بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
(Mantiqu't-Thoir)
Musyawarah Burung
Faridu'd-Din Atthor
III. MUSYAWARAH BURUNG
3. Hudhud
Hudhud menjawab, "O Bulbul, kau yang tak mau ikut, silau karena
bentuk lahiriah dari segala ini, berhentilah menikmati keterikatan yang begitu
menyesatkan. Cinta Mawar itu banyak durinya; ia mengusik dan menguasai dirimu.
Meskipun Mawar itu jelita, namun keindahannya akan segera lenyap. Siapa yang
mencari kesempurnaan diri janganlah menjadi budak cinta yang begitu cepat
berlalu. Jika senyum Mawar itu menimbulkan berahimu, maka itu hanya akan
mengisi hari demi harimu dan malam demi malammu dengan ratapan-ratapan kesedihan.
Tinggalkan Mawar itu dan hendaknya kau malu pada dirimu sendiri; sebab, bersama
tiap Musim Semi yang baru, ia menertawakanmu dan kemudian ia pun tak tersenyum
lagi."
Hudhud Menuturkan
Kisah Puteri Raja dengan Darwis
Seorang raja mempunyai seorang putri secantik bulan, yang dicintai oleh
setiap orang. Nafsu terbangkit oleh matanya yang mengantuk sayu dan bius manis
kehadirannya. Wajahnya seputih kapur barus, rambutnya hitam-kesturi.
Kecemburuan bibirnya mengeringkan permata air terindah, sedang gula pun cair di
sana karena malu.
Karena kehendak nasib seorang darwis sempat melihat putri itu sepintas, dan
roti yang dipegangnya pun jatuh dari tangannya. Putri itu melintasinya bagai
nyala api, dan ketika melintas, putri itu tertawa. Melihat ini, darwis itu
jatuh di atas debu, hampir mati. Ia tak dapat merasa tenang, baik siang maupun
malam, dan ia menangis berkepanjangan. Bila teringat akan senyum putri itu, ia
mengucurkan airmata bagai awan menjatuhkan hujan. Cinta yang garang ini
berlangsung terus tujuh tahun lamanya, dan selama itu ia hidup di jalanan
bersama anjing-anjing. Akhirnya para pengiring sang putri memutuskan untuk
membunuhnya. Tetapi putri itu bicara padanya dengan diam-diam; katanya,
"Mana mungkin akan ada hubungan yang mesra antara kau dengan aku? Pergilah
lekas, atau kau akan dibunuh nanti; jangan tinggal lagi di pintuku, tetapi
bangkitlah pergi."
Darwis malang itu menjawab, "Pada hari
ketika hamba jatuh cinta pada Tuanku Putri, hamba bercuci tangan dari kehidupan
ini. Beribu-ribu yang seperti hamba mengorbankan diri ke haribaan keindahan
Tuan. Karena para pengiring Tuan hendak membunuh hamba secara tak adil, maka
jawablah kiranya pertanyaan yang biasa ini. Pada hari ketika Tuan menjadi sebab
bagi kematian hamba, mengapa Tuan tersenyum pada hamba?" "O kau si dungu,"
kata putri itu, "ketika kuketahui bahwa kau hendak merendahkan martabat
dirimu sendiri, aku tersenyum karena kasihan. Aku sengaja tersenyum karena
kasihan bukan karena hendak mencemooh." Berkata demikian, ia pun lenyap
bagai seberkas asap, meninggalkan darwis itu termangu sendiri
4. Nuri
Lalu datang Nuri dengan gula di paruhnya, berpakaian hijau, dan lengkung
leher baju kencana melingkar di lehernya. Rajawali hanyalah nyamuk di sisi
keindahannya yang cemerlang; permadani bumi yang hijau ialah pantulan
bulu-bulunya, dan tutur katanya ialah sari gula. Dengarkan dia: "Begitu
menawan aku ini, hingga manusia keji yang berhati besi mengurungku dalam
sangkar. Terikat dalam penjara ini, aku pun merindukan sumber air kebakaan yang
dijaga oleh
Khizr. Seperti dia, aku pun
berpakaian hijau, sebab aku ini
Khizr di
antara burung-burung. Aku ingin pergi ke sumber air ini, tetapi ngengat tidak
berdaya mengangkat dirinya ke sayap
Simurgh yang besar itu; mata air
Khizr cukuplah bagiku."
Hudhud menjawab, "O kau yang tak punya cita-cita kebahagiaan!
Siapa yang tak mau meninggalkan hidupnya, bukanlah makhluk. Hidup diberikan
padamu agar suatu ketika kau dapat mempunyai sahabat yang mulia. Tempuhlah
Jalan itu, karena kau bukan buah badam, kau hanya kulitnya. Masuklah di
kalangan mereka yang mulia dan tempuhlah Jalan mereka dengan senang."
Si Penggila Tuhan dan Khizr
Ada seorang lelaki, gila karena cintanya pada Tuhan.
Khizr bertanya padanya, "O manusia sempurna, maukah kau
jadi sahabatku?"
Orang itu menjawab, "Kau dan aku tak mungkin disatukan, karena kau
telah banyak mereguk air kebakaan sehingga kau akan senantiasa hidup, sedang
aku ingin menyerahkan hidupku. Aku tak berkawan dan bahkan bagaimana menunjang
hidupku sendiri pun aku tak tahu. Sementara kau asyik memelihara hidupmu, aku
mengorbankan hidupku setiap hari. Lebih baik aku meninggalkan kau, bagai burung
menghindari jerat, jadi, selamat tinggal."
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Title : Terjemah kitab Mantiqu't-Thoir karya Faridu'd-Din Atthor (5)
Description : ( Mantiqu't-Thoir ) Musyawarah Burung Faridu'd-Din Atthor III. MUSYAWARAH BURUNG 3. Hudhud Hudhud menjawab, ...