بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Allah mencintaimu, bukan untuk DiriNya
Syeikh Abdul Qadir Al-Jilany 3
Ramadhan,tahun 545 H. di Madrasahnya
MEREKA menyerupai para malaikat, dan
para malaikat itu adalah ulama-ulama mereka, melayani mereka dalam menjalankan
tugas-tugas dunia akhirat.
Wahai kaumku, bila ucapanku tidak
sampai merubah perilakumu, maka dengarkanlah dengan penuh pembenaran dan
keimanan dalam hatimu dan batinmu, maka perilaku lahiriyahmu dan batinmu akan
terhembusi olehnya, dan duri dalam nafsumu akan hancur karenanya, neraka
syahwatmu akan padam karenanya. Kesenangan terburukmu adalah rangsangan
duniawimu, dan matamu yang terpejam dari kefakiran, lalu semua itu
menghancurkanmu.
Seorang Sufi mengatakan — semoga rahmat
Allah Ta’ala melimpah padanya —, “Hakikat taqwa manakala apa yang ada dihatimu
engkau kumpulkan, lalu engkau biarkan di tempat terbuka, dan anda membawanya
keliling pasar, maka anda pun tidak sama sekali malu dengan kondisi hatimu
itu.”
Hai orang bodoh, bagaimana cukup taqwa
anda, bahkan ketika dikatakan pada diri anda, “Hai takwalah…!”, malah anda
marah. Ketika dikatakan pada anda bahwa anda benar, maka anda baru mendengarkan
dan anda merasa lebih mulia. Namun jika dikatakan anda salah, anda berkeras
kepala kepadanya, anda memaksa orang itu menghilangkan marah anda.
Amirul Mu’minin Umar bin
Khaththab ra, “Orang yang bertaqwa kepada Allah Swt tidak akan hilang
marahnya.” Allah Swt, berfirman dalam hadits Qudsi, “Aku mencintai kalian
ketika kalian taat kepadaKu, maka ketika kalian maksiat kepadaKu, Aku marah
pada kalian.”
Allah Azza wa-Jalla mencintai kalian,
bukan karena butuh kalian, tetapi karena kasih sayangNya pada kalian. Dia
mencintai kalian, bukan untuk DiriNya. Dia mencintai ketaatanmu padaNya, karena
manfaatnya kembali padamu sendiri. Anda harus aktif dan menghadap Dzat Yang
mencintaimu, demi untukmu, dan berpaling dari orang yang mencintaimu demi
kepentingan orang itu.
Orang beriman itu lupa segalanya dan
mengingat Tuhannya Azza wa-Jalla, sehingga berhasillah taqarrub kepadaNya, dan
hidup denganNya, besertaNya, lalu tawakkalnya benar.
Cukuplah di dunia dan akhirat bila
tawakkalnya orang beriman, tauhidnya benar, Allah Azza wa-Jalla memberikan amal
kepadanya sebagaimana dianugerahkan kepada Nabi Ibrahim as, memberinya makna
dan hakikatnya, bukan panggilan namanya. Allah memberikan makanan dan
memberinya minuman dan menempatkan di bilik RumahNya, bukan berarti Allah Azza
wa-Jalla memberinya pada wujud tempatnya.
Bila dalam posisi ini, benarlah
mengaitkan dengan Nabi Ibrahim as, dari segi maknawinya, bukan dari segi rupa
bentuk.
Apa anda tidak malu, ketika anda
berhasrat demikian, namun anda mengabdi kegelapan dan memakan makanan haram.
Sampai kapan anda makan seperti itu, dan mengabdi pada penguasa? Padahal dalam
waktu dekat mereka lengser. Karena itu hendaknya anda mengabdi kepada Allah
Azza wa-Jalla yang tidak pernah lengser. Gunakan akal sehatmu, terimalah
kehidupan duniamu yang sedikit, hingga anda meraih akhirat lebih banyak.
Raihlah bagianmu dari zuhudmu, hingga
upayamu justru menuju di hadapan pintu Tuhanmu Azza wa-Jalla, ada di genggaman
KuasaNya, bersamaNya, bukan bersama dunia, bukan bersama tangan-tangan dunia,
bukan pula berada di tangan-tangan penguasanya melalui pergaulan naluri nafsu,
syetan dan publik.
Bila anda berusaha untuk kehidupan
dunia, sedangkan hati anda bersama Tuhan Azza wa-Jalla, maka para malaikat dan
ruh-ruh para Nabi ada di sekitar anda. Sungguh jauh berbeda orang yang menyerah
pada dunia dan orang yang menyerah kepada Allah Azza wa-Jalla.
Orang sufi yang berakal sehat
mengatakan, “Kami tidak makan bagian dunia kami, baik di jalan mauipun di rumah
kami. Kami tidak makan kecuali di sisiNya.”
Orang-orang zuhud makan di syurga.
Orang arif makan disisiNya, sedang mereka ada di dunia. Para pecintaNya tidak
makan di dunia maupun di akhirat. Makan dan minum mereka adalah kemesraan,
kedekatannya pada Tuhan mereka, memdang Allah Azza wa-Jalla, Tuhannya dunia
maupun Tuhannya akhirat.
Orang yang benar dalam cintanya,
menjual dunia dengan akhirat, lalu menjual akhirat dengan hanya demi WajahNya
dan hasrat kepadaNya bukan lainNya. Dan ketika jual beli sempurna, kemuliaan
menjadi dominan, maka dunia dan akhirat dikembalikan padanya sebagai anugerah,
dan perintah untuk meraih keduanya, lalu mereka meraihnya hanya semata memenuhi
perintahNya, baik dengan kenyang maupun lapar, tetapi tidak butuh pada
keduanya. Mereka ini meraih itu semua sebagai bentuk keselarasan dengan takdir,
beradab yang bagus dengan takdir, dan mereka menerima dan meraih, serta
menyebutkan:
“Dan sesungguhnya kamu niscaya tahu apa
yang Kami kehendaki.” (Huud: 79)
Maksudnya, “kamu tahu, bahwa kami telah
ridho padaMu bukan selain Engkau, kami pun ridho dengan lapar, dahaga, compang
camping, hina dan dina. Dan agar kami bersimpuh di pintuMu.”
Mereka menegaskan jiwa mereka untuk
tenteram padaNya. Allah Azza wa-Jalla memandang mereka dengan pandangan penuh
kasih saying, lalu Allah Azza wa-Jalla memuliakan mereka setelah hinhanya,
mengkayakan mereka setelah miskinnya, dan menyiapkan taqarrub mereka dunia
hingga akhirat.
Orang beriman itu zuhud di dunia, lalu
zuhudnya membersihkan kotoran batinnya, lalu ia datangi akhirat, dan hatinya
tinggal di sana, lalu yang lain pun dihilangkan dari hatinya, karena yang lain
(selain Allah Azza wa-Jalla) itu hijab di hadapanNya Azza wa-Jalla.
Disitulah ia tinggalkan aktivitas
dengan makhluk secara total, menjalankan perintah syara’ dan menjaga aturannya
ketika bergaul dengan sesama, hingga terbuka matahatinya, lalu melihat
cacat-cacat dirinya dan makhluk. Kemudian tidak ada tempat hunian kecuali pada
Tuhannya Azza wa-Jalla, tidak pula mendengar dari lainNya, tidak berakal sehat
kecuali dariNya, tidak merasa tenteram kecuali pada selain janjiNya, tidak
takut selain ancamanNya. Ia tinggalkan aktivitas lain, dan lebih aktif padaNya.
Jika ia telah memenuhinya, maka ia
berada dalam “Segala yang tak terbayang mata, takrdengar telinga dan tak pernah
terlintas di hati manusia.”
Anak-anak sekalian, aktiflah dengan
dirimu, maka akan berguna bagimu baru berguna pada yang lain. Jangan sampai
anda masuk pada suatu hal, bersama dirimu hawa nafsumu, karena Allah Azza
wa-Jalla apabila berkehendak padamu, Dia menyiapkanmu untukNya. Apabila Dia
menghendakimu untuk memberikan manfaat pada sesame, Allah mengembalikanmu pada
mereka, dan Dia memberimu keteguhan dan kekuatan bagi mereka, kekuatan untuk
menghadapi mereka dengan keleluasaan hatimu untuk sesame, dan luasnya dadamu
bagi mereka. Allah Azza wa-Jalla juga memberikan hikmah dalam batin dan rahasia
batinmu, sehingga yang ada adalah Dia, bukan anda. Dengarkan firmanNya:
“Wahai Dawud, sesungguhnya Kami jadikan
dirimu sebagai khalifah di muka bumi. (Shaad: 26)
“Sesungguhnya Kami jadikan dirimu
sebagai khalifah.”
Tapi kamu mengklaim apa yang engkau
katakan itu dari dirimu. Kaum sufi tidak punya kehendak, tidak punya pilihan,
semata mereka hanya menjalankan perintahNya Azza wa-Jalla, tindakanNya,
kehendakNya dan aturanNya.
Hai orang yang terlempar dari Jalan
yang Lurus. Janganlah anda berargumentasi dengan sesuatu, karena anda sama
sekali tidak memiliki argumen di hadapanmu sendiri. Halal itu jelas, dan haram
juga jelas. Apa yang membuatmu menghindar dari Allah Azza wa-Jalla, betapa
kecilnya rasa takutmu padaNya, betapa banyak anggapan rendahmu dalam
memandangNya. Nabi Saw, bersabda: “Takutlah pada Allah Azza wa-Jalla seakan
engkau melihatNya, bila engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Allah Azza
wa-Jalla melihatmu.” (Hr. Bukhari).
Orang yang sadar adalah orang
senantiasa memandang Allah Azza wa-Jalla melalui hatinya, lalu mengumpulkan
yang bercerai berai dalam kesatupaduan, hingga hijab runtuh satu persatu antara
dirinya dengan Allah Azza wa-Jalla, bangunan-bangunan ambruk dan yang ada hanya
maknawinya, hubungan-hubungan terputus, dan milik menjadi terlepas, tidak ada
yang tersisa melainkan hanyalah Allah Azza wa-Jalla, mereka tak bisa bicara,
tak bisa gerak, tak ada kesenangan pada sesuatu, hingga benar apa yang
dilakukannya. Jika telah benar, sempurnalah kewajibannya. Pertama-tama mereka
keluar dari perbudakan dunia, lalu keluar dari segala hal selain Allah Azza
wa-Jalla secara total, dan mereka senantiasa dalam amaliyah jiwanya dengan
Allah Swt, juga menangani berbagai masalah di rumahnya.
“Dia melihat bagaimana mereka bekerja
(beramal).” (Al-A’raaf: 129)
Rahasia batin adalah raja, dan qalbu
adalah menteri, nafsu dan lisan sertaanggota badan adalah aparat birokrasinya.
Rahasia batin (sir) minum dari lautan Ilahi Azza wa-Jalla. Qalbu minum dari
sir. Nafsu yang tenteram minum dari qalbu. Lisan minum dari nafsu yang
tenteram. Seluruh badan minum dari lisan. Jika ucapannya benar, hatinya benar.
Jika lisannya buruk maka hatinya buruk. Lisanmu butuh kendali taqwa dan taubat
dari ucapan yang kotor dan munafik.
Bila lisan bisa langgeng demikian, maka
kefasihan lisan akan menjadi kefasihan qalbu. Apabila kefasihan qalbu langgeng
akan memancarkan cahaya menuju lisan dan anggota badan. Maka ucapannya adalah
ucapan taqarrub, dan bila itu terjadi dalam kedekatan padaNya, ia justru tidak
punya ucapan, tidak punya doa dan dzikir. Doa, dzikir dan ucapan menjauh. Dalam
kedekatan padaNya hanya diam, tercekam, dan menerima dengan memandang dan
menikmati bersamaNya.
Ya Allah jadikan kami termasuk orang
yang memandangMu di dunia dengan mata hatinya dan di akhirat dengan mata
kepalanya.
Ya Tuhan kami berikanlah kami kebajikan
di dunia, dan kebajikan di akhirat dan lindungi kami dari azab neraka.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.