• Home
  • Facebook PPa
  • Twitter
  • Aurodan PPa
  • Download software
 Padepokan Padang Ati (ppa)
  • HOME
  • AL-HIKAM
    • KH ABDUL WAHID ZUHDI
      • AL-HIKAM mp3
      • KISAH PERANG BADAR mp3
      • SULAMUT-TAUFIQ mp3
      • FIQIH/UBUDIYYAH mp3
    • SYARAH AL HIKAM
    • AL HIKAM KH IMRON JAMIL mp3
  • TASAWWUF-THORIQOH
    • HIKMAH SUFI
    • BAHASAN SUFI
    • THORIQOH
      • SYADZILIYYAH
      • QODIRIYYAH
      • NAQSYABANDIYYAH
      • THORIQOH LAIN-LAIN
    • KISAH ULAMA'NUSANTARA
    • KISAH ULAMA' DUNIA
    • KISAH WALI SONGO(9)
  • DOWNLOAD KITAB
    • KITAB TERJEMAH 1
    • KITAB TERJEMAH 2
    • KITAB KUNING MAKNA PESANTREN
    • KITAB HADITS
    • KITAB KLASIK/KUNING
    • KITAB KUNING MP3
      • Kitab kuning/klasik mp3
      • Ihya'Ulumuddin mp3
      • Nasho'ihul 'Ibad.mp3
      • Irsyadul 'ibad mp3
      • At-Tibyaan fii Aadaabi Hamalatil Qu’ran mp3
    • BAHTSUL MASA'IL
    • E-BOOK ISLAMI 1
    • E-BOOK ISLAMI 2
    • E-BOOK MUSLIMAH
  • TERJEMAHAN KITAB
    • KITAB-KITAB SYEIKH ABDUL QODIR ra
      • FATHUR-ROBBANI WAL FAYDHUR RAHMANY
      • PENGAJIAN SYEIKH ABDUL QODIR ra
      • FUTUHUL GHOIB
      • MANAQIB SYEIKH ABDUL QODIR ra
      • WEJANGAN SYEIKH ABDUL QODIR ra
    • SYARAH AL HIKAM
    • AT-TANWIR FI ISQOTHID TADBIR
    • TAJUL 'ARUSY IBNU 'ATHO'ILLAH
    • RISALATUL QUSYAIRIYYAH
    • (WASHOYA) AN-NASHO'IH
    • MEMBUMIKAN AL-QUR'AN
    • RENUNGAN TENTANG UMUR MANUSIA
    • KEAJAIBAN DLM TUBUH KITA
    • AT-TA'ARUF LI MADZHABI AHLIT-TASHAWWUF
    • KHUTBAH JUM.AH
  • AL-QUR'AN - QIRO'AH
    • TAFSIR JALALEIN
    • AL-QUR'AN UNTUK PC/HP
    • AL-QUR'AN 30 juz (Murottal)mp3
    • QIRO'AH, SENI BACA AL-QUR'AN mp3
    • SHOLAWAT,NASYID,PUISI mp3
Home » HIKMAH SUFI » PEMAHAMAN TENTANG QODHO’, IRODAH, QODAR, IZIN ALLOH dan MASYI’AH

PEMAHAMAN TENTANG QODHO’, IRODAH, QODAR, IZIN ALLOH dan MASYI’AH

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ

PEMAHAMAN TENTANG QODHO’, IRODAH, QODAR, IZIN ALLOH dan MASYI’AH



 Manusia sejak dilahirkan kedunia telah mendapati fenomena-fenomena atau kenyataan yang ada dalam kehidupan yang adakalanya dapat masuk dan difahami dalam batas pemikirannya, ada pula tetap menggelayut menjadi suatu misteri yang tanpa ujung jawaban. Manusia mengalami masa yang telah dilalui (kemarin) dan dia melihat masa itu menyisakan perkara-perkara yang menjadi cacatan kehidupannya. Hari ini dia pun hidup dan merasakan kehidupan tapi entah apakah dirinya berpikir tentang hari yang dijalaninya, atau dia mengalir tanpa arah dan tujuan. Menghadapi masa yang akan datang (esok) yang merupakan masa yang diselimuti misteri tentang keberadaanya.

Keumuman sikap manusia dalam taraf basyar (UMUM). Inilah yang disinyalir dalam surat al-Jatsiyah ayat 26;

قُلِ اللَّهُ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يَجْمَعُكُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَا رَيبَ فِيهِ وَلَكِنَّ أَكَثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ

“Katakanlah: “Allah-lah yang menghidupkan kamu kemudian mematikan kamu, setelah itu mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya; akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (45:26)

Ketika derajatnya meningkat satu tahap yakni menjadi insan, manusia lebih peduli terhadap kehidupan dan makna kehidupan dirinya, masa (al-dhar) dipandang bukan suatu yang misteri, ia adalah sesuatu yang riil, dan senantiasa berada dalam dimensi pemikirannya, celakanya dia terjeلاak pada ilusi semata, yakni dunia ini adalah material semata. Jika tanpa kendali dia menjadi sebuah bola liar menuju suatu faham materialisme. Suatu paham yang menistakan keberadaan Dzat Pencipta (Allah Subhanahu wa Ta’ala) dan hari esok (akhirat). Inilah potret manusia yang dilukiskan pada surat al-An’am ayat 29;

َوَقَالُواْ إِنْ هِيَ إِلاَّ حَيَاتُنَا الدُّنْيَا وَمَا نَحْنُ بِمَبْعُوثِينَ

” Dan tentu mereka akan mengatakan (pula): “Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia saja, dan kita sekali-kali tidak akan dibangkitkan”.(QS 6:29)

Berbeda, jika kehidupan dunia ini dipandang oleh khairul ummah (manusia yang paripurna) dengan piranti yang dimiliki; indra, akal dan hati, dia mendapati kehidupan sesungguhnya senantiasa berada pada tiga dimensi, yakni dimensi realiatas (ainul yaqin), dimensi kesadaran (‘Ilma yaqin) dan dimensi spiritual (haqul yaqin). Dunia (dekat, cepat, binasa) adalah lintasan menuju dunia sesungguhnya dunia tanpa batas (akhirat) . Inilah potret Ulul Albab yakni potret tahap awal menuju kesempurnaan khairu ummah.

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لِّأُوْلِي الألْبَابِ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللّهَ قِيَاماً وَقُعُوداً وَعَلَىَ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّار

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.

Menjadi tingkat ulul albab belumlah menjadi jaminan manusia bisa meraih kehidupan sebenarnya, derajat muttaqi lah seorang manusia akan melihat dan merasakan kehidupan sebenarnya yakni kehidupan berdasarkan aturan dan tujuan yang memberi kehidupan itu sendiri. Muttaqi dan setingkat lebih tinggi darinya yakni atqaq adalah orang yang menjalani kehidupan dengan aturan dan petunjuk yang benar, petujuk Al-Qur’an petunjuk hidup manusia yang menuntun kepada kebahagian yang sebenarnya.

Al-Qur’an adalah petunjuk terbesar disamping petujuk-petunjuk lain yang menuntun seorang muttaqi meraih kebahagiaan hakiki. Al-Qur’an adalah media komunikasi antara Khaliq dan mahluk, sebuah komunikasi melewati bahasa arab sebagai bahasa pilihan diantara bahasa-bahasa yang ada didunia. Didalamnya ada ribuan ayat dengan ragam style. Muhkam, mutasyabih, amm, khas, adalah diantara ragam-ragam ayat al-Qur’an yang penuh eksotik. Disamping itu untaian kata yang membentuk istilah-istilah Qur’ani bersebaran bagai bintang-bintang yang sukar digenggam maksud dan tujuannya. Dan juga bagai mutiara yang perlu usaha keras untuk menggapainya karena dalamnya samudra al-Qur’an itu sendiri. Inilah sisi ‘izajul Qur’an (mukzijat al-Qur’an) sepanjang zaman.

Diantara eksotikasi istilah al-Qur’an, adalah apa yang disebut musytarak (memiliki ragam arti), wujuhul ma’na (ragam maksud), muradif (sinonim), mutaradif (mirip) yang semuanya menjadi khazanah pergulatan pemikiran yang tiada hentinya. Ketidakpuasan terhadap maksud suatu istilah al-Qur’an, mendorong seorang muttaqi untuk menggali kembali dari maksud istilah tersebut. Beragam metode yang ditawarkan oleh para ahli sebagai piranti untuk menggali makna dan maksud istilah-istilah tersebut. Diantaranya dengan method tafsir maudhu’I (tematik) dan sastra yang dianggap oleh sebagian ahli sebagai metode yang cukup efektif untuk eksplorasi tafsir istilahi.

Diantara kajian istilah yang menjadi pergulatan pemikiran para ahli adalah perkara yang berhubungan dengan bidang teologis, atau lebih tepatnya jabariyah (paksaan) dan qadariyah (pilihan) terhadap amal dan prilaku manusia. Keduanya bermuara dari beberapa istilah al-Qur’an yang memungkinkan terjadinya perbedaan sudut pandang dalam memahaminya ketika berada pada suatu ayat. Istilah-istilah ini antara lain :

1. Qodho’ Allah

2. Irodhah Allah

3. Qodar (takdir) Allah

4. Izin Allah

5. Masyi’ah Allah

Ke-limanya adalah laksana mutiara didalam samudra yang mungkin untuk dapat diraih, dengan dasar inilah, penulis mencoba menelaah dan mengkaji dari keempatnya sebagai mana berikut ini.

I. QODHO’ Allah

Qodho’ (قضي) qa-dha-ya muncul dalam al-Qur’an kurang lebih 37 ayat dalam beragam penjelasan dan pemahaman. Ia termasuk istilah yang tergolong mustaroq (memiliki arti lebih dari satu). Secara lafadz, Qodho’ (قضي) memiliki arti sebagai berikut;

1. Qodho’ (قضي) sama dengan (أخبر) akh-ba-ro (menginformasikan), sebagaimana dalam firman-Nya

وَقَضَيْنَا إِلَيْهِ ذَلِكَ الأَمْرَ أَنَّ دَابِرَ هَؤُلاء مَقْطُوعٌ مُّصْبِحِينَ

Dan telah Kami informasikan kepadanya (Lut) perkara itu, yaitu bahwa mereka akan ditumpas habis di waktu subuh. (15:66)

Ayat lain Al-Isra :4 Al-Qasas : 44

2. Qodho’ (قضي) semakna dengan (أمر) a-ma-ra (memerintahkan) lawan dari (نهى) na-ha (melarang), sebagaimana dalam firman-Nya

وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيماً

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (17:23)

3. Qodho’ (قضي) semakna dengan(أخر) Aa-kha-ra (mengahiri sesuatu), sebagaimana firman-Nya

فَاسْتَغَاثَهُ الَّذِي مِن شِيعَتِهِ عَلَى الَّذِي مِنْ عَدُوِّهِ فَوَكَزَهُ مُوسَى فَقَضَى عَلَيْهِ قَالَ هَذَا مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ عَدُوٌّ مُّضِلٌّ مُّبِينٌ

Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Musa berkata: “Ini adalah perbuatan syaitan sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya).(28:15)

Ayat lain yang semakna Al-Qasas :28, Al-Ahzab :23

4. Qodho’ (قضي) semakna dengan (أراد) a-ra-da (hendak/ketetapan) atau kehendak ilahi yang operatif, sebagaimana firman-Nya

مَا كَانَ لِلَّهِ أَن يَتَّخِذَ مِن وَلَدٍ سُبْحَانَهُ إِذَا قَضَى أَمْراً فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُن فَيَكُونُ

Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: “Jadilah”, maka jadilah ia. (19:35)

إِِنَّمَا قَوْلُنَا لِشَيْءٍ إِذَا أَرَدْنَاهُ أَن نَّقُولَ لَهُ كُن فَيَكُونُ

Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “Kun (jadilah)”, maka jadilah ia.(16:40)

Makna ke-empat inilah yang dimaksud dalam kajian ini, untuk selanjutnya,

Apa yang dimaksud dengan Qodho’ itu ?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita lihat ayat-ayat berikut;

مَا كَانَ لِلَّهِ أَن يَتَّخِذَ مِن وَلَدٍ سُبْحَانَهُ إِذَا قَضَى أَمْراً فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُن فَيَكُونُ

Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: “Jadilah”, maka jadilah ia. (19:35)

إِنَّمَا قَوْلُنَا لِشَيْءٍ إِذَا أَرَدْنَاهُ أَن نَّقُولَ لَهُ كُن فَيَكُونُ

Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “Kun (jadilah)”, maka jadilah ia. (16:40)

إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئاً أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia. (36:82)

هُوَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ فَإِذَا قَضَى أَمْراً فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُن فَيَكُونُ

Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, maka apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya berkata kepadanya: “Jadilah”, maka jadilah ia. (40:68)

أَتَى أَمْرُ اللّهِ فَلاَ تَسْتَعْجِلُوهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ

Telah pasti datangnya ketetapan Allah maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (datang) nya. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan. (16:1)

يُنَزِّلُ الْمَلآئِكَةَ بِالْرُّوحِ مِنْ أَمْرِهِ عَلَى مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ أَنْ أَنذِرُواْ أَنَّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنَاْ فَاتَّقُونِ

Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu: “Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku”. (16:2)

Dari ayat-ayat diatas, maka Qodho’ tidak lain Irodah adalah amr-Nya (ketetapan). Pada 4 ayat pertama diikuti dengan kalimat yang tetap “yaqulu”, “naqulu” yang artinya bahwa ketetapan Allah yang operatif tidak akan terjadi kecuali dengan “qaul-Nya”. Sedangkan “qaul-Nya” adalah yang “al-haq” yang “riil” yakni kalimat-kalimat-Nya. Sedangkan “kalimat-kalimat-Nya” tiada lain adalah realitas wujud itu sendiri dengan hukum-hukum obyektifnya. Artinya qadha (ketetapan ) yang pasti itu akan terealisasi melalui sesuatu yang telah ditentukan. Yakni syarat-syarat objektif yang terakumulasi dalam sebuah kitab. Misalnya qodho’kemenangan dalam peperangan akan terelalisasi apabila telah terpenuhinya syarat-syarat objektif untuk menang yang terakumulasi dalam “kitab kemenangan”. Jika syarat-syarat objektifnya tidak terpenuhi sampai kapan pun tidak akan ada (takdir) kemenangan dalam peperangan.

Sedangkan pada dua ayat terahir (Al-Nahl :1-2) amr-Nya tidak diikuti “qoul-Nya” dalam bentuk kalimat “qouluhu” “qulna”,”naqulu” dan “kun fayakunu”, maka yang dimaksud amr-Nya disini adalah awamir (perintah-perintah) sebagai kebalikan dari larangan-larangan (nawahi), maka ia bukan qadha artinya ia bukan hukum-hukum objektif yang berproses diluar kesadaran melainkan hukum subjektif yang berada dalam kesadaran manusia. Ia juga bukan kalimat-kalimat-Nya namun merupakan iradah Allah yang merupakan peringatan dan merupakan hubungan-hubungan spiritual yang tidak bersifat material.

Singkatnya, qodho’ Allah adalah amr-Nya ada dua bentuk yakni amr (perintah) yang merupakan lawan dari nahy (larangan) dan kedua amr-Nya yang berupa amr kondisional-operatif (ketetapan situasional) yang ada dengan adanya ketentuan lain yakni syarat-syarat objektifnya.

Apakah qodho’ itu bersifat azali (ditentukan di lauhul mahfudz)?

Telah disebutkan diatas, bahwa ketika Allah menetapkan qodho’-Nya yang operatif maka hal tersebut tereralisasi melalui kalimat-kalimat-Nya. Atau hukum-hukum objektif wujud, yakni syarat-syarat objektif yang terhimpun dalam sebuah kitab. Oleh sebab itulah Allah selalu menggunakan bentuk kalimat qoul. Didalam qoul ini ada dua sisi yakni :

1. Penggunaan secara umum iradah dengan firman-Nya “kun”

2. Penggunaan secara umum qudrah dengan firman-Nya “yakunu”

Dari dua sisi itu terdapat perbedaan maksud. “kun” menunjukan kesegeraan, sedangkan “yakuun” yang mempunyai selang waktu. Oleh karenanya, qadha-Nya bersifat tidak azali artinya ketetapan Allah tidak ditentukan dilauh mahfudz. Kecuali hukum-hukum wujud dan perkembangan. Jika seandainya qadha Allah bersifat azali maka kalimatnya yang mungkin adalah ” fa innama yaqulu lahu fa kana” (sesungguhnya jika Allah berfirman: “jadilah” maka ia langsung jadi”) akan tetapi disini menggunakan “yakun” (akan terjadi). Oleh karenanya qadha Allah (ketetapan yang bersifat umum) dapat berubah dan berganti dengan ikhtiar salah satunya dengan kekuatan do’a.

Dalam surat Yunus :98 disebutkan;

فَلَوْلاَ كَانَتْ قَرْيَةٌ آمَنَتْ فَنَفَعَهَا إِيمَانُهَا إِلاَّ قَوْمَ يُونُسَ لَمَّا آمَنُواْ كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَابَ الخِزْيِ فِي الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ

Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Tatkala mereka (kaum Yunus itu), beriman, Kami hilangkan dari mereka adzab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu.( 10:98)

Disini kita melihat secara pasti bahwa qadha’ Allah tidak bersifat azali dan bisa berubah dengan perubahan kondisi manusia. Oleh sebab itulah datang para Nabi dan Rasul untuk memberikan peringatan pada manusia. Jika qadha itu azali maka risalah dan nubuwah serta do’a menjadi suatu yang sia-sia karena azali dan telah ditentukan dalam lauh mahfudz. Ayat lain yang senada dengan ayat diatas;

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ

Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (7:96)

Adapun qadha Allah, yang kedua yakni amr-Nya (perintah-perintah) yang menjadi lawan nawahi (larangan-larangan) ia tidak mengandung sifat-sifat azali sedikit pun, tidak juga bersifat material karena ia bukan kalimat-kalimat-Nya melainkan dari ruh yang berasal dari arsy bukan dari lauhul mahfudz.

II- Qodar (takdir) dan Miqdar Allah

Istilah lain yang muncul berkenaan dengan qadha adalah qadar dan miqdar. Keduanya berasal dari akar kata yang sama yakni (قدر) qa-da ra. Secara lafdhiyah berarti batas, inti, atau ahir dari sesuatu. Sedangkan menurut terminologis qodar adalah batas maksimal dari segala sesuatu. Qodar merupakan ketetapan Allah terhadap segala sesuatu, sesuai dengan batas maksimal dan ahir yang dia kehendaki. Dari kata qodar muncul istilah qudratullah yaitu kemampuan Allah dalam merealisasikan segala sesuatu yang Allah kehendaki dalam kualitan dan kuantitasnya. Sebagaimana firman-Nya;

إِنَّ اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِير

Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (2:148)

فِي مَقْعَدِ صِدْقٍ عِندَ مَلِيكٍ مُّقْتَدِرٍ

di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa. (54:55)

Al-Qodar dalam konsepsi ayat-ayat Al-Qur’an adalah wujud segala sesuatu dengan kuantitas sekaligus kualitas yang ada diluar kesadaran manusia dimana kuantitas dan kualitas tidak bisa dipisahkan dari yang lainnya dalam wujud objektif dan juga pada substansi dan batas maksimalnya yang merupakan transfigurasi (perubahan dalam proses kejadian ) dan evolusi.

Pada ayat berikut, kita bisa melihat , bahwa qadar yang padanya ada kualitas dan kuantitas dan padanya pula terdapat fungsi-fungsi dari segala sesuatu;

سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى الَّذِي خَلَقَ فَسَوَّى وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَى

Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi, yang menciptakan dan menyempurnakan (penciptaan-Nya), dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk, (Al-‘Alaa :1-3)

Disini dapat kita perhatikan bahwa ada keterkaitan anatara “yang menentukan qadar” dengan “member petunjuk”. Ini artinya bahwa wujud secara kuantitas dan kualitas kedua-duanya menyebabkan”petunjuk” kepada sesuatu untuk menjalankan fungsinya. Oleh sebab itulah digunakan “yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk” secara lepas dan tidak ada hubungan dengan prilaku sadar manusia.

Al-Miqdar

Al-Miqdar adalah kuantitas yang terlepas dari kualitas. Ia adalah bentuk Gambaran semata, sebab tidak mungkin mengabstraksikan kuantitas dari kualitas kecuali dengan pengetahuan abstrak.

Al-Miqdar dan al-Qadar dapat di bedakan sebagai mana ilustrasi berikut;

“Apel + Apel = Dua Apel” (qadar) Kuantitas sekaligus kualitas.

Ketika diabstraksikan dalam pengetahuan maka dinyatakan sebagai berikut;

” 1 + 1 = 2″ (miqdar), Kuantitas abstrak semata.

Ayat-ayat yang mengunakan konteks Al-Miqdar antara lain;

1. Bayi dalam kandungan ibunya ( Al-Ra’d :8)

2. Perhitungan hari/waktu (Al-Sajdah :5)

3. Ukuran kecepatan malaikat/cahaya ( Al-Ma’arij :4)

Istilah lain yang berhubungan dengan qadar dan miqdar adalah Al-‘adad (kalkulasi) dan al-Ihsha (statistifikasi). Al-‘adad berasal dari kata ‘adda yang berarti “ukuran dari apa yang bisa dihitung “. Sedangkan Al-Ihsha berasal dari kata ha-sha-wa yang berarti “menahan ” dan “menghitung dengan sabar”. Berikut ini adalah contoh ayat-ayat yang mengandung istilah tersebut,

فَلاَ تَعْجَلْ عَلَيْهِمْ إِنَّمَا نَعُدُّ لَهُمْ عَدّاً

Maka janganlah kamu tergesa-gesa memintakan siksa terhadap mereka, karena sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari siksaan) untuk mereka dengan perhitungan yang teliti. (Maryam :89)

يَوْمَ يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ جَمِيعاً فَيُنَبِّئُهُم بِمَا عَمِلُوا أَحْصَاهُ اللَّهُ وَنَسُوهُ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ

Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. (Al-Mujadilah :6)

لِيَعْلَمَ أَن قَدْ أَبْلَغُوا رِسَالَاتِ رَبِّهِمْ وَأَحَاطَ بِمَا لَدَيْهِمْ وَأَحْصَى كُلَّ شَيْءٍ عَدَداً

Supaya Dia mengetahui, bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, sedang (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu. (Al-Jin :28)

Beberapa ayat berikut yang mengandung dua istilah tersebut;

A-  ‘ADDA

1. Usia atau umur sesuatu/orang ?” (Al-Mu’minun:112-113)
2. Perhitungan kalender. (Yunus:5)
3. Dimensi waktu dan ruang (Al-Kahfi :11)
4. Bilangan perbuatan manusia (Al-Jin :24)
5. Perbedaan perhitungan waktu (Al-Hajj :47)

B- IHSHA

1. Statistikasi amal manusia(Yasin :12)
2. Segala sesuatu terakumulasi dalam kitab (al-Naba:29)
3. Rumus kalkulasi (Al-Kahfi :12)

C. ‘ADDA dan IHSHA


1. Segala sesuatu terkalkulasi dan terstatistifikasi (Maryam :94)
2. Segala sesuatu terkalkulasi dan terstatistifikasi (Al-Jin :28)
3. Nikmat Allah tidak terkalkulasi dan tidak terstatistifikasi (Ibrahim :34)
4. Hukum perdata islam terkalkulasi dan terstatistifikasi (Al-Thalaq:1)

III. IDZIN Allah

Kata idz berasal daria-dzi-na secara bahasa memiliki dua makna;

1. Menampakan sesuatu dan menegaskan suatu kejadian serta merealisasikannya.

Dalam surat Ali -Imran :145 Allah menggunakan kata “idzin” untuk konteks kematian,

وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلاَّ بِإِذْنِ الله كِتَاباً مُّؤَجَّلاً

Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya.. (3:145)

Artinya, izin Allah pasti terjadi dan terealisasi yang dalam konteks ini adalah “kematian”. Akan tetapi kematian akan terealisasi melalui “kitab” yaitu kitab kematian yang merupakan akumulasi syarat-syarat objektif yang jika telah tercapai pasti akan terjadi kematian. Syarat itu akan datang dengan tiba-tiba (muajjal) dan tidak ditentukan waktunya. Artinya umur seseorang bisa panjang dan bisa pendek tergantung terpenuhinya syarat-syarat objektif kematian. Allah member izin kematian manusia jika berada diatas suhu 44 derajat Celsius, Allah juga member izin kematian dengan dibakar, digantung, minum racun dll.

Jadi izin Allah adalah nampaknya sesuatu yang terealisasinya sesuai dengan syarat-syarat dan hukum-hukm objektif dan terakumulasi dalam kitabnya masing-masing.

Berikut ini adalah kejadian-kejadian dengan menggunakan kontek idzn Allah:

a. Munculnya mukzijat para Rasul (Al-Mukmin :78)
b. Kekalahan dalam perang (Ali-Imran :166)
c. Datangnya musibah (Al-Taghabun :11)
d. Akibat pembicaraan rahasia (Al-Mujadilah :10)
e. Pemberiaan syafaat (Al-Baqarah :225,Yunus: 3, Thaha :10, Saba:23, Al-Naba :38)
f. Turunnya para malaikat (Al-Qadar:4)
g. Menimpakan madharat kepada orang lain (Al-Baqarah :102)
h. Kemenangan kelompok yang kecil (Al-Baqarah :249)
i. Menghidupkan yang mati, Menyembuhkan penyakit dan menghidupkan orang mati (Ali Imran :49)
j. Tumbuhan subur tumbuh pada tanah yang subur (Ibrahim :11)
k. Penaklukan sebagian jin (Saba :12)
l. Sikap terhadap agama (al-Fathir ;12)

2. Memberi pemakluman, pemberitahuan informasi dan kesepakatan. Seperti dalam surat Al-Hajj: 27,

وَأَذِّن فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالاً وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِن كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ

Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, (22:27)

Berikut ini adalah perkara-perkara yang disebut dalam konteks izin (pemakluman, kesepakatan)

a. Tidak pergi jihad (Al-Taubah :90)
b. Masuk kerumah orang lain (Al-Nur :27)
c. Ikut berperang (Al-Taubah:83)
d. Izin Rasulullah (Al-Nur :62)
e. Haji Akbar (Al-Taubah :3)
f. Izin Budak (Al-Nur :58)

Izin Allah adalah hukum-hukum objektif-oferatif yang terakumulasi dalam sebuah kitab, dan efektif ketika ia ada.

IV. Al-Masyi’ah Allah

Masyi’ah berarti kehendak, Masyi’ah Allah berarti kehendak Allah. Pada dasarnya antara idzn dan masyi’ah sama. Bedanya izin Allah hanya mengandung satu sisi yaitu efektif ketika ia ada. Adapun kehendak Allah (masyi’ah) mengandung dua sisi, negative dan positif.

Berikut ini contoh sederhana membedakan keduanya;

Ketika Zaid sakit ia akan berobat ke dokter, dan dia besok akan pergi kedokter. Maka kepergian Zaid kedokter memiliki dua kemungkinan jadi berangkat atau tidak jadi berangkat sehingga dia bilang :”besok saya akan pergi kedokter, jika Allah menghendaki”. Ternyata dia jadi berangkat kedokter dan dikasih obat, maka dia bilang: “saya akan makan obat ini supaya sembuk dengan izin Allah”. Ini disebabkan dia mengandung satu sisi yang satu, yakni dengan kesembuhan dari penyakit.

Oleh karenanya,pada ayat berikut mengunakan kalimat” orang yang dikehendaki” dalam konteks mendapat petunjuk;

ذَلِكَ هُدَى اللّهِ يَهْدِي بِهِ مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَلَوْ أَشْرَكُواْ لَحَبِطَ عَنْهُم مَّا كَانُواْ يَعْمَلُونَ

Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.(6:88)

Untuk mendapat hidayah mesti memenuhi syarat-syarat objektif melalui hukum-hukum yang operatif. Penganugerahannya kepada seseorang mengandung dua sisi, yakni bersyarat. Seseorang yang telah memenuhi syarat, maka dia akan mendapat hidayah tersebut, sedangkan yang tidak memenuhi syarat tidak akan mendapatkannya. Misalnya sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat :258;

وَاللّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzolim.

Berikut ini perkara-perkara yang menggunakan kontek yang dikehendakinya,

a. Pemberian kekuasaan, memuliakan seseorang,menghinakan seseorang (Ali Imran:26)
b. Memberi rizki tanpa batas (Ali Imran :27)
c. Memberi hidayah (Al-‘Araf:155)
d. Meninggikan derajat (Al-An’am:83)
e. Memberikan karunia (Ali Imran :73)
f. Memberi petunjuk (al-An’am :88)
g. Menghapus dan menetapkan sesuatu (Al-Ra’d:39)
h. Menjadikan manusia iman semua (Al-An’am :149)


DALAM PENGERTIAN MAKNA ISTILAH


سوابق الههم لا تخرق أسوار الأقدار

“Semangat yang tinggi tidak akan mampu menembus dinding-dinding takdir Allah”

1. Penjelasan

Etika yang harus dilakukan dalam maqam asbab adalah percaya akan takdir Allah. Etika ini sangat urgen untuk di pegang oleh salik yang ingin selamat dari kesesatan. Karena sebesar apapun usaha salik pasti tidak akan keluar dari takdir Allah. Oleh karena itu Ibnu Atha’illah menjelaskan dengan kata hikmahnya :
“Semangat yang tinggi tidak akan mampu menembus dinding-dinding takdir Allah”.

“Semangat” disini adalah kemauan keras yang diberikan Allah kepada manusia untuk menghadapi kehidupan mereka seperti kerja, mengajar, dan sebagainya. Kemauan atau semangat keras yang diberikan Allah kepada manusia tersebut tidak akan mampu menembus dinding takdir Allah.

Qodar  ( takdir Allah )  Di Ibaratkan dengan dinding kokoh yang membentengi suatu negara. Jika ada seorang musuh yang ingin menghancurkan dinding tersebut maka dia tidak akan berhasil. Begitu juga manusia, dia tidak akan mampu membatalkan takdir Allah dengan kemauan dan semangat kerasnya tersebut.

Lakukanlah asbab (bekerja) sesuai kemampuanmu, namun ketahuilah bahwa asbab yang kamu kerjakan walaupun disertai kemauan keras dan efektifitas akan menjadi sirna jika berhalangan dengaan Qodho’ dan hukum Allah yang telah digariskan.

 Perlu kita ketahui bahwa Qodho’ dan Qodar itu memiliki arti yang berbeda. Qodho’ adalah ilmu Allah pada zaman azali dengan segala sesuatu yang akan terjadi, sedangkan Qodar adalah terjadinya sesuatu hal sesuai dengan ilmu Allah pada zaman azali tadi. Kemudian Qodho’ yang namanya berubah menjadi Qodar ketika telah terealisasi, ada kalanya hanya Allah-lah sebagai pemegang kendali (kehendak manusia tidak ikut andil) seperti datangnya musibah dan bencana alam. Dan ada kalanya Qodho’ Qodar terjadi atas kehendak Allah tetapi manusia memiliki andil di dalamnya seperti bekerja dan beribadah. Walaupun keduanya berbeda namun keduanya termasuk dalam Qodho’ dan Qadar Allah SWT. Karena kesemuanya bekerja sesuai ilmu dan penciptaan Allah. Oleh karena itu segala sesuatu yang tunduk di bawah Qodho’ dan Qodar Allah tidak ada hubungannya dengan ikhtiyar (usaha) dan idhtirar (keterpaksaan) manusia.


 1. Al-Qur’an surat al-Dzariyyat 58 di jelaskan

إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ


Sesungguhnya Allah dialah Maha pemberi rezki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.

Dan juga surat Al-Ankabut : 17

 .فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ


 Maka mintalah rizki itu di sisi Allah, dan sembahlah dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada- Nyalah kamu akan dikembalikan.

Serta hadist Nabi :

شرح الأربعين النووية في الأحاديث الصحيحة النبوية – (ج 1 / ص 9)
إنَّ أَحَدَكُم يُجْمَعُ خلقُهُ في بَطنِ أُمِّهِ أَربعينَ يَوماً نطفة ، ثمَّ يكونُ عَلَقَةً مِثْلَ ذلكَ ، ثمَّ يكونُ مُضغةً مِثلَ ذلكَ ، ثمَّ يُرسلُ إليه المَلَك ، فيَنْفُخُ فيه الرُّوحَ ويُؤْمَرُ بأربَعِ كلماتٍ : بِكَتْب رِزقه وأجَلِه وعمله ، وشقيٌّ أو سَعيدٌ


Sesungguhnya kejadian kalian di kumpulkan dalam perut ibu selama 40 hari berupa air mani, kemudian berubah menjadi segumpal darah selama 40 hari, kemudian menjadi segumpal daging juga selama 40 hari, lalu Allah mengirim malaikat untuk meniupkan ruh dan di perintah agar menulis 4 perkara yaitu rizqinya, ajalnya, amalnya dan celaka atau beruntung.

 Dari ketiga dalil diatas bisa kita ketahui bahwa rizqi telah digariskan dalam ilmu Allah dan masuk dalam genggaman Qodho’-Nya. Segala sesuatu tidak akan terjadi kecuali telah tergaris dalam ilmu-Nya. Adapun kesungguhan dan kerja keras kita hanyalah sebagai pelayan bagi segala sesuatu yang telah termaktub ( tertulis ) dalam Qodho’ dan hukum Allah dan juga sebagai pelayan bagi Qodar yang realisasinya pasti sesuai dengan ilmu dan Qodho’-Nya.

2. Al-Qur’an surat Al-Baqarah : 255

اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ


 Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.

Allah mensifati Dzat-Nya dengan Al-Qoyyum yang artinya Dzat yang mengurusi segala urusan untuk selama-lamanya. Jadi tidak ada satu makhluk yang bergerak atau memberi pengaruh kecuali dengan tindakan langsung dari Allah SWT.

3. Al-Qur’an surat Al-Rum : 25

وَمِنْ آَيَاتِهِ أَنْ تَقُومَ السَّمَاءُ وَالْأَرْضُ بِأَمْرِهِ ثُمَّ إِذَا دَعَاكُمْ دَعْوَةً مِنَ الْأَرْضِ إِذَا أَنْتُمْ تَخْرُجُونَ


 Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan iradat-Nya. Kemudian apabila dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur).

Jadi bergeraknya Afaq (cakrawala) bumi dan apa saja yang ada di dalamnya tergantung dari rahmat Allah. Perlu kita ketahui, ayat di atas menggunakan kalimah “تقوم ” yaitu fi’il mudlari’ yang menunjukkan zaman al-istimror (selama-lamanya dan terus-menerus). Segala sesuatu yang kita lihat baik berupa gerakan maupun perubahan, besar maupun kecil tidak akan sempurna tanpa kekuasaan dan perintah Allah SWT. Lalu (dengan penetapan ini) apakah ada yang mengatur segala sesuatu selain Allah?

4. Al-Qur’an surat Al-Fatir : 41

إِنَّ اللَّهَ يُمْسِكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ أَنْ تَزُولَا وَلَئِنْ زَالَتَا إِنْ أَمْسَكَهُمَا مِنْ أَحَدٍ مِنْ بَعْدِهِ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا


 Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.

Perhatikanlah ayat di atas, Allah memberikan redaksi dengan kalimah “يمسك” yaitu fiil mudlari’ yang juga bermakna zaman Al-istimror. Ayat di atas menjelaskan bahwa langit dan bumi bisa teratur dari waktu ke waktu karena aturan dan hukum Allah. Seandainya satu detik saja Allah tidak mengaturnya maka segala sesuatu pasti akan hancur dan tentunya sangat jauh apabila ada makhluk atau penyebab lain yang menempati posisi Allah sebagai pelaku utama yang mengatur alam ini.

5. Al-Qur’an surat Yasin : 41

وَآَيَةٌ لَهُمْ أَنَّا حَمَلْنَا ذُرِّيَّتَهُمْ فِي الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ


 Dan suatu tanda (kebesaran Allah yang besar) bagi mereka adalah bahwa kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan.

Jika memang perahu yang mengarungi gelombang laut itu adalah pelaku pengangkutan yang berpotensi dan mandiri, lalu kenapa Allah menisbatkan (menyandarkan) pekerjan mengangkut manusia di atas kapal kepada Dzat-Nya sendiri, dan tidak menisbatkannya pada kapal yang lahirnya memiliki kekuatan tersendiri?.
 Ayat di atas dengan jelas menjelaskan bahwa yang mengangkut kapal dan manusia di dalamnya adalah Allah. Dengan demikian sirnalah kesalah pahaman dan benarlah bahwa al-Sababiyyah al-Haqiqiyyah (penyebab haqiqi) dalam pengangkutan hanyalah Allah SWT.

sesungguhnya pekerjaan yang kita lakukan hanyalah menuruti perintah dan aturan yang telah ditetapkan Allah pada semua makhluk. Kita diperintahkan untuk makan, minum dan berobat jika kita lapar, haus, dan sakit. Kita juga diperintah agar waspada pada penyakit dan musibah. Keyakinan bahwa tidak ada pelaku selain Allah harus ditancapkan dalam diri kita. Hanya Allah-lah yang menciptakan segala sesuatu dan tidak ada pengaruh kecuali dari hukum-Nya. Allah SWT telah berfirman dalam surat Al-A’raf : 54 :

إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ


 Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang Telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu dia bersemayam di atas ‘Arsy. dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.

Allah memerintahkan kita untuk mengerjakan pekerjaan, di sisi lain Allah juga memerintahkan pada kita untuk meyakini bahwa semangat yang kuat tidak mampu menembus dinding-dinding takdir.

Syari’at (aturan) yang dibebankan Allah dan keyakinan yang diajarkan-Nya (pelaku hakiki hanyalah Allah) teraplikasikan dalam khitabNya kepada Sayyidah Maryam ketika bersandar pada pohon kurma dalam keadaan hamil. Allah berfirman di dalam surat Maryam : 25 :

وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا


 Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu,

Pohon yang disandari Sayyidah Maryam adalah pohon kurma yang sudah tua dan tentunya tidak berbuah lagi. Namun seketika itu pula Allah menumbuhkan buah kurma yang masih segar. Tidak perlu diragukan lagi bahwa Allah sangat mampu sekali untuk menurunkan buah kurma dalam pangkuan Sayyidah Maryam tanpa harus memerintahkan Sayyidah Maryam untuk menggoyang pohon kurma tersebut. Namun Allah ingin mengajarkan aturan dan syari’at kepada manusia. Oleh karena itu Allah berfirman :

وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ


“Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu”

Dengan demikian kita tahu bahwa yang menciptakan kurma adalah Allah, namun Allah mengajarkan sebab demi turunnya buah kurma yaitu dengan menggoyang pohonnya.

Marilah kita melihat education efec ( pengaruh edukasi ) dengan melakukan asbab ( pekerjaaan ), namun didasari keyakinan bahwa tidak ada pelaku selain Allah dan segala sesuatu pasti tunduk pada Qodar Allah, maka kita akan menemukan efek yang baik pada diri manusia serta akan membentuk jiwa dan pikiran yang sehat.

 Jika usaha kita yang berada di bawah Qodho’ dan Qodar Allah, telah menghasilkan cita-cita kita, maka kita akan yakin bahwa anugerah ini adalah pemberian Allah SWT dan dari sinilah kita harus banyak bersyukur dan memuji Allah SWT. Sebaliknya, jika cita-cita kita belum terwujud maka kita menyadari bahwa semuanya telah menjadi takdir Allah. Oleh karena itu kita tidak akan kebingungan dalam menghadapi kehidupan ini dan kita tidak akan mengandai-andai bahwa jika kita melakukan seperti ini niscaya tidak akan terjadi seperti ini, dan jika kita melakukan seperti apa yang dilakukan seseorang niscaya kita akan sukses seperti mereka.

 Fenomena di atas telah meracuni sebagian manusia yang mengakibatkan mereka stress dan hidup dalam kesedihan. Namun seorang mukmin yang patuh pada hukum-hukum syar’i serta dilandasi keyakinan pada qadla ilahi pasti akan selamat dari musibah dan penyakit ini. Karena mereka tahu bahwa ini semua terjadi atas kehendak Allah. Dengan percaya dan ridho atas kehendakNya, maka mereka semakin tenang dan yakin bahwa kehendak Allah tersebut adalah yang terbaik bagi mereka.

Pada akhirnya kita akan tunduk dan menjalankan wasiat Nabi Muhammad SAW, yaitu :

استعن بالله ولاتعجز وان أصابك شئ فلا تقل لو أني فعلت كذا لكان كذا, فان لو تفتح عمل الشيطان ولكن قل قدر الله وما شاء فعل. (رواه مسلم)


Mintalah pertolongan pada Allah dan janganlah lemah, jika kamu tertimpa sesuatu janganlah kamu mengatakan bahwa sendainya saya melakukan seperti ini niscaya tidak akan terjadi seperti ini, karena mengandai-andai itu akan membuka pintu sayetan. Akan tetapi katakanlah bahwa Allah telah menakdirkan seperti ini dan Allah berhak untuk melakukan apa saja yang Dia inginkan.

 Kita juga harus tahu bahwa dengan adanya Qodho’ dan Qodar Allah bukan berarti kita tidak memiliki ikhtiyar (usaha), karena masalah Qodho’ dan Qodar itu tidak ada hubungannya dengan ada atau tidaknya usaha manusia. Inilah hal yang perlu kita perhatikan dan janganlah kita tertipu oleh asumsi sebagian manusia dalam memahami makna Qodho’ dan Qodar. Dengan demikian kita akan selamat dari kesesatan dan hidup dalam penuh kehormatan dan ketenangan.

Wallohu ‘alam bissawab

Silahkan Bagikan Artikel ini

Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Ditulis oleh:As Hakim.Ppa on April 09, 2013 - Rating: 1.5
Title : PEMAHAMAN TENTANG QODHO’, IRODAH, QODAR, IZIN ALLOH dan MASYI’AH
Description : PEMAHAMAN TENTANG QODHO’, IRODAH, QODAR, IZIN ALLOH dan MASYI’AH   Manusia sejak dilahirkan kedunia telah mendapati fenomena-fe...

0 Response to "PEMAHAMAN TENTANG QODHO’, IRODAH, QODAR, IZIN ALLOH dan MASYI’AH"

Posting Komentar

Posting Lebih Baru
Posting Lama
Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Silahkan Di subcribe

Cara Download Disini

Beli Kitab Klasik dan buku Islami

Tulisan Terbaru

INGKANG KATAH DIPUN PERSANI

  • Download Kitab Kuning Klasik (dengan Makna ala Pesantren/Makna Petuk)بالمعنى على فسانترين
    Download Kitab Kuning / Klasik (Dengan Makna Ala Pesantren) Dengan rasa Syukur kepada Alloh, kembali blog PPa menghadirkan k...
  • Daftar Kitab Kuning makna ala pesantren /Makna Petuk Pdf (2)
    Kitab Kuning makna ala pesantren /Makna Petuk =========================================== Silahkan BELI Kitab makna pesantren  Klik Disini =...
  • Download Kitab Matan Ghoyah wat Taqrib (Dengan makna ala Pesantren) متن الغاية والتقريب مع الترجمة
    Matan Ghoyah wat Taqrib (Dengan makna ala Pesantren) متن الغاية والتقريب مع الترجمة   باللغة الجاوية والمعنى على فسانترين ...
  • Download Kitab KIFAYATUL AWAM (Dengan Makna Ala Pesantren) تحقيق المقام على كفاية العوام فيما يجب عليهم من علم الكلام للشيخ محمد الغضالي
      KIFAYATUL AWAM  (Dengan Makna Ala Pesantren)   تحقيق المقام على كفاية العوام فيما يجب عليهم من علم الكلام للشيخ محمد الغضالي بالمعنى على...
  • Download Kitab Ihya 'Ulumuddin إحياء علوم الدين Juz 2 (Makna ala Pesantren)
    Kitab Ihya 'Ulumuddin Imam Al-Ghazali Juz 2 Makna ala Pesantren   إحياء علوم الدين   تصنيف   حجة الإسلام  الإمام أبي حامد الغزالي  وهو أ...
  • Download Kitab TAYSIRUL KHOLLAQ (makna ala Pesantren)
    Kitab dengan Makna ala pesantren TAYSIRUL KHOLLAQ Karya: Syeikh Hafidh Hasan al Mas’udy Kitab ini adalah ringkasan tent...
  • Terjemahan Kitab Tajul ‘Arus (Bab 1 "Taubat")
    Terjemahan Kitab Tajul ‘Arus Al-hawiy li tahdzibin Nufus Karya Syeikh Ibnu ‘Atho’illah as Sakandari Puji syukur Ki...

DOWNLOAD KITAB KHUSUS ARAB

Arsip Blog

  • ►  2025 (18)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (6)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2024 (46)
    • ►  Desember (4)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2023 (186)
    • ►  Desember (9)
    • ►  November (9)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (18)
    • ►  Agustus (23)
    • ►  Juli (16)
    • ►  Juni (11)
    • ►  Mei (15)
    • ►  April (12)
    • ►  Maret (18)
    • ►  Februari (19)
    • ►  Januari (27)
  • ►  2022 (430)
    • ►  Desember (26)
    • ►  November (23)
    • ►  Oktober (31)
    • ►  September (41)
    • ►  Agustus (52)
    • ►  Juli (50)
    • ►  Juni (66)
    • ►  Mei (39)
    • ►  April (41)
    • ►  Maret (27)
    • ►  Februari (11)
    • ►  Januari (23)
  • ►  2021 (326)
    • ►  Desember (42)
    • ►  November (31)
    • ►  Oktober (45)
    • ►  September (21)
    • ►  Agustus (30)
    • ►  Juli (31)
    • ►  Juni (11)
    • ►  Mei (20)
    • ►  April (48)
    • ►  Maret (19)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (20)
  • ►  2020 (308)
    • ►  Desember (18)
    • ►  November (10)
    • ►  Oktober (23)
    • ►  September (48)
    • ►  Agustus (21)
    • ►  Juli (21)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (18)
    • ►  April (13)
    • ►  Maret (30)
    • ►  Februari (40)
    • ►  Januari (58)
  • ►  2019 (428)
    • ►  Desember (51)
    • ►  November (41)
    • ►  Oktober (31)
    • ►  September (32)
    • ►  Agustus (43)
    • ►  Juli (31)
    • ►  Juni (49)
    • ►  Mei (77)
    • ►  April (28)
    • ►  Maret (24)
    • ►  Februari (12)
    • ►  Januari (9)
  • ►  2018 (197)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (9)
    • ►  Agustus (27)
    • ►  Juli (7)
    • ►  Juni (21)
    • ►  Mei (22)
    • ►  April (33)
    • ►  Maret (33)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (17)
  • ►  2017 (91)
    • ►  Desember (3)
    • ►  Oktober (8)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (10)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (13)
    • ►  Februari (9)
    • ►  Januari (16)
  • ►  2016 (144)
    • ►  Desember (21)
    • ►  November (14)
    • ►  Oktober (33)
    • ►  September (26)
    • ►  Agustus (16)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (10)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (12)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2015 (266)
    • ►  Desember (15)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (14)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Juni (25)
    • ►  Mei (29)
    • ►  April (58)
    • ►  Maret (64)
    • ►  Februari (17)
    • ►  Januari (31)
  • ►  2014 (237)
    • ►  Desember (36)
    • ►  November (23)
    • ►  Oktober (13)
    • ►  Agustus (8)
    • ►  Juli (7)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (14)
    • ►  April (15)
    • ►  Maret (43)
    • ►  Februari (33)
    • ►  Januari (42)
  • ▼  2013 (262)
    • ►  Desember (15)
    • ►  November (14)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (14)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (36)
    • ►  Juni (21)
    • ►  Mei (19)
    • ▼  April (27)
      • TERJEMAH KITAB FUTUUHUL GHAIB 30 (Syeikh Abdul Qod...
      • TERJEMAH KITAB FUTUUHUL GHAIB 28-29 (Syeikh Abdul ...
      • TERJEMAH KITAB FUTUUHUL GHAIB 27 (Syeikh Abdul Qod...
      • TERJEMAH KITAB FUTUUHUL GHAIB 26 (Syeikh Abdul Qod...
      • TERJEMAH KITAB FUTUUHUL GHAIB 25 (Syeikh Abdul Qod...
      • TERJEMAH KITAB FUTUUHUL GHAIB 23-24 (Syeikh Abdul ...
      • TERJEMAH KITAB FUTUUHUL GHAIB 22.(Syeikh Abdul Qod...
      • TERJEMAH KITAB FUTUUHUL GHAIB 20-21 (Syeikh Abdul ...
      • TERJEMAH KITAB FUTUUHUL GHAIB 19 (Syeikh Abdul Qod...
      • TERJEMAH KITAB FUTUUHUL GHAIB 18 (Syeikh Abdul Qod...
      • TERJEMAH KITAB FUTUUHUL GHOIB 17 (Syeikh Abdul Qo...
      • DOWNLOAD KITAB-KITAB KARYA AL-IMAM AL-GHOZALI RA.
      • Cinta
      • Allah mencintaimu, bukan untuk DiriNya (pengajian ...
      • Berlarilah Menuju Alloh Azza wa-Jalla (pengajian S...
      • Kecintaan Sang Wali(PENGAJIAN SYEIH ABDUL QODIR AL...
      • DOWNLOAD EBOOK DIALOG DENGAN JIN MUSLIM
      • DOWNLOAD KITAB-KITAB KARYA SYEIH IBNU 'ATO'ILLAH A...
      • DOWNLOAD SOFTWARE ILMU FAROIDH (MENGHITUNG HARTA W...
      • PEMAHAMAN TENTANG HAKIKAT ILMU DAN MA’RIFAT
      • PEMAHAMAN TENTANG QODHO’, IRODAH, QODAR, IZIN ALLO...
      • MA’RIFAT MENURUT PEMAHAMAN SYEIKH IMAM AL-GHOZALI ra.
      • DOWNLOAD TERJEMAH KITAB HADITS SUNAN NASA'I
      • Download terjemah kitab SHAHIH SUNAN ADDARIMI
      • KITAB KLASIK KARYA SYEIH NAWAWI BANTEN
      • KITAB KLASIK KARYA SYEIH NAWAWI BANTEN
      • MELURUSKAN PEMAHAMAN TENTANG TASAWWUF
    • ►  Maret (22)
    • ►  Februari (21)
    • ►  Januari (64)
  • ►  2012 (458)
    • ►  Desember (87)
    • ►  November (34)
    • ►  Oktober (16)
    • ►  September (31)
    • ►  Agustus (33)
    • ►  Juli (51)
    • ►  Juni (118)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (23)
    • ►  Maret (11)
    • ►  Februari (22)
    • ►  Januari (31)
  • ►  2011 (65)
    • ►  Desember (62)
    • ►  November (3)

Isi Blog PPA Yg Bisa di Download

KITAB KLASIK PENGAJIAN mp3 TAUSYYAH
  • 1* Download Al-Quran Digital dan terjemahan Untuk PC dan HP

  • 2* KITAB KUNING MAKNA ala PESATREN

  • 3* KITAB KUNING KLASIK ala PESANTREN

  • 4* KITAB-KITAB HADITS

  • 5* KITAB-KITAB TERJEMAH

  • `6* KITAB KUNING PESATREN mp3

  • 7* BAHTSUL MASA'IL PONDOK PESANTREN

  • 8* Ebook islami

  • 9* KITAB IRSYADUL-'IBAD mp3

  • 10* KITAB KUNING KHUSUS ANDROID dan HP java

  • 1. AL HIKAM mp3. KH.ABD WAHID ZUHDY

  • 2. KISAH PERANG BADAR mp3, KH ABD WAHID ZUHDY

  • 3. SULAMUTTAUFIQ mp3, KH ABD WAHID ZUHDY

  • 4. FIQIH/'UBUDYYAH mp3, KH ABD WAHID ZUHDY

  • 5. Pengajian Gus Mus Kitab Nashoihul Ibad (mp3)

  • 6. PENGAJIAN,MANAQIB,ISTIGHOTSAH KH.ASRORY

  • 7. TERJEMAH IHYA' ULUMUDDIN mp3

  • 8. DOWNLOAD VIDEO & MP3 AUROD PPA

  • 9. SHOLAWATAN H.MUAMMAR ZA mp3

  • 10. MUROTTAL H.MUAMMAR ZA. dll. mp3

  • 11. QIRO'TUL QUR'AN H.MUAMMAR ZA dll. mp3

  • 12.SHOLAWAT ala HABIB SYECH BIN ABDUL QODIR

  • 13.SHOLAWAT,NASYID,QOSIDAH,PUISI




  • TAUSIYYAH HABIB UMAR MUTOHHAR

  • HABIB LUTHFI BIN YAHYA

  • TAUSIYYAH HABIB NAUFAL SOLO

  • PUISI TERBAIK GUS MUS

  • KH ASRORI AL-ISHAQY

  • HAUL PONDOK PETA



  • Daftar Terjemahan kitab

  • Syarah Al Hikam Ibnu Ato'illah

  • At-Tanwir Fi Isqothid Tadbir

  • Tajul 'arusy Ibnu 'Atho'illah

  • Fathur-Robbani Wal Faydhur Rahmany

  • Futuhul Ghoib

  • Wejangan Syeikh Abdul Qodir

  • Manaqib Syeikh Abdul Qodir

  • Risalatul Qusyairiyyah

  • (Washoya) An-Nasho'ih Imam Harits Al Muhasibi

  • Kimyyaus-Sa'adahAl-Ghozaly

  • Surat-surat Sang Sufi

  • Asy-Syamail-Muhammadiyah

  • Mantiqut-Thair

  • Membumikan Al-Qur'an

  • Renungan Tentang Umur Manusia

  • Keajaiban Dlm Tubuh Kita

  • Fihi ma Fihi Ar-Rummi

  • At Ta'aruf li madzhabi Ahli at Tashawwuf

  • Kitab "RO-AYTULLOOH"

  • Al-Washaya li Ibn al-‘Arabi

  • Ayyuhal Walad al Ghozali

  • Misykatul anwar Al-Ghozali

  • Mukasyafah al QulubAl-Ghozali

  • Risalah Adab Sulukil Muriid


  • Like Fb PPa

    PANJENENGAN TAMU INGKANG KAPING

    Niki Kulo

    Foto Saya
    As Hakim.Ppa
    Khodim Padepokan Padang Ati (PPA)
     Lihat profil lengkapku

    Download Software Pc & Android

    Download Video Pengajian, Sholawat dan lagu

    Labels

    ebook islami (869) kitab kuning terjemah (669) Kitab makna gandul (311) Syarah Al-Hikam (143) BAHASAN SUFI (119) AL-GHOZALI (110) KISAH SUFI (108) RISALATUL-QUSYAIRIYYAH (89) Kitab At-Tanwir (86) HIKMAH SUFI (85) kitab HADITS (82) AJARAN KAUM SUFI (77) Al-Qur'an (76) FUTUHUL GHOIB (71) ALHIKAM (64) Kitab karya ulama Nusantara (64) ebook muslimah (63) KITAB KUNING KLASIK (60) Fathur-rabbany (59) KITAB NAHWU (58) Melihat Allah (53) NU (49) TAFSIR JALALAIN (46) Doa (41) An-Nashoih (38) PENGJIAN (38) KITAB KUNING MP3 (36) Wasiat – Wasiat Ibn ‘Arabi (36) PPA (33) Attibyan fiiaadabi hamalatil qur'an (32) Hikmah Ibnu Ato'illah (32) ibnu 'aroby (32) Hikmah Al Jilany (31) Misykatul anwar (31) Mukasyafatul qulub (30) Tajul Arus (30) al haddad (30) kitab ISLAM KLASIK (25) m.Qurais S (25) IBNU ATO'ILLAH (24) KEAJAIBAN ALQUR'AN (24) Adab sulukil Murid (23) IHYA'ULUMUDDIN AL GHOZALY (23) syeh ahmad asymuni (23) tafsir al Ibriz (21) AS – SYAMAIL (20) Al Misbah (20) SHOLAWATAN (20) SURAT-SURAT SANG SUFI (20) fiqh kehidupan (20) pengajian (19) Fihi ma Fihi (18) WALI SONGO (18) KHUTBAH JUM'AH (17) Tafsir Ilmi (17) Manaqib Syeih Abdul Qodir aljiilany ra (16) Sharaf (15) cak nun (15) Filsafat (14) SOFTWARE ISLAMI (14) Syeikh Hasyim asy'ari (14) NASHO'IHUL 'IBAD (13) karya SYEIH NAWAWI BANTEN (13) KITAB MANTIQUTTOIR (12) THORIQOT (12) wahabi (12) Ayyuhal walad (11) Hamka (11) KITAB KIMYYATUSSA'ADAH (11) Keajaiban di Dalam Tubuh Kita (11) Muammar (11) Nahwu (11) Agus sunyoto (10) M idrus R (10) QOSIDAH BURDAH (9) Tafsir Fathul qodir (9) fiqih (9) Bahasa arab (8) MAULID (8) falak (8) 40 Hadist sohih (7) Fiqih anak (7) Kitab Bahasa Sunda (7) Sayyid Maliki (7) Zaadul maad (7) ebook islam (7) ihya' KITAB TENTANG NAFSU (7) kamus arab-indo (7) ramadhan (7) Adabiyyah (6) Arbain nawawiyah (6) Biografi sahabat Nabi (6) Faroid (6) Misykaat Al-Mashabiih (6) RENUNGAN TENTANG UMUR MANUSIA (6) Taudhihul Adillah (6) alhikam SYEIH IBNU 'ATO'ILLAH ASYAKANDARI MP3 (6) at-tirmidzi (6) haid (6) sunan kalijaga (6) KITAB TASAWUF (5) Percikan Ihya (5) legenda (5) 1001malam (4) ABDUL WAHID ZUHDY (4) Bukhori (4) Humor Sufi (4) Ihya-ma'na (4) KISAH MADHAHIBUL ARBA'AH (4) MUROTTAL (4) Sujiwo tejo (4) asshowi (4) puasa (4) sejarah (4) siyar alam (4) syeikh Nawawi al jawi (4) Asbabul Wurud (3) Nikah (3) Qurban (3) RISALAH LADUNIYYAH (3) Raudhah al-Thalibin (3) Sajarot kaun (3) Syekh Abdul Qadir Jaelani (3) al Buthi (3) az zuhud (3) haji (3) ibnu sina (3) jam'ul jawami (3) tajwid (3) Al Mu’jam Ash Shaghir (2) BAHTSUL MASA'IL (2) Balaghah (2) FADHILAH (2) KH ASRORY (2) KISAH MADHAHIBUL ARBA'AH (2) bahasan tanwirul qulub (2) kitab (2) GUS MUS (1) Hp Santri (1) IBNU ATO'ILLA (1) PUISI (1) SAHABAT NABI (1) SEJARAH PON PES (1) USHUL FIQIH (1) WAHBAH ZUHAILI (1) al (1) habib Umar bin Hafid (1) kh Maimun Zubair (1) kit (1) kitab klasik untuk hp (1)

    Sahabat PPa

    MONGGO SHOLAT

    Copyright © 2012 Padepokan Padang Ati (ppa) - All Rights Reserved
    Design by AS HAKIM PPA - Blogger Templates - Powered by Blogger