بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
WASIAT KAUM SUFI
Sebagian
 guru Sufi mengatakan: Saya pernah berkata kepada Ruwaim —rahimahullah—,
 “Berilah saya suatu wasiat (pesan).” Ia pun memberikan wasiat, “Wahai 
anakku, tidak ada cara lain kecuali hanya dengan mengorbankan jiwa 
(ruh), jika engkau mampu melakukannya, maka silakan. Tapi jika tidak, 
maka jangan sekali-kali rnenyibukkan diri dengan ketidakbenaran 
tasawuf.”
Suatu ketika teman-temanYusuf bin al-Husain berkumpul di kediaman Yusuf 
—rahimahullah— kemudian mereka berkata kepadanya, “Berilah kami suatu 
wasiat.” Maka Yusuf berpesan, “Ikutilah semua apa yang kalian lihat dari
 perbuatan saya kecuali dua perkara: Janganlah kalian berhutang kepada 
Allah dan jangan berteman dengan orang yang congkak.”
Dikatakan kepada Sari as-Saqathi —rahimahullah—: “Berilah kami wasiat.” 
Maka ia berwasiat, “Janganlah kalian berhutang kepada Allah Swt. dan 
jangan melihat wajah pemuda yang belum tumbuh jenggotnya.”
Ada seseorang berkata kepada Abu Bakar al-Barizi, “Berilah aku wasiat.” 
Maka ia berwasiat, “Waspadalah terhadap kesukaan Anda, kebiasaan dan 
kecenderungan Anda pada hal-hal yang enak.”
Abu al-Abbas bin ‘Atha’ —rahimahullah— berkata dalam sebagian wasiatnya 
kepada teman-temannya, “Hati-hatilah, jangan sampai kesedihan kalian 
hanya karena apa yang tampak pada kalian. Kalian hendaknya mengikuti apa
 yang dikehendaki Allah Swt., dan bukan pada apa yang kalian inginkan.”
Dari Ja’far al-Khuldi —rahimahullah— yang berkata: Suatu ketika 
al-Junaid memberi wasiat kepada seseorang, dan berkata, “Dahulukan 
dirimu daripada keinginanmu. Dan jangan mendahulukan keinginanmu 
kemudian baru dirimu, maka akibatnya adalah pemborosan waktu.”
Saya menemukan dalam kitab yang ditulis Abu Said al-Kharraz 
—rahimahullah— ia memberi wasiat kepada seorang murid atau sahabatnya, 
“Saudaraku, pergaulilah sahabat Anda dengan tulus ikhlas, bergaullah 
dengan para pemburu dunia sekadar pergaulan. saksikan mereka dengan 
lahiriah Anda, tapi berbedalah dengan mereka dalam tindakan Anda dan 
jangan melecehkan agama Anda, menangislah bila mereka tertawa, 
bersedihlah di kala mereka bersenang-senang, bersungguh-sungguhlah 
ketika mereka santai, laparlah saat mereka kenyang, ingatlah akhirat 
ketika mereka ingat dunia, dan bersabarlah untuk mengurangi pembicaraan,
 pandangan, gerak, makan, minum dan pakaian hingga Allah Swt. 
menempatkan Anda di surga Firdaus dengan rahmat-Nya sesuai dengan yang 
Dia kehendaki.”
Abu Said al-Kharraz juga memberi wasiat kepada sebagian sahabatnya, 
“Wahai seorang murid, jagalah wasiatku ini dan senanglah dengan pahala 
Allah. Sebab kejelekan hanya akan kembali pada diri (nafsu) Anda, lalu 
Anda memperbaikinya dengan berbuat ketaatan. Anda menjauhi dan 
mematikannya dengan menentang keinginannya, ‘menyembelihnya’ dengan 
memutuskan harapan terhadap apa yang selain Allah, membunuhnya dengan 
perasaan malu kepada Allah Azza wajalla, dan Allah-lah yang mencukupi 
Anda, bersegeralah dalam melakukan segala kebaikan, dan ketika Anda 
berbuat dalam segala tingkatan spiritual, hati Anda merasa takut bila 
apa yang Anda lakukan tidak diterima-Nya. Inilah hakikat penerimaan, 
keikhlasan dan kejujuran hingga akhirnya Anda bisa bersih, murni dan 
kembali kepada Allah Swt. Sementara itu Allah Swt. melakukan apa saja 
yang Dia inginkan dan memberi pijakan dengan apa yang Dia kehendaki.”
Sebuah wasiat yang pernah disampaikan Dzun-Nun kepada thagian 
sahabatnya, dimana ia mengatakan, “Saudaraku, perlu Anda ketahui, bahwa 
tiada kemuliaan yang mengungguli Islam, tiada kehormatan yang lebih 
terhormat daripada ketakwaan, tiada akal yang lebih terpelihara daripada
 sikap wara’, tiada penolong (pemberi syafaat) yang lebih bisa 
menyelamatkan daripada tobat, tiada pakaian yang lebih agung daripada 
ampunan (atlat), tiada pelindung yang lebih kokoh daripada keselamatan, 
tiada gudang simpanan harta yang lebih mencukupi daripada merasa puas 
dengan apa yang ada (qana‘ah) dan tiada harta yang lebih bisa 
menghilangkan kerniskinan daripada rela dengan apa saja yang bisa 
mengganjal rasa lapar. Barangsiapa merasa cukup dengan bekal rezeki 
sekadar mencukupi kebutuhannya maka ia benar-benar telah mengatur 
ketenangan hidup. Sementara itu banyak keinginan merupakan kunci 
kelelahan dan kendaraan kesengsaraan, ketamakan adalah faktor pendorong 
untuk membabi buta dalam melakukan dosa, sedangkan kerakusan adalah yang
 mengumpulkan segala kejelekan dan aib. Sudah cukup banyak ketarnakan 
yang bohong, cita-cita yang tak tercapai dan harapan yang hanya 
mengakibatkan nasib buruk dan usaha mencari keuntungan yang hanya 
berakhir pada kerugian.”
Sementara itu, al-Junaid pernah berwasiat kepada sebagian sahabatnya, 
“Saya berwasiat kepada Anda untuk tidak melirik pada kondisi yang telah 
berlalu ketika tiba kondisi yang ada sekarang.” Al-Junaid berkata: Saya 
pernah berkata kepada Abu Abdillah al-Khayyath ad-Dinawari, “Berilah aku
 wasiat.” Lalu ia berkata, “Saya berwasiat kepada Anda dengan suatu 
sifat tertentu dimana saya tahu, bahwa sifat itu tidak akan disertai 
oleh cacat yang lain.” Lalu saya bertanya. “Sifat apakah itu?” Ia 
menjawab, ‘Anda menuturkan kebaikan saudara Anda ketika ia tidak hadir 
dan mendoakan untuk keselamatannya.”
Diceritakan dan Abu Bakar al-Warraq —rahimahullah— yang mengatakan, 
“Saya menjual kemuliaan karena menginginkan kemuliaan dan membeli 
kehinaan karena takut hina. Inilah balasan bagi orang yang melanggar 
wasiat Allah Swt.”
Ada seseorang datang ke Dzun-Nun al-Mishri —rahimahullah— lalu ia 
berkata, “Berilah aku wasiat.” Maka Dzun-Nun berwasiat kepadanya, “Saya 
berpesan kepada Anda, bila Anda dibantu dalam kekuatan ilmu gaib dengan 
tauhid yang benar, maka sebenarnya itu telah ada sebelum Anda 
diciptakan, sejak zaman Nabi Adam a.s. hingga sekarang ini, yaitu doa 
para nabi dan rasul. Maka itu lebih baik bagi Anda, jika Anda tidak 
demikian, lalu bagaimana panggilan dapat menyelamatkan orang-orang yang 
tenggelam?”
Saya mendengar Abu Muhammad al-Mahiab bin Ahmad bin Marzuq al-Mishri 
berkata: Ketika kematian siap menjemputAbu Muhammad al-Murta’isy, ia 
sempat berwasiat kepadaku agar aku melunasi hutangnya sebanyak delapan 
belas dirham. Setelah jenazahnya dikebumikan, maka pakaian yang biasa ia
 pakai dihargai delapan belas dirham, aku pun menjualnya dengan harga 
delapan belas dirham. Sehingga klop untuk melunasi hutangnya. Saat itu 
beberapa guru Sufi berkumpul kemudian mengambil kantong yang biasa 
digunakan menyimpan barang dagangan al-Murta’isy, di mana dalam kantong 
tersebut berisi gamis. Kemudian masing-masing mengambil potongan kain 
itu lalu mereka pergi.”
Ada seseorang datang kepada Ibrahim bin Syaiban —rahimahullah— lalu ia 
berkata, “Berilah aku wasiat.” Ibrahim pun memberinya wasiat, “Ingatlah 
kepada Allah Swt. dan jangan sekali-kali melupakan-Nya, jika Anda tidak 
bisa melakukan hal itu maka jangan lupa akan kematian.”
Dikatakan kepada sebagian guru Sufi, “Berilah aku wasiat.” Maka ia 
memberi wasiat, “Hapuslah nama Anda dari daftar nama para qari’ (orang 
yang bisa membaca al-Qur’an dengan baik).”
Sementara itu Abu Bakar al-Wasithi pernah diminta untuk memberi wasiat, 
lalu ia berwasiat, “Hitunglah nafas dan waktu Anda. Wassalam.”
Dan yang lain juga berwasiat, “Meminimalkan kepentingan, merendah dan menyusul Allah Azza wajalla.”
Dzun-Nun al-Mishri —rahimahullah— berkata: Ketika aku berjalan di gunung
 al-Muqthim tiba-tiba seseorang berada di depan pintu gua, lalu ia 
berkata, “Mahasuci Tuhan Yang telah mengosongkan hatiku dari perasaan 
putus asa dan mengisinya dengan harapan. Putus asa dari-Nya telah 
memisahkanku denganNya, sedangkan harapan kepada-Nya telah 
mengantarkanku kepada-Nya, maka aku selalu berharap kepada-Nya.” 
Ternyata orang tersebut telah banyak sengsara dalam beribadah dan banyak
 ‘terlukai’ oleh zuhud. Kemudian aku mendekatinya, tapi ia keburu pergi 
meninggalkanku. Lalu aku membuntutinya dan berkata kepadanya, “Berilah 
aku wasiat.” Ia pun memberi wasiat, “Ingatlah, janganlah Anda putus 
harapan kepada Allah walau sekejap mata, kumpulkan antara kenikmatan dan
 sengsara, sambunglah hubungan antara Anda dengan Allah, tentu Anda akan
 melihat kebahagiaan di saat orang-orang yang tidak benar merasakan 
kekecewaan.” Kemudian aku berkata lagi, “Tolong tambahkan lagi.” Ia 
menjawab, “Cukup, dan cukup untuk Anda.”
Seseorang berkata kepada Dzun-Nun, “Bekalilah aku suatu kalimat.” 
Kemudian ia berkata, “Janganlah Anda mengutamakan keraguan daripada 
keyakinan, jangan rela terhadap diri Anda tanpa adanya ketenangan, dan 
jika Anda tertimpa musibah maka terimalah dengan kesabaran yang tulus, 
sandarkan harapan Anda kepada Tuhan Yang Mahaabadi lagi Mahatahu, tentu 
Anda akan menemukan harapan yang besar, gunakan kesempatan untuk 
berhubungan dengan Allah Swt., karena sesungguhnya Allah memiliki 
hamba-hamba yang apabila mereka mencintai-Nya maka merasa terhibur, dan 
ma’rifat dengan-Nya lalu mereka banyak berharap kepada-Nya atas 
ma’rifatnya, bermunajat kepada-Nya pada tingkat ‘ainul-yaqin, sehingga 
mata hatinya tinggi menuju Dzat Yang Mahaagung, Mulia Kekuasaan-Nya, 
lalu mereka disirami dari manisnya bermunajat kepada-Nya, disuapi dari 
lezatnya keikhlasan.
Tangis mereka akan menggema di sekitar Arasy dan rintihan doa mereka 
berdesing di pintu-pintu langit, karena cepat terkabulkannya doa 
mereka.”
Al-Junaid dalam beberapa wasiatnya mengatakan, “Saudaraku, beramallah, 
dan bersegeralah sebelum kematian segera menjemput Anda, cepat-cepatlah 
sebelum ia lebih cepat memanggilmu. Sementara itu, Allah Swt. telah 
memberi Anda nasihat dan kejadian-kejadian teman-teman Anda yang telah 
mendahului Anda, sahabat-sahabat Anda yang sudah dihijrahkan dan alam 
dunia menuju ke alam baka, maka pelajaran itulah bagian Anda yang masih 
tersisa dan yang sangat bermanfaat bagi Anda. Bila tidak demikian, maka 
celakalah Anda. Inilah nasihat dan wasiatku kepada Anda, terimalah 
mudah-mudahan Anda bisa memuji masalahnya dengan menerima nasihat itu, 
dan beruntung bila Anda mengamalkannya. Wassalam.”
Demikianlah sekilas wasiat kaum Sufi dan berbagai kekhususan tujuan 
mereka dalam berwasiat. Semoga Allah memberi taufik kepada kita.
 
sufinews.com
Silahkan Bagikan Artikel ini
 
 
Mohon Maaf,  Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan.  Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.