بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
TAFSIR SURAH AL-FATIHAH MENURUT SYEIKH ABDUL QADIR AL-JAILANI
.jpg)
 
 Syekh Abdul Qadir Al-Jailani pada pembukaan tafsir Surah Al-Fatihah 
mengungkapkan: “Sungguh sangat jelas bagi siapapun yang telah Allah 
Ta'ala bangkitkan dari tidur kelalaian dan
 kantuk kealpaan, bahwa seluruh alam semesta dan isinya tidak lain 
adalah mazhhar (manifestasi) dari berbagai sifat-sifat Allah yang lahir 
dari nama-nama Dzat-Nya. Hal itu karena, di setiap martabat dari 
Martabat-martabat Wujud, Dzat memiliki nama dan sifat khusus yang 
masing-masing memiliki atsar (impresi) tersendiri. Maka demikianlah 
semua Martabat Wujud. Meski wujud itu hanya sebutir zarah, sekerjap 
mata, atau secercah bersitan dalam hati.
 
 Sedangkan, martabah 
(martabat) yang disebut dengan Ahadiyah yang tidak berbilang atau 
disebut juga al-‘ama’ adalah martabat yang tidak ada ruang bagi auliya’ 
dan ulama (untuk menggapainya), melainkan hanya al-hasrah (pilu hati), 
al-hairah (rasa kacau) al-walah (kebingungan) dan al-haiman (kehausan 
cinta). 
 
 Martabat Ahadiyah merupakan martabat yang menjadi 
puncak tertinggi pencapaian para nabi dan ujung suluk para wali. Setelah
 (sampai di martabat) itu, mereka akan “berjalan” di dalamnya dan pasti 
akan menuju kepada Allah, hingga mereka semua akan mengalami istighrâq 
(tenggelam secara total mengingat Allah) sampai mengalami al-hairah 
(kebingungan/keterpanaan spiritual) dan fana’. Tiada Tuhan selain Dia 
(lâ ilâha illâ huwa). Segalanya musnah kecuali Wajah-Nya (kullu syai` 
hâlik illâ wajhah).
 
 Kemudian, ketika Allah ingin membimbing 
hamba-hamba-Nya ke Martabat Ahadiyah tersebut—yakni agar mereka dapat 
kian dekat dan bertawajuh kepada-Nya hingga tawajuh dan taqarub mereka 
berakhir pada ‘isyq (rindu) dan mahabbah (cinta) yang paling hakiki 
(al-haqîqah al-haqqiyyah) saja, yang akan menyebabkan runtuhnya 
penyematan (al-idhafat) yang melahirkan kesan kepada keberbilangan atau 
dualitas terhadap Allah, yang setelah itu niat mereka menjadi murni dan 
layak untuk fana’—Allah menarik perhatian manusia untuk bergerak menuju 
ke jalan-Nya—sebagai bentuk bimbingan dan pengajaran kepada 
mereka—melalui doa-doa yang dipanjatkan kepada-Nya serta dalam 
munajat-munajat bersama-Nya, yang dalam doa-doa dan munajat-munajat itu 
tersirat (isyarat akan) kembalinya yang banyak menuju tunggal yang 
sempurna, yakni ketunggalan sempurna (kamal al-wihdah) yang mengenyahkan
 keberbilangan (nihayah al-katsrah).”
 
 Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menafsirkan surah Al-Fatihah, satu per satu:  
 
 بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
 
 “Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”
 
 
 “Dengan nama “Allah” yang merupakan istilah bagi Dzat Ahadiyah, hal ini
 berdasarkan pada; 1) Berdasarkan tanazzul-Nya (turunnya wujud dengan 
penyngkapan Tuhan) dari Martabat Ahadiyah, karena tidaklah mungkin untuk
 mengistilahkan Dzat-Nya dengan martabat asli-Nya; 2) Berdasarkan pada 
ketidakterbatasan dan kemencakupan-Nya atas segala asma dan sifat Ilahi 
yang kepadanya segala mazhhar bersandar, yang menurut ahli kasyf 
diistilahkan dengan al-a’yân ats-tsâbitah, dan menurut ahli syariat 
disebut dengan Lauh al-Mahfûzh dan al-Kitâb al-Mubîn. 
 Kata 
“Ar-Rahman” (Maha Pengasih) merupakan istilah bagi Dzat Ahadiyah, hal 
ini berdasarkan pada; 1) Berdasarkan tajalliyat-Nya pada lembaran alam 
semesta dan perkembangan-Nya dalam mulabas al-wujub dan al-imkan; 2) 
Berdasarkan tanazzul-Nya dari Martabat Ahadiyah kepada Martabat 
Al-‘Adadiyah (martabat keberbilangan); ta’ayyunat-Nya terhadap berbagai 
manifestasi ilmiah dan esensi; serta pengejawantahan-Nya melalui citra 
eksistensial. 
 
  Kata “Ar-Rahim” (Maha Penyayang) merupakan 
istilah bagi Dzat Ahadiyah yang diekspresikan melalui tauhid 
terhadap-Nya setelah disebutkan keberbilangannya; melalui penyatuannya 
setelah pemisahannya; penggabungannya setelah penghamparannya; 
pengangkatannya setelah penundukannya; dan tajrid-nya setelah 
taqyid-nya.
 
 اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ 
 
 “Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam” 
 
 
 Segala puji dan pemuliaan yang menghimpun segala pujian dan 
pengharagaan yang lahir dari bahasa semua entitas semesta yang selalu 
bertawajuh kepada Penciptanya dengan ketaatan yang mengakui 
penghargaannya dengan cara bersyukur kepada Pemberi nikmat, baik melalui
 gerak maupun kata-kata, sejak azali, abadi, secara khusus dan ajek 
hanya untuk Allah, Dzat yang Menghimpun semua asma dan sifat yang 
melahirkan dan memelihara alam semesta seluruhnya karena Dia adalah Rabb
 semesta alam, yang jika saja pemeliharaan dan pelestaran Dia terhadap 
alam semesta hilang meski sesaat, niscaya alam semesta akan musnah 
sekaligus.
 
 الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
 “Maha Pengasih dan Maha Penyayang”
 
 “Ar-Rahman (Maha Pengasih) yang Maha Memulai dan Maha Mencipta 
kehidupan dunia dengan merentangkan bayang-bayang asma-Nya yang baik dan
 sifat-Nya yang luhur di atas mir’ah al-‘adam yang darinya terlukis alam
 semesta dan segenap bagiannya; baik yang tampak maupun yang gaib; baik 
yang awal maupun yang akhir; serta segenap bagiannya tanpa terkecuali. 
Ar-Rahim (Maha Penyayang), yaitu Dzat yang berjanji kepada segala 
sesuatu atas kembangkitan kembali setelah langit ketinggian dan bumi 
kerendahan digulung kembali ke titik permulaan dan akhirnya (Allah) 
karena Dia adalah:
 مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ 
“Penguasa Hari Pembalasan”
 
 
Dia adalah Penguasa Hari Pembalasan dan ganjaran, yang menurut syariat 
disebut dengan istilah Hari Kimat atau al-Thâmmah al-Kubrâ. Pada hari 
inilah seluruh bumi dan langit akan hancur untuk kemudian semua catatan 
dari awal sampai akhir di bumi akan digulung.
 Pada hari ini semua 
pandangan dan pikiran lenyap. Segala hijab dan tirai penghalang 
tersingkap. Semua entitas selain Allah akan sirna. Yang ada hanyalah 
Allah yang Mahaesa dan Mahapenakluk. 
 Ketika hamba telah sampai pada
 maqam dan tujuan ini, serta menyerahkan segala urusan kepada Allah, 
maka ia berhak selalu bersama Rabb-nya sebagai penyempurna martabat 
ubudiyah, sehingga tidak ada lagi khitab yang menjelaskan antara “aku 
dan kamu” dan tersingkap huruf “ghain” dan “’ain”. Pada saat itulah 
ucapan hamba akan selaras dengan bahasa tindakannya,
 اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ 
 Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.
 
 Ini adalah kesaksian bahwa hanya kepada-Mu, Ya Allah, bukan kepada 
selain Engkau. Karena tidak ada yang lain bersama-Mu di alam wujud-Mu 
kami menyembah, bertawajuh dan menempuh suluk secara hina dan tunduk. 
Karena tidak ada sesembahan yang kami miliki selain Engkau, sebagaimana 
tidak ada tujuan selain hanya kepada-Mu dan hanya kepada-Mu kami memohon
 pertolongan. Maksudnya, kami tidak memohon pertolongan dan kemampuan 
untuk menyembah-Mu, kecuali hanya pada-Mu, karena tidak ada tempat kami 
kembali selain Engkau.
  اِھْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَـقِيْمَ 
  صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ . غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۗلِّيْنَ
 
 “Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah
 Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang 
dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”
 Ya Allah, 
tunjukilah kami dengan kelembutan-Mu, jalan yang lurus, yang dapat 
menghantarkan kami kepada puncak tauhid-Mu, yakni jalannya orang-orang 
yang Engkau beri nikmat kepada mereka, dari kalangan para nabi, 
shiddiqun, syuhada, dan orang-orang saleh, yang menjadi teman-teman 
terbaik.
 Bukan orang-orang yang Engkau murkai, yaitu orang-orang 
yang ragu dan lari dari jalan kebenaran yang terang, karena mengikuti 
akal yang penuh dengan ilusi. Dan bukan orang-orang yang sesat, 
disebabkan fatamorgana dunia yang hina dan godaan setan yang menyimpang 
dari jalan kebenaran dan hujah yang meyakinkan. Âmin... kami berharap 
ijabah dari-Mu wahai Dzat yang paling penyayang di antara para 
penyayang.
 
 --Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Tafsir Al-Jailani 
Silahkan Bagikan Artikel ini
 
 
Mohon Maaf,  Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan.  Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini. 
Title : (Tafsir Al-Jailani ) TAFSIR SURAH AL-FATIHAH MENURUT SYEIKH ABDUL QADIR AL-JAILANI
Description :  TAFSIR SURAH AL-FATIHAH MENURUT SYEIKH ABDUL QADIR AL-JAILANI         Syekh Abdul Qadir Al-Jailani pada pembukaan tafsir Surah Al-Fatihah  ...