بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
CARA MENDAPATKAN ILMU
(dari kitab Risalah Alladuniyah-Imam
Ghazaly)
Ketahuilah bahwa ilmu manusia
diperoleh melalui dua jalan, yaitu;
1. Pengajian Insani
2. Pengajian Rabbani
Jalan Yang Pertama
Jalan pertama adalah jalan yang umum
dan saluran yang dapat dirasa, diakui oleh semua ahli logika.
Adapun Pengajian Rabbani terbagi
pada dua bagian yaitu;
- Mendapatkan ilmu dengan belajar dan;
- Mendapatkan ilmu dari dalam yaitu dengan menghabiskan
waktu untuk bertafakur.
Berfikir dari batin sama dengan
pengajian pada lahir.
Pergajian adalah pengambilan faedah
seorang peribadi(Al-Syakhos) dari seorang peribadi bagian(Al-Syakahosul-Juz'ii)
yang lain.
Berfikir adalah pengambilan faedah
suatu Jiwa(Al-Nafs) dari Jiwa Keseluruhan (Al-Nafsul-Kulli). Jiwa
Keseluruhan(Al-Nafsul-Kulli) lebih kuat kesannya dan lebih kuat pengajarannya
dari sekelian ulama-ulama dan para ahli akal.
Ilmu-ilmu adalah terhunjam dalam
jiwa secara kekuatan, seperti benih dalam bumi dan seperti tambang pada dasar
lautan atau dalam benda galian.
Belajar ialah menuntut keluar
sesuatu dari kekuatan kepada tindakan(Minal Quwwati Ila Fi'li) dan Mengajar
ialah mengeluarkan sesuatu itu dari kekuatan kepada tindakan.
Maka jiwa pelajar adalah serupa
dengan jiwa pengajar dan hampir di antara keduanya dalam nisbah; seorang Alim
dipandang dari segi memberi faedah seperti seorang petani dan seorang pelajar
pula dari segi mengambil faedah seperti tanah dan ilmu yang mana ketika dalam
kekuatan adalah seperti benih dan ketika dalam tindakan adalah seperti
tumbuh-tumbuhan. Bila sempurna jiwa pelajar, ia menjadi sebagai pokok yang
berbuah atau seperti tambang yang keluar dari dasar lautan.
Bila kekuatan-kekuatan badaniah
dapat menguasai jiwa, pelajar itu perlu menimbakan pengajiannya,
memperlanjutkan waktu, memikul kesulitan-kesulitan, kepenatan dan berusaha
dalam mencari faedah. Bila Nur Akal menguasai atasa sifat-sifat perasaan,
seorang penuntut tidak memerlukan pengajian yang banyak. Hanya dengan sedikit
berfikir atau sesaat berfikir ia mendapat faedah-faedah yang tiada didapati
oleh jiwa yang tekun dengan pengajian selama setahun. Oleh itu sebagian orang
mendapat ilmu-ilmu dengan hanya belajar dan berfikir sejenak.
Pengajian memerlukan pula berfikir,
karena manusia tiada dapat mempelajari segala sesuatu baik berupa bagian-bagian
dan keseluruhan-keseluruhan, juga tidak dapat mempelajari semua yang diketahui,
bahkan sebagiannya dapat dengan pengajian dan sebagiannya pula didapati dengan
berfikir. Kebanyakan ilmu-ilmu teorikal dan ilmu-ilmu teknikal diruntun keluar
oleh Jiwa-jiwa para Hukama'(ahli bijak) dengan kemurnian hati, kekuatan
fikiran, dan ketajaman bashirah mereka dengan tidak menambahkan pengajian.
Andaikata manusia tidak menghasilkan
sesuatu melalui berfikir dari maklumat pertama niscaya habislah waktu manusia
(untuk mendapatkan sesuatu) dan niscaya tidak akan lenyap kegelapan jahiliyah
dari Qalbu-qalbu manusia; kerana jiwa tidak akan mampu mengetahui seluruh
persoalannya sendiri baik yang berupa bagian atau keseluruhan melalui belajar;
malah sebagiannya ia dapati dengan pengajian dan sebagiannya pula ditarik
keluar dari hati nurani dengan kemurnian fikiran.
Inilah cara yang biasa terjadi di
kalangan para ulama dan cara inilah yang menimbulkan kaedah-kaedah segala ilmu
hingga seorang arsitek tidaklah belajar seluruh apa yang diperluinya dalam
sepanjang usiannya, malah ia belajar garisan-garisan kasar ilmunya dan
kandungan-kandungannya; kemudian ia menarik keluar(sesuatu) dan mengqiaskan
(menghubungkan) antara satu dengan yang lain.
Begitu juga seorang dokter tidak
dapat belajar tentang penyakit-penyakit setiap orang dengan perinciannya, juga
tidak mampu belajar tentang obat-obat untuk mereka; malah ia berfikir tentang
maklumat secara umum dan menyelaraskan dengan tiap-tiap seorang menurut keadaan
tubuhnya. Juga seorang ahli nujum, ia hanya belajar ilmu nujum secara umum
saja, kemudian ia berfikir dan memberikan bermacam-macam ketetapan.
Begitu juga ahli fiqih dan seorang
sastrawan dan seterusnya begitu juga yang terjadi dalam kalangan para ahli
perusahaan, seorang pembuat alat musik, yaitu gambus dapat mereka (mencipta)
dengan fikirannya, manakala yang lain menghasilkan dari alat itu suatu alat
yang lain pula. Begitu juga seluruh barang-barang perusahaan; baik untuk
keperluan badan atau untuk keperluan jiwa pada mulanya didapati melalui belajar
dan untuk seterusnya dia dapati melalui fikiran.
Apabila pintu fikiran pada jiwa
sudah terbuka, ketahuilah ada cara jalan berfikir dan cara menggunakannya untuk
mencapai tujuan. Maka Qalbu seseorang menjadi lega dan terbukalah mata
batinnya, lalu keluar apa yang ada di dalam jiwanya dari kekuatan kepada
tindakan tanpa penambahan usaha pencarian dan kepenatan yang berlanjutan.
Jalan Yang Kedua.
Pengajian Rabbani terbagi pada dua
bagian yaitu;
Yang Pertama : Penancapan Wahyu.
Jiwa itu bila telah sempurna
zatnya,maka hilanglah kotoran-kotoran tabiat dan kecemaran loba dan
angan-angan.Terpisahlah pandangan daripada syahwat keduniaan,putus hubungan
dari cita-cita yang tidak abadi,mengarahkan mukanya kepada pencipta dan
penjadiNya,
bergantung kepada kemurahan
penciptaan dan berpegang pada karunia faedah daripadaNya dan limpahan NurNya.
Manakala Allah Taala pula dengan
keelokkan InayahNya mengarahkan kepada jiwa itu secara keseluruhan,memandang
kepadanya secara pandangan Ilahi danmenjadikan sebagai Luh,
menjadikan Jiwa
Keseluruhan(Al-Nafsul Kulli) sebagai Qalam dan menuliskan pada Luh itu seluruh
ilmu, ketika itu Akal Keselurahan (Al-'Aqlu Kulli) menjadi sebagai guru dan
Jiwa Suci (Al-Nafsul Qudsiah)[Jiwa suci ialah Jiwa Kenabian yang telah sempurna
zatnya] sebagai pelajar, lalu terdapatlah semua ilmu pada jiwa itu dan terukir
padanya seluruh rupa tanpa pengajian dan fikiran. Ini dibuktikan kebenarannya
oleh firman Allah Taala kepada Nabi SAW:
وَأَنزَلَ
اللَّهُ عَلَيكَ الكِتٰبَ وَالحِكمَةَ وَعَلَّمَكَ ما لَم تَكُن تَعلَمُ
Dan (juga karena) Allah telah
menurunkan Kitab dan hikmah kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang
belum kamu ketahui. (Surah Al-Nisaa';113)
Oleh karena itu ilmu para Nabi lebih
mulia tingkatannya dari ilmu seluruh makhluk, karena ia didapati langsung dari
Allah Taala tanpa perantaraan atau wasilah.
Ini dapat dlihat contohnya dari
kisah kisah Nabi Adam AS. dan malaikat, Malaikat adalah belajar sepanjang usia
mereka dan meniti berbagai jalan mereka mendapat banyak ilmu hingga mereka
menjadi makhluk yang paling mengetahui, sedangkan Adam AS. tidaklah Alim,
karena ia tidak pernah belajar dan tidak pernah menemui seorang guru. Para
malaikat melahirkan kesombongan dan takbur mereka dengan berkata;
وَنَحنُ
نُسَبِّحُ بِحَمدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ
"padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" {Surah
Al-Baqarah;30}.
dan berkata bahwa kami mengetahui
hakikat-hakikat segala sesuatu. Maka Adam AS. pun kembali kepada penciptanya,
mengeluarkan Qalbunya dari sifat-sifat makhluk dan mengarahklan permintaan
tolongnya kepada Allah Taala, lalu Allah mengajarkannya seluruh Nama;
وَعَلَّمَ
ءادَمَ الأَسماءَ كُلَّها ثُمَّ عَرَضَهُم عَلَى المَلٰئِكَةِ فَقالَ أَنبِـٔونى
بِأَسماءِ هٰؤُلاءِ إِن كُنتُم صٰدِقينَ
"Dan Dia mengajarkan kepada Adam
nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para
Malaikat lalu berfirman: ""Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu
jika kamu memang orang-orang yang benar {Surah Al-Baqarah;31}.
Maka malaikat pun merasa kecil di
samping Adam, merasa kurang ilmu mereka dan pecahlah kepala kesombongan mereka
lalu tenggelam dalam lautan kelemahan;
قالوا سُبحٰنَكَ
لا عِلمَ لَنا إِلّا ما عَلَّمتَنا ۖ إِنَّكَ أَنتَ العَليمُ الحَكيمُ
"Mereka menjawab:
""Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang
telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana" {Surah Al-Baqarah; 32}.
Allah berfirman lagi :
قالَ يٰـٔادَمُ
أَنبِئهُم بِأَسمائِهِم
"Hai Adam, beritahukanlah
kepada mereka nama-nama benda ini". {Surah Al-Baqarah;33).
Adam AS pun memberitahu kepada
mereka beberapa ilmu yang terpendam dan beberapa perkara yang tersembunyi.
Dari ini jelaslah bagi orang-orang
yang berakal bahwa Ilmu Ghoibi yang tercetus dari jiwa ialah lebih kuat dan
lebih sempurna dari ilmu-ilmu yang didapati dengan usaha(Al-Uluumul
Maktasabah). Ilmu Wahyu ini menjadi pusaka Nabi-Nabi dan kepunyaan Rasul-Rasul.
Allah telah menutup pintu wahyu ini sejak dari zaman penghulu kita Nabi
Muhammad SAW. Ia adalah Rasul Allah SAW. dan Nabi yang penghabisan. Ia adalah
manusia yang paling mengetahui, orang Arab dan 'Ajam yang paling fasih. Nabi
SAW pernah bersabda yang artinya:
"Akulah yang paling tahu di
antara kamu dan yang paling takutkan Allah Taala".
Ilmunya lebih sempurna, lebih mulia
dan lebih kuat, karena ia dapati ilmu ini dari Pengajaran Rabbani dan ia tiada
sekali-kali berkecimpung dalam Pengajian dan Pengajaran Insani. Allah Taala
berfirman :
عَلَّمَهُ
شَديدُ القُوىٰ
"yang diajarkan kepadanya oleh
(Jibril) yang sangat kuat". {Surah Al-Najm;05}.
Yang Kedua : Ilham.
Ilham ialah pemberitahuan oleh Jiwa
Keseluruhan (Al-Nafsul Kulliah) kepada Jiwa Bahagian (Al-Nafsul Juz'iyah)
manusia menurut kadar kemurnian, penerimaan dan kekuatan persediaan.
Ilham adalah kesan Wahyu. Wahyu
adalah penerangan Urusan Ghoibi manakala Ilham ialah pemaparannya. Ilmu yang
didapati melalui Ilham dinamakan Ilmu Laduni.
Ilmu Laduni ialah ilmu yang tidak
ada perantaraan dalam mendapatkannya di antara jiwa dan Allah Taala. Ia adalah
seperti cahaya yang datang dari lampu Qhaib jatuh ke atas Qalbu yang bersih,
kosong lagi halus(Lathif). Terjadinya demikian karena ilmu-ilmu seluruhnya
adalah terterap lagi dimaklumi dalam Jauhar Jiwa Keseluruhan Yang
Pertama(Jauharul Nafsul Kulliyatul Uula) yang mana beradanya(jauhar ini) dalam
jauhar-jauhar Abstrak Yang Pertama Lagi Mutlak (All-Jawaahirul Mujarridatul
Awwaliyatul Mahdhoh) dinisbahkan kepada Akal Pertama(Al-Aqlu Awal) adalah
serupa dengan nisbah Hawa kepada Adam AS.
Sesungguhnya telah nyata bahwa Akal
Keseluruhan(Al-Aqlul Kulli) adalah lebih mulia, lebih sempurna, lebih kuat dan
lebih hampir dengan Allah Taala daripada Jiwa Keseluruhan(Al-Nafsul Kulliyah)
adalah lebih teguh, lebih halus dan lebih mulia daripada seluruh makhluk. Dari
limpahan Akal Keseluruhan tercetusnya Ilham. Wahyu adalah pakaian Nabi-Nabi dan
Ilham adalah hiasan Wali-Wali.
Mengenai Ilmu Wahyu(Ilmu Nabawi)
pula sebagaimana Jiwa bukannya Akal, orang Wali bukannya Nabi, maka begitu juga
Ilham bukannya Wahyu. Ilham adalah lemah dibandingkan dengan Wahyu, tetapi
lebih kuat dibandingkan dengan mimpi-mimpi(mimpi yang benar), sedangkan ilmu
(Ilham atau Ilmu Laduni) adalah ilmu Nabi-Nabi dan Wali-Wali.
Adapun Ilmu Wahyu hanya khas untuk
Rasul-Rasul, terbatas mereka saja seperti Ilmu Nabi Adam dan Nabi Musa AS.,
Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad SAW. dan Rasul-Rasul yang lain. Perbedaan di
antara "Kerasulan" dan "Kenabian" terletak pada bahwa
"Kenabian" itu ialah penerimaan jiwa suci akan hakikat-hakikat
maklumat dan ma'quulah dari Jauhar Akal Yang Pertama dan "Kerasulan"
ialah menyampaikan maklumat dan ma'quulat itu kepada orang-orang yang mau
mengambil faedah dan yang mahu menerimanya.
Kadang-kadang ada penyesuaian untuk
menyampaikan pada jiwa seseorang, tetapi tidak mungkin mau disampaikan karena
ada halangan atau sebab yang tertentu.
Ilmu Laduni adalah untuk ahli
Kenabian dan Kewalian, sebagaimana yang terjadi pada Nabi Khaidir AS. Hal ini
ada tersebut dalam firmanNya;
وَعَلَّمنٰهُ
مِن لَدُنّا عِلمًا
"Dan Kami telah ajarkan ilmu
dari sisi Kami". {Surah Al-Kahfi;65}
Berkata Amir Mukminin Ali bin Abi
Thalib Karramallaha Wajhahu;
"Aku memasukkan lidahku ke
dalam mulutku(mengunci mulutku) lalu terbuka dalam Qalbuku seribu pintu ilmu,
tiap-tiap pintu terdapat seribu pintu pula", seterusnya ia berkata,
"Andaikan disuratkan kepadaku suatu bantal dan kududuk di atasnya nescaya
ku dapat menghukumkan ahli Taurat dengan Taurat mereka dan ahli Injil dengan
Injil mereka dan ahli al-Qur'an dengan Qur'an mereka".
Ini adalah tingkat yang tiada dapat
dicapai dengan Pengajian Insani semata-mata malah dapat dicapai dengan kekuatan
Ilmu Laduni. Berkata lagi Sayyidina Ali lagi dalam menceritakan tentang Kitab
Taurat Nabi Musa AS., bahwa syarah kitab ibi dapat dibawa dengan empat puluh
ekor unta, katanya;
Jika diizinkan Allah mensyarahkan
makna-makna Surah Al-Fatihah(saja) niscaya aku dapat melaksanakannya hingga
sampai seperti itu juga". artinya 40 bebanan unta.
Kebanyakan, keluasan dan kebukaan
dalam ilmu ini tdak terjadi, melainkan ilmu itu adalah Laduni, Ilahi lagi
tinggi.
Bila Allah hendak menjadikan
hambanya seseorang yang baik, Ia(Allah) menyingkapkan hijab di antara ZatNya
dan jiwa yang menjadi Luh, lalu lahirlah pada jiwa itu sebagian dari
rahsia-rahsia yang terpendam dan tertulis makna-makna segala rahasia yang
terpendam ini. Dengan ini dapatlah jiwanya mengucapkan rahasia-rahasia yang
terpendam ini menurut kehendak kepada siapa yang dikehendakinya.
Hakikat hikmah adalah diambil dari
Ilmu Laduni, selagi seseorang itu tidak sampai kepada tingkat ini, tidak dapat
dianggap sebagai seseorang yang HAKIM (bijak), karena hikmah adalah dari
karunia Allah Taala sebagaimana firmanNya dalam Surah Al-Baqarah;269
يُؤتِى
الحِكمَةَ مَن يَشاءُ ۚ وَمَن يُؤتَ الحِكمَةَ فَقَد أوتِىَ خَيرًا كَثيرًا ۗ وَما
يَذَّكَّرُ إِلّا أُولُوا الأَلبٰبِ
" Allah menganugrahkan al
hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur'an dan As Sunah) kepada siapa yang
Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar
telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah
yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)."
Ini adalah karena orang-orang yang
sampai kepada tingkat Ilmu Laduni tidak memerlukan penumpahan tenaga yang
banyak untuk mendapatkan ilmu dan tidak payah dalam pengajian. Mereka belajar
sedikit dan mengetahui banyak, berpenat sedikit dan beritirahat banyak.
Ketahuilah bila Wahyu itu telah
terhenti dan pintu Kerasulan telah ditutup, manusia tidak perlu lagi kepada
rasul-rasul dan menyebarkan agama baru., kerana segala yang berhubung dengan
agama telah lengkap sempurna sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Maidah;3 :
اليَومَ
أَكمَلتُ لَكُم دينَكُم وَأَتمَمتُ عَلَيكُم نِعمَتى وَرَضيتُ لَكُمُ الإِسلٰمَ
دينًا
:"Pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan
telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu"
Ada pun pintu Ilham tidak tertutup,
perbekalan Nur Jiwa Keseluruhan(Al Nafsu Kulliah) tidaklah terhenti, karena
berlanjutan keperluan jiwa-jiwa kepada penguatan, pembaharuan dan pengingatan.
Manusia tidak memerlukan
rasul-rasul, tetapi karena mereka tenggelam dalam was-was dan syahwat, mereka
memerlukan pengingatan dan penyadaran. Oleh itu Allah Taala mengunci pintu
Wahyu dan membuka pintu Ilham sebagi rahmatNya. Ia merancang dan menyusun
segala-galanya supaya manusia tau bahwa Allah adalah lembut dengan para
hambaNya. mengaruniakan rizki kepada siapa yang dikehendaki tanpa batas.
KESIMPULAN:
Sebelum ini telah diterangkan
mengenai Ilmu Tasawuf sebenarnya termasuk dalam jenis-jenis ilmu, malahan Ilmu
Tasawuf itu mempunyai sifat-sifat yang lebih istimewa lagi di banding dengan
ilmu-ilmu lain. Dalam fasal ini Imam Ghazali akan menerangkan kepada kita
bagaimana cara-cara dan kaedah untuk mendapatkan segala jenis ilmu itu.
Ia membaginya cara-cara itu kepada
dua bagian penting yaitu;
1. Pengajian Insani dan
2. Pengajian Rabbani
Pengajian Insani adalah dengan dua
cara pula yaitu;
1. Dari Luar (Mendapatkan ilmu
dengan pengajian biasa)
2. Dari Dalam (Mendapatkan ilmu dengan
berfikir hingga dapat dicungkil ilmu itu dari batin jiwa yaitu jiwa keseluruhan
[An-Nafs Al-Kulli] atau [Al-Luh Al-Mahfuz], kemudian barulah ilmu itu terukir
pada jiwa.
Pengajian Rabbani juga terbagi
kepada dua cara yaitu;
1. Menerusi Wahyu dan
2. Menerusi Ilham.
Kedua-dua cara ini lebih tinggi
tingkatnya dari cara mendapatkan ilmu dari cara berfikir seperti yang
dinyatakan di atas. Wahyu dan Ilham adalah datang dari Zat Allah dan akal
keseluruhan (Al-'Aqlul Kulli) menerusi Jiwa Keseluruhan (Al-Nafs Al-Kulli),
kemudian baru terukir pada jiwa.
Meskipun kedua-duanya mempunyai
saluran yang sama, Wahyu itu lebih tinggi dari daripada Ilham. Wahyu untuk
Nabi-nabi dan Rasul-rasul dan Ilham untuk Nabi-nabi dan Wali-wali Allah.
Ilmu yang didapati menerusi Ilham
inilah dinamakan 'ILMU LADUNI'.
Pintu Wahyu telah tertutup sekarang
dan pintu Ilham masih terbuka sebagai rahmat dari Allah.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.