem rumah tangga? Apakah karena proyek tidak jalan-jalan ketika pas sepi proyek? Apakah karena stress yang berkepanjangan karena berbagai faktor yang menindih tak kunjung selesai malah makin ruwet sepertinya kemudian kita mengkompensasi dalam 'Eskapisme sufistik'?Ini semua real di kehidupan kita khususnya di Jakarta ini, ya baiklah mari kita telaah dengan seksama. Swargi Romo Mursyid Kyai Abdul Djalil Mustaqiim (Swargi adalah sebutan pernghormatan dalam Bahasa Jawa untuk mereka yang sudah meninggal) pernah ngendikan, "Bejo bejo ning wong kuwi, wong sing teguh mawengkuni thoriqoh, sebab wong kuwi kataqdir kapilih dening Allah, wong kok gelem mawengkuni thoriqoh iku bejo kemayangan amargo kapilih." Ini jelas bahwa orang yang berthoriqoh itu atas takdir Allah, orang yang paling beruntung karena dia masuk orang pilihan Allah, makna yang lain jamaah thoriqoh itu spesifik, khas, khusus, sehingga mempunyai karakter yang sangat unik makanya dia bisa menjadi pembeda atas komuniitas yang lain, sekaligus menjadi teladan--untuk itulah dia terpilih. Swargi Mbah Mat Abdul Haq Watungcongol,Muntilan Magelang ngendikan :"Wong thoriqoh kuwi wong sing ugemi dalane para leluhur poro ulomo kuno kuno, tegese: 'Ihhdinassyiroothol Mustaqiim' kuwi yo dalane wong thoriqoh sing diugemi poro ulomo sing tansah kanugerahan ni'mat sing edhi - edhi amargo teguh nyepengi amalani thoriqoh."Jadi jelas sudah sebagaimana keistimewaan orang yang berthoriqoh, andaikata kita berthoriqoh karena problem suami atau istri atau anak yang bermasalah sehingga kita terus menerus berdoa maka mungkin itulah yang menghantarkan kita ke gerbang pintu thoriqoh, andaikata kita kemarin stress ruwet, proyek kok tidak ada yang pernah berhasil, usaha tak pernah tidak gagal hingga kita 'loosing' akhirnya pasrah sama Allah itulah yang menghantarkan kita ke pintu gerbang thoriqoh, jadi sudah saatnya mulai kita luruskan niat kita sehingga kita membuka pintu gerbang Thoriqoh dengan Bissmillah yang lebih baik, lebih bernas, lebih dalam dan lebih bersih dan apik. Sikap kedua adalah Taslim, sikap patuh, kepatuhan kepada Mursyid harus senantiasa kita tumbuhkan dengan rasa 'Khusnudzon'. Ini mutlak apabila kita mengaku sebagai jamaah thoriqoh. Prasangka dan sak wasangka, perlu kita jauhkan karena ini akan berakibat fatal bagi si murid karena dia akan senantiasa terkunci dalam lingkar luar pintu gerbang thoriqoh yang penuh kerahasiaan dan keistimewaan karena memang sudah lazimnya demikian, si murid tak akan pernah melihat cahaya apabila dalam dirinya terhalangi oleh gelap gelamnya nafsunya sendiri jadi tanpa ahlak ketasliman “ non sense” si murid mampu membuka pintu gerbang. Bahkan kemungkinan dia akan makin tersesat di jalan (yang dianggapknya benar) ketasliman kepada guru atas mursyid itu semestinya tanpa reserve karena itulah adab dan akhlaq kita pada mursyid, dalam sebuah jagongan di sore hari di bangku halaman samping griyo Swargi Mbah puteri Nyai Gus Jogo Reso( Gunung pring muntilan) pernah dewuh,"Le! Wong thoriqoh mono koyo dene mayit, kang dikafani telung lapis, tho? Kafan lapis awal kuwi yo teguh teteg nyekeli Iman, kafan lapis kepindo kuwi sethiti anggonmu amal minongko Islam Ian lapis kafan ketelu kuwi yang nasthithi angganmu laku lampah adab akhlaq minongko Ihsan !(terjemahan ) “ nak, orang berthoriqoh itu laksana mayit, yang dibungkus oleh 3 lapis kain kafan; lapis kafan pertama itu keteguhan yang memegang erat, prinsip prinsip Iman, lapis kafan kedua itu teliti dengan sekskama akan amal yang ikhlas sebagai perwujudan Islam dan lapis kafan ketiga itu berhati-hati dalam segala tindak tandukmu sebagai perwujudan adab dan akhlak yakni 'Ihsan'.Demikianlah ketasliman yang semestinya senantiasa kita tumbuh kembangkan pada diri orang yang berthoriqoh. Sikap ketiga adalah Tafahhum, yakni sikap memahami dengan keyakinan yang benar bahwa setiap dawuh dari mursyid itu haq dan wajib diupayakan utnuk dilaksankan karena Sang Mursyid pada gholibnya adalah wakil dari Rasullullah. Beliau adalah bapak spriritual yang mampu menghantarkan si murid untuk membukakan pintu-pintu gerbang thoriqoh sesuai dengan momentum dan kapasitas diri masing-masing murid, sesuai dengan karakter kita yang berbeda-beda. Sungguh ulama sekaliber Imam Ghozali pun akhirnya harus menempuh Berthoriqoh karena hampir mustahil bagi manusia untuk mengenal dirinya sendiri apalagi mengenal Allah tanpa dibimbing oleh sang Mursyid.Jelas sudah dengan sikap Mukhassabah, Ketalisman dan Tafahum inilah kita akan mencoba mengurai perihal Sultan Agung 78.Sudah waktunya untuk memncoba menjawab pertanyaan pertanyaan yang kadang mengundang kegundahan para pengikut thoriqoh dan jamaah umumnya perihal pergerakan Sultan Agung 78 ini. Sebaiknya kita mulai merunut dari awal, yakni apa yang melatarbelakangi sebelum pergerakan SA78 ini di 'launching' pada khoul PETA tahun 2011 yang lalu, sebenarnya diawali dari do'a dan tafakur dari Kyai Mursyid Sholahuddin perihal kejamaahan pada khususnya dan kondisi ummat pada umumnya seperti beliau ungkapkan dalam salah satu wejangananya,"Sak temenne aku wis ngadu marang Gusti Allah, iki kahanane jamaah sing akeh iki arep diapake, malah jamaah wis sumebar sak paran paran kuwi kudu diapakke, sak temenne jamane Romo mbah Mustaqim iku Zaman penyemaian, pembibitan terus zaman Abahe (Romo Kyai Abdul Jalil) iku zaman konsolidasi, akumulasi nah saiki zamanku iki ya penataan. Tegese jamaah iki ditata pontensine,"Jadi jelaslah bahwa pergerakan SA78 ini dilatarbelakangi karena pemahaman terhadap kondisi bangsa dan kejamaahan pada kurun zaman yang berbeda membutuhkan jawaban yang berbeda pula, agar kaum thoriqoh itu tidak tercerai berai potensi yang dapat didayakan guna kemaslahatan ummat serta terlampau jauh ketinggalan dalam kancah zaman yang terus makin berubah, tentunya pilihan terhadap tantangan perubahan tidaklah “waton” (asal-asalan) berubah, memerlukan perenungan pemikiran dan kiat strategi yang baik agar membawa kemaslahatan yang optimal untuk para jamaah, tidaklah mudah dalam kondisi masyarakat yang materialistik, oportunistik yang menggejala dalam fenomena yang ada sekarang ini sungguh tidaklah mudah, apalagi setiap organisasi politik sekarang ini telah menjelma menjadi monster-monster serigala yang kelaparan persis seperti gambaran yang terlukis di dinding "Griya Peta" Pondok pesantren Tulung Agung tahun 2004, sungguh amat ironis apa yang terjadi pada bangsa ini... Untuk itulah sebagai kesatuan Jamaah Thoirqoh harus mampu menjawab krisis yang terjadi pada bangsa ini, dengan contoh yang baik untuk menjadi "Uswatun Khasanah" bagi bangsa ini diawali dari menata diri sendiri, "Ibdak bi nafsik", mulailah dari dirimu sendiri...Memaknai Simbol Simbol Pergerakan Sultan Agung 78Diawali dari Munajat dan Do'a Syekh Mursyid Sholahuddin akan kondisi kebangsaan pada umumnya yang amat sangat memprihatinkan dimana hampir luluh lantak, lumpuh dalam hal etika dan moral, budaya dan kultural, hampir pada semua aspek lapisan masyarakat dari yang metropolis di perkotaan maupun populis di desa-desa, apalagi ditataran birokrasi dari yang paling rendah hingga puncuk pimpinana tak lepas dari penyakit "Kleptomania". Maka sudah saatnya jamaah thoriqoh ini harus "Nakhdloh"--bangkit kembali, mengisi ruang-ruang rohani bangsa yang kosong ditinggal pergi, mengaliri sawah-sawah hati yang tandus kering kerontang, mendangiri dan membajak kembali sawah dan kebun jiwa yang lama "bero" tidak terolah dan zero produksi.--Gerak dan Pergerakan--Jika kita memahami akan gerak tentunya ada nuansa hidup, aktif dan dinamis tidak diam dan pasif sebagaimana jika kita melihat dengan mikroskop binatang kecil yang namanya Amoeba (makhluk bersel tunggal) yang sedang bergerak-gerak tentunya menandakan bahwa organ tersebut hidup, jika amoeba bergerak berulang-ulang kesana-kemari bisa jadi amoeba tersebut mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Jika kita mengamati terus menerus dengan mikroskop organ tersebut dengan sabar maka kita akan dapat menyimpulkan bahwa pergerakan amoeba tersebut dalam rangka mencari makan agar tetap bertahan hidup dan berkembang biak dalam habitatnya, demikian pula apabila Amoeba tersebut diam agak lama kemudian dia bergerak kembali, yang terjadi adalah organ tersebut mengadakan gerak 'inkubasi' dalam rangka pertahanan diri dan adaptasi diri atau aklitimasi terhadap lingkungannya yang berubah . Demikianlah pemahaman terhadap gerak dan pergerakan dari makhluk bersel tunggal Amoeba tersebut, tentunya kita semestinya lebih dari sekedar itu karena kita adalah makhluk yang lebih sempurna dari Amoeba bukan??--Pergerakan yang ideal--Model-model pergerakan yang paling sederhana pasti ada 'sistem' yang meliputinya yakni adanya aturan dan keteraturan dalam melangkah dan motif serta misi untuk mencapai tujuang yang baik tersebut. Model organisasi yang paling baik adalah model yang ada dalam tubuh kita sendiri, seperti sabda Kanjeng Nabi Muhamaad SAW,"Man arofa nafsuhu faqod arofo Robbuhu,"Kenalilah dirimu dengan seksama, maka engkau akan mengenal Tuhanmu (Al-hadist). Ini sebuah anjuran agar kita mampu Mukahssabah untuk "Looking inside", melihat kedalam, instropeksi ke dalam diri sendiri agar mendapatkan makna hikmah yang lebih berguna.. Sebuah sikap kearifan yang sungguh mulya.Gerak dan pergerakan yang terjadi dalam tubuh kita amatlah mengagumkan, setiap sel dari tubuh manusia saling terjalin dan saling mengisi satu dengan yang lainnya, apabila satu sel saja mengalami kekurangan makanan, oksigen, atau kekurangan air bahkan terinspeksi oleh Bakteri atau virus hingga sakit maka sel-sel tetangganya yang akan memberikan tanda-tanda secara automaticly kepada sel yang lain agar segera disuplai makanan, air atau oksigen, dan zat anti body serta serum agar kebal dari penyakit atau immunt sehingga sel tadi menjadi segar kembali, jika satu sel sudah rusak karena usia dan faktor yang lain maka secara automaticly sel tersebut diganti dengan sel yang baru dan lebih segar. Demikian tiap tiap sel terhubung dengan koordinasi yang rapi, menjadi jaringan, dan tiap jaringan terkoordinasi menjadi otot dan setiap otot mengalami pertumbuhan dan perkembangan serta diversifikasi ada yang menjadi daging, paru, hati, jantung, lever, alat pencegahan internal lainnya, tangan kanan dan tangan kiri, kaki kiri dan kanan, mata kanan dan mata kiri sedemikian rupa apiknya, tiap bagian sel yang halus terkoordinasi dalam syaraf syaraf yang membentuk jaringan syaraf otak di kepala dan syaraf sumsum tulang belakang yang sangat kompleks dan super canggih tersusun harmonis dan "well organize".yakni menjadi sebuah organisasi yang berjalan dengan hollistik, sempurna lahir dan batin maka dituntut setiap individu jamaah aktif, partisipasi penuh pada misi "Maju Bersama Untuk Sejahtera Bersama."Sultan Agung 78Dalam kitab Ihya' Ulumuddin, Hujjatul Islam Imam Ghozali menerangkan bahwa tubuh, kaki, tangan dan anggota tubuh yang lain serta panca indera manusia itu terkoordinasi dalam sebuah komando yang dipimpin oleh "Al Qolb", sang Qolbu. Inilah yang merupakan "Mulk" atau Sulthon" (Raja) bagi tubuh dan panca indera kita. Jelaslah bahwa tubuh kita dipimpin oleh Qolbunya.Adalah sebuah do'a yang disebutkan dalam Al-Qur'an yang senantiasa dimunajatkan oleh Ahlul laiil, dan dibaca kala jamaah haji lagi thowaf ketika sampai di makam nabiyullah Ibrohim, yaitu..'Robbi adkhilnii mudkhola sidqii wa akhrijniii mukroja sidqii waj'alnii milladunka Sulthoonannasiroo,'Ya, robbi, masukkanlah saya dalam sebuah perkara dengan pintu masuk yang benar dan keluarkanlah saya dalam sebuah perkara dengan pintu keluar (solusi) yang benar dan jadikanlah (berikanlah) kami dalam sisiMu. "Sulthoonnan Nasiiroo" yakni Pitulung Agung yang memberi pertolongan (yang mengentaskan) dari perkara-perkara yang memberatkan ummat (Apakah para sesepuh orang orang dahulu menamakan kota Tulung Agung dari do'a ini? Wallahu'alam). Kemudian dilanjutkan dengan,'Waqull Jaa-all Haq Wazahaqoll baathil Innall baathiila kaana Zahuuqoo,'Katakanlah telah datang kebenaran dan lenyaplah kebatilan, sesungguhnya kebatilan itu pasti akan lenyap'--Memaknai simbol 78--Memaknai simbol angka 7 dan 8 penuh tafsir dan nilai yang terkandung dalam angka tersebut, tentunya kita mencari makna agar didapatkan hikmah yang paling baik yang kita harapkan. Angka 7 dan 8 bila kita tulis dalam bahasa Arab yakni 7 sama dengan 'V' dan angka 8 ditulis dengan angka 'V' terbalik.Jika keduanya kita gandeng dalam angka Arab kita balik maka jadilah simbol "VV" melambangkan 'Asma Allah", sepertinya angka 7 dan 8 sama saja, jika angka tersebut dalam bilangan Arab kita coba susun secara vertikal dimana angka 7 diatas dan angka delapan di bawah maka jadilah simbol dari mesin waktu, menurut petunjuk Mursyid Sholahuddin bahwa angka tujuh itu dilambangkan sebagai 'senjata' dan angka delapan menunjukkan hal 'keduniaan' maka persis seperti yang disebutkan pada syair dari Sayyidinna Ali karamallahu Wajhah bahwa,'Al Waqtu kass Syaiff'Yakni waktu itu bagaikan senjata. Bukankah dunia ini terikat dalam dimensi ruang dan waktu ??? hal demikian seorang pujangga Pakistan Muhammad Iqbal menyairkan,Disini... tiada tempat untuk diam dan berhenti,... Diam adalah kematian... Kematian di ujung senjata sang waktu.Penulis,Aswil II, Jabodetabek.Al-FaqiirMuhammah Zuhri PrayitnoJakarta, 01 Oktober 2012
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Title : Memahami Pergerakan Sultan Agung 78
Description : -- Memahami Pergerakan Sultan Agung 78 Upaya Mengunduh Hikmah dengan lebih baik..-- Dalam forum pengajian yang diadaka...