بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Kuliah Dzikir dari Syeikh Ibnu
Atho’illah as-Syakandary ra.
Dzikir adalah melepaskan diri dari kelalaian dengan
selalu menghadirkan kalbu bersama al-Haqq (Allah). Pendapat lain mengatakan
bahwa dzikir adalah mengulang-ulang nama Allah dalam hati maupun melalui lisan.
Hal tersebut bisa dilakukan dengan mengingat lafal jalalah (Allah), sifat-Nya,
hukum-Nya, perbuatan-Nya atau suatu tindakan yang serupa. Dzikir bisa pula berupa doa, mengingat para rasul-Nya, nabi-Nya,wali-Nya, dan
orang-orang yang memiliki kedekatan dengan-Nya, serta bisa pula berupa takarub
kepada-Nya melalui sarana dan perbuatan tertentu seperti membaca, mengingat,
bersyair, menyanyi, ceramah, dan bercerita.
Maka, dengan pemahaman seperti ini, mereka yang
berbicara tentang kebenaran Allah, atau yang merenungkan keagungan, kemuliaan,
dan tanda-tanda kekuasaan-Nya di langit dan di bumi, atau yang mengerjakan
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya sesungguhnya—dengan berbuat
demikian—mereka sedang melakukan dzikir. Dzikir bisa dilakukan dengan lisan,
kalbu, anggota badan, ataupun dengan ucapan yang terdengar orang. Orang yang
berdzikir dengan menggabungkan semua unsur tersebut berarti telah melakukan
dzikir secara sempurna.
Menurut Ibnu Atha’illah, dzikir lisan adalah dzikir
dengan kata-kata semata, tanpa kehadiran kalbu (hudhur). Dzikir ini adalah
dzikir lahiriah yang memiliki keutamaan besar seperti yang ditunjukkan oleh
beberapa ayat Al-Quran, hadis, dan atsar. Dzikir lisan terbagi dalam beberapa
bagian. Ada yang terikat dengan waktu dan tempat, serta ada pula yang bebas
(tidak ditentukan tempat dan waktunya).
Dzikir yang terikat, misalnya bacaan ketika shalat dan setelah shalat, bacaan
ketika haji, sebelum tidur, setelah bangun, sebelum makan, ketika menaiki
kendaraan, dzikir di waktu pagi dan petang, dan seterusnya.
Sementara yang tidak terikat dengan waktu, tempat,
ataupun kondisi, misalnya pujian kepada Allah seperti dalam untaian kalimat,
“Subhana Allah wa al-hamdu li Allah wa la ilaha illa Allah wa Allah akbar wa la
hawla wa la quwwata illa bi Allah al-‘aly al-‘azhim (Mahasuci Allah, segala
puji bagi-Nya, tiada tuhan selain-Nya, dan Allah Mahabesar, tiada daya dan
kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Mahatinggi dan Mahabesar).”
Contoh lainnya adalah dzikir berupa doa seperti, “Rabbana la tu’akhidzna in
nasina aw akhtha’na...,” atau munajat lainnya.
Selain itu, terdapat pula bacaan shalawat atas Nabi
SAW yang akan memberi pengaruh lebih besar ke dalam kalbu para pemula daripada
dzikir yang tidak disertai munajat. Sebab, orang yang bermunajat, kalbunya
merasa dekat dengan Allah. Ia termasuk sarana yang memberikan pengaruh tertentu
dan menghiaskan rasa takut pada kalbu.
Dzikir lisan ada yang bersifat ri’ayah misalnya
ketika mengucapkan kalimat, “Allah bersamaku, Allah melihatku.” Ucapan tersebut
mengandung usaha untuk menjaga kemaslahatan kalbu. Ia adalah dzikir untuk
memperkuat kehadiran kalbu bersama Allah, memelihara etika di hadapan-Nya,
menjaga diri dari sikap lalai, berlindung dari setan terkutuk, dan untuk bisa
khusyuk dalam ibadah.
Setiap dzikir memiliki pengaruh
tertentu. Jika kita sibuk dengan dzikir, pasti akan diberi yang lebih tinggi
darinya. Dzikir yang disertai kesiapan akan bisa membuka tirai, tapi hal itu
disesuaikan dengan kondisi orang yang melakukannya.
Menurut Imam Ghazali, hakikat dzikir adalah berkuasanya
Allah di dalam kalbu disertai kesirnaan dzikir itu sendiri. Tapi, dalam pandangannya, dzikir memiliki tiga kulit atau
lapisan yang salah satunya lebih dekat kepada inti (lubb) daripada yang
lainnya. Inti (lubb) tersebut berada di balik tiga kulit tadi. Kulit-kulit itu
adalah sebagai jalan menuju inti (lubb). Kulit yang paling luar adalah dzikir
lisan semata.
Seorang pedzikir selalu mengaplikasikan dzikir
lewat gerakan lisan disertai usaha menghadirkan kalbu. Karena, kalbu perlu
penyesuaian dengan lisan agar sanggup hadir dalam dzikir. Jika dibiarkan, ia
akan sibuk dengan berbagai imajinasi yang melintas.
Kondisi ini baru berakhir ketika kalbu mengikuti
lisan serta cahayanya membakar syahwat dan setan. Saat itulah dzikir kalbu
menguat, sementara dzikir lisan mulai melemah. Seluruh organ dan semua sisi
tubuhdipenuhi cahaya, kalbu pun bersih dari hal-hal selain Tuhan, terputus dari
berbagai bisikan, dan setan al-Khannas pun tak lagi tinggal di dalamnya. Dengan
begitu, kalbu menjadi tempat masuknya anugerah Allah, serta cermin bagi segala
manifestasi dan makrifat ilahiah. Ketika dzikir itu menyeruak masuk ke dalam
kalbu dan menyebar di seluruh organ tubuh, maka semua organ itu pun berdzikir
sesuai dengan kondisinya.
Al-Jurairi menuturkan, “Salah
seorang sahabat kami selalu mengucap Allah, Allah. Lalu pada suatu hari,
kepalanya terkena batang pohon hingga pecah dan mengucurkan darah. Dari darah
itu kemudian tertulis di atas tanah lafal Allah, Allah.”
Dzikir laksana api yang bekerja secara aktif dan
memberikan pengaruh. Ketika masuk ke dalam sebuah rumah, dzikir itu akan berucap, “Aku, tidak ada lagi selainku.” Itulah makna
ungkapan la ilaha illa Allah. Jika di dalam rumah itu bertemu dengan kayu bakar,
dzikir tersebut akan segera membakar. Jika rumah itu gelap, ia akan menjadi
cahaya penerang.
Jika rumah itu memang memiliki cahaya, ia akan
menjadi cahaya di atas cahaya.
Dzikir berfungsi menghilangkan endapan berlebih
dalam tubuh yang diakibatkan oleh makan berlebihan dan mengkonsumsi barang
haram. Saat endapan kotor itu terbakar sehingga hanya yang baiklah yang
bertahan, barulah ia bisa mendengar senandung dzikir dari semua organ tubuhnya.
Suara dzikir itu seperti tiupan terompet. Pertama-tama, ia jatuh di sekitar
kepala sehingga kau akan mendengar suara seperti terompet.
Dzikir adalah penguasa, jika singgah di suatu
tempat, ia akan singgah dengan membawa terompet itu. Sebab, dzikir menghadang
apa saja selain al-Haq. Ketika menempati suatu tempat, ia akan sibuk
melenyapkan segala sesuatu yang menjadi lawannya laksana air bertemu api. Lalu,
akan terdengar berbagai macam suara seperti desir air, deru angin, golakan api,
derap kuda, dan suara dedaunan tertiup angin. Sebab, struktur tubuh manusia terdiri
dari unsur mulia dan hina. Unsur yang hina meliputi tanah, air, api, udara,
bumi dan langit, serta segala yang berada di antara keduanya. Jadi, semua suara
itu berasal dari seluruh unsur asli di atas. Ketika suara itu terdengar,
berarti ia sedang bertasbih dan mensucikan Allah dengan lisannya. Itulah hasil
dari dzikir lisan yang optimal.
Bisa jadi ketika seorang hamba diam
tak berdzikir, kalbu yang bertempat di dadanya akan segera bergerak meminta
dzikir seperti gerakan anak di perut ibunya. Kalbu manusia ibarat Isa ibn
Maryam as., sementara dzikir adalah susunya. Ketika besar dan kuat, ia akan
menangis dan berteriak karena rindu pada dzikir dan objeknya (Allah).
Dzikir kalbu ibarat suara lebah. Ia tidak terlalu nyaring dan menganggu, tetapi tidak
pula terlalu samar tersembunyi. Ketika objek dzikir (Allah) sudah bersemayam
dalam kalbu dan dzikir itu menjadi samar dan tak tampak, maka sang pedzikir
takkan lagi menoleh pada dzikir dan kalbu. Tapi, kalau ia masih menoleh pada
dzikir atau pada kalbunya, berarti masih ada hijab.
Kondisi saat seseorang tidak lagi memperhatikan
dzikir dan kalbunya disebut kondisi fana. Dalam kondisi seperti itu, ia
melenyapkan dirinya sehingga tak lagi merasakan keberadaan anggota tubuhnya,
hal-hal lain di luar dirinya, ataupun lintasan-lintasan jiwanya.
Semua itu gaib dari dirinya dan dirinya juga gaib
dari semua itu untuk bergegas menuju Tuhan lalu lenyap di dalam-Nya. Seandainya
masih terbersit dalam benaknya bahwa ia sedang dalam kondisi fana berarti
kondisi fananya masih bercampur noda dan belum sempurna. Yang sempurna adalah
kalau ia telah fana dari dirinya sendiri dan fana dari kefanaannya.
Jalan pertama yang harus dilalui seorang salik adalah
pergi menuju Allah. Sebab, petunjuk hanya milik Allah. Seperti dikatakan Nabi
Ibrahim as., “Aku pergi menghadap kepada Tuhanku. Dialah yang akan memberi
petunjuk kepadaku.” (Q.S. al-Shaffat [37]: 99). Ketika pergi menuju Allah telah
mantap dan berlangsung secara kontinyu sampai menjadi kebiasaan yang melekat kuat, naiklah ia menuju alam yang paling tinggi
seraya menyaksikan hal hakiki yang paling sucii. Gambaran alam malaikat
tertanam kuat dalam dirinya dan kesucian lahut tampak jelas di hadapannya.
Hal pertama yang tampak di alam tersebut adalah
substansi malaikat serta alam roh para nabi dan wali dalam bentuk yang sangat
indah. Dengan perantaraannya, ia bisa mengetahui berbagai hakikat yang ada.
Itulah yang terdapat di awal perjalanan sampai pada tingkatan yang sulit
digambarkan. Dalam segala sesuatu al-Haq tampak secara jelas. Inilah hasil dari
esensi dzikir.
Tahap pertama adalah dzikir lisan. Kemudian dzikir
kalbu yang cenderung diupayakan dan dipaksakan. Selanjutnya, dzikir kalbu yang
berlangsung secara lugas, tanpa perlu dipaksakan. Serta yang terakhir adalah
ketika Allah sudah berkuasa di dalam kalbu serta sirnanya dzikir itu sendiri.
Inilah rahasia dari sabda Nabi saw., “Siapa ingin bersenang-senang di taman
surga, perbanyaklah mengingat Allah.” Juga sabda Nabi saw., “Dzikir diam
(khafiy) tujuh puluh kali lebih utama daripada dzikir yang terdengar oleh para
malaikat pencatat amal.”
Sebagai tanda bahwa sebuah dzikir
sampai pada sirr (nurani terdalam pada jiwa yang kelak menjadi tempat cahaya
penyaksian) adalah saat pedzikir dan objek dzikirnya lenyap tersembunyi. Dzikir
sirr terwujud ketika seseorang telah terliputi dan tenggelam di dalamnya.
Tandanya, apabila engkau meninggalkan dzikir tersebut, ia takkan
meninggalkanmu.
Dzikir tersebut
terbang masuk ke dalam dirimu untuk menyadarkanmu dari kondisi tidak sadar
kepada kondisi hudhur (hadirnya kalbu). Salah satu tandanya, dzikir itu akan
menarik kepalamu dan seluruh organ tubuhmu sehingga seolah-olah tertarik oleh
rantai. Indikasinya, dzikir tersebut tak pernah padam dan cahayanya tak pernah
redup. Tetapi, engkau menyaksikan cahayanya selalu naik turun, sementara api
yang ada di sekitarmu senantiasa bersih menyala. Dzikir yang masuk ke dalam sir
terwujud dalam bentuk diamnya si pelaku dzikir seolah-olah lisannya tertusuk
jarum. Atau, semua wajahnya adalah lisan yang sedang berdzikir dengan cahaya
yang mengalir darinya.
Ketahuilah, setiap dzikir yang disadari oleh
kalbumu didengar oleh para malaikat penjaga. Sebab, perasaan mereka beserta
perasaanmu. Di dalamnya ada sirr sampai saat dzikirmu sudah gaib dari
perasaanmu karena engkau sudah sirna bersama Tuhan, dzikirmu juga gaib dari
perasaan mereka.
Sebagai kesimpulan tentang tahapan dzikir, Ibnu
Atho’illah as-Syakandary ra. mengatakan, berdzikir dengan ungkapan kata-kata
tanpa rasa hudhur disebut dzikir lisan, berdzikir dengan merasakan kehadiran
kalbu bersama Allah disebut dzikir kalbu, sementara berdzikir tanpa menyadari
keha Ibnu Atho’illah as-Syakandary ra. diran
segala sesuatu selain Allah disebut dzikir sirr. Itulah yang disebut dengan
dzikir khafiy.
Rezeki lahiriah terwujud dengan gerakan badan.
Rezeki batiniah terwujud dengan gerakan kalbu, rezeki sirr terwujud dengan
diam, sementara rezeki akal terwujud dengan fana dari diam sehingga seorang
hamba tinggal dengan tenang untuk Allah dan bersama Allah. Nutrisi dan makanan
bukanlah konsumsi rohani, melainkan konsumsi badan. Adapun yang menjadi
konsumsi rohani dan kalbu adalah mengingat Allah Dzat Yang Maha Mengetahui
segala yang gaib. Allah berfirman, “Orang-orang beriman dan kalbu mereka
tenteram dengan mengingat (dzikir kepada) Allah.”
Semua makhluk yang mendengarmu sebenarnya juga ikut
berdzikir beersamamu. Sebab, engkau berdzikir dengan lisanmu, lalu dengan
kalbumu, kemudian dengan nafs-mu, kemudian dengan rohmu, selanjutnya dengan
akalmu, dan setelah itu dengan sirrmu.
Jika engkau berdzikir dengan lisan, pada saat yang
sama semua benda mati akan berdzikir bersamamu. Jika engkau berdzikir dengan
kalbu, pada saat yang sama alam beserta isinya ikut berdzikir bersama kalbumu.
Jika engkau berdzikir dengan nafs-mu, pada saat yang sama seluruh langit
beserta isinya juga turut berdzikir bersamamu.
Jika engkau berdzikir dengan rohmu, pada saat yang
sama singgasana Allah beserta seluruh isinya ikut berdzikir bersamamu. Bila
engkau berdzikir dengan akalmu, para malaikat pembawa arasy dan roh orang-orang
yang memiliki kedekatan dengan Allah juga ikut berdzikir bersamamu. Bila engkau
berdzikir dengan sirmu, arasy beserta seluruh isinya turut berdzikir hingga
dzikir tersebut bersambung dengan zat-Nya.
Menurut Ibnu Atha’illah, nafs
adalah unsur (hai’ah) berjenis uap yang lembut dan membawa potensi kehidupan,
perasaan, dan gerakkan kehendak. Allah Yang Mahabijaksana menyebutnya dengan
roh hewani. Ia merupakan instrumen perantara antara kalbu—sebagai nafs yang
berbicara—dan badan. Ada yang berpendapat bahwa nafs itulah yang dalam Al-Quran
disebut dengan pohon zaitun
sebagai pohon yang penuh berkah, tidak tumbuh di sebelah timur atau di sebelah
barat. Sebab, dengan nafs manusia bisa bertambah mulia dan suci. Selain itu, ia
tidak berasal dari penjuru timur alam ruh semata atau penjuru barat tubuh yang
padat.
Nafs ada yang bersifat ammarah (memerintah),
lawwamah (suka mencaci), dan muthma’innah (tenteram). Nafs al-ammarah bi al-su
(yang memerintahkan pada keburukan) adalah nafs yang condong kepada naluri
badan, menyuruh pada kesenangan dan syahwat, serta menarik kalbu kepada sesuatu
yang rendah. Ia adalah jenis nafs yang buruk, sumber segala akhlak dan
perbuatan tercela. Selain itu, ia adalah nafs yang dimiliki manusia pada
umumnya dan merupakan kejahatan. Bagi nafs al-ammarah bi al-su ini, dzikir
ibarat lampu yang menerangi rumah yang gelap gulita.
Nafs lawwamah adalah nafs yang memberikan cahaya
tertentu kepada kalbu yang dengannya manusia tersadarkan dari kelalaian.
Setelah itu, ia pun mulai memperbaiki diri. Ia berpindah-pindah di antara unsur
ketuhanan dan unsur kemanusiaan. Setiap kali muncul perbuatan jahat yang
berasal dari karakter dan tabiat buruknya, cahaya peringatan ilahi segera
meluruskan. Pada saat itu ia akan mencaci dirinya seraya bertobat, memohon
ampunan, dan kembali pada pintu Sang Maha Pengampun lagi Penyayang. Karena itu
dalam Al-Quran Allah menjadikan Nafs lawwamah itu sebagai sandaran sumpah.
Allah berfirmsn, “Aku bersumpah dengan hari kiamat. Dan Aku bersumpah dengan
Nafs lawwamah (yang sering mencaci).” (Q.S. al-Qiyamah [75]: 1-2).
Seperti dijelaskan sebelumnya, nafs ada yang bersifat
ammarah (memerintah), lawwamah (suka mencaci), dan muthma’innah (tenteram).
Menurut Ibnu Atho’illah as-Syakandary ra., melalui dzikir, nafs dalam diri
manusia itu seolah-olah menyadari bahwa dirinya sedang berada dalam sebuah
rumah yang penuh dengan segala hal buruk seperti kotoran, anjing, babi, singa,
macan, dan gajah.
Lalu setelah ia bergumul dengan berbagai macam
keburukan itu, ia berusaha mengeluarkannya. Ia pun sempat terluka oleh
binatang-binatang buas yang ada di dalamnya. Karena itu, ia segera melakukan
dzikir dan munajat agar dzikir tersebut bisa mengalahkan dan mengeluarkan
mereka.
Nafs lawwamah terus berusaha sekuat tenaga
mengumpulkan berbagai perabotan sampai akhirnya rumah itu menjadi indah.
Setelah itu, barulah rumah tersebut layak dihuni dan ditempati sang penguasa
(dzikir). Ketika dzikir bertempat di dalamnya dan tatkala al-Haq tampak dengan
jelas, nafs itu pun kembal pada kondisi muthma’innah (tenteram). Itulah nafs
yang mendapatkan cahaya kalbu secara sempurna. Nafs tersebut mengikuti kalbu
untuk naik menuju surga alam kesucian yang bersih dan terhindar dari segala
kotoran. Nafs muthma’innah selalu tekun mengerjakan ketaatan, serta merasa
tenteram bersama Allah Dzat Yang meninggikan derajat kemuliaan. Sehingga Allah
berseru kepadanya, “Wahai nafs muthma’innah, kembalilah pada Tuhanmu dalam
kondisi ridha dan mendapat ridha. Masuklah sebagai hamba-Ku, serta masuklah ke
dalam surga-Ku.” (Q.S. al-Fajr [89]: 29-30).
(Ibnu Atho’illah as-Syakandary ra. dalam
Miftah al-Falah wa Misbah al-Arwah)
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.