بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
BISIKAN JIWA (AL-KHATHIR) BAGI ORANG YANG SUDAH WUSHUL
Sayyid Abu Bakar bin Syaikh Al-Saqqaf Ba Alawi bertanya, “Bagaimanakah 
hukum bisikan-bisikan yang melintas di hati orang yang washil (sudah 
sampai kepada Allah mendapat kedudukan di sisi Allah)? Apakah ia harus menolak bisikan-bisikan tersebut dan hanya bersandar kepada bisikan Allah, atau apa yang mesti ia lakukan?”
 

 
Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad, menjawab: “Pemilik kedudukan 
(washil) itu berbeda-beda tingkatan mereka. Orang yang mencapai 
kedudukan ini memiliki dua keadaan. Pertama disebut al-jama’; Kedua 
disebut al-farq. Jika seseorang mengalami keadaan yang pertama, yaitu 
al-jama’, ia akan fana terhadap dirinya dan orang lain, ia akan asyik 
tenggelam bersama Tuhannya dengan seluruh raganya. Saat itu, tidak ada 
lagi bisikan-bisikan yang datang, yang ada hanya Allah, Dzat Yang 
Mahaada. 
Seseorang yang sudah mencapai kedudukan ini 
berkata,“Jika pada diriku terdapat bisikan keinginan selain kepada-Mu, 
yang muncul karena kealpaanku, maka kuputuskan kemurtadan diriku.” 
Maksud dari “kemurtadan” di sini adalah ‘Aku tidak tenggelam dan hanyut 
di dalam diri-Mu. Berarti dia tak lagi di maqam ini. 
Seseorang yang lain juga berkata, “Hatiku dipenuhi keinginan beragam lalu menyatu sejak mata keinginanku memandang-Mu.”
Adapun bisikan yang bermacam-macam itu muncul disebabkan oleh pikiran 
yang bercabang dan halangan yang banyak di dalam diri. Hal yang seperti 
ini tidak dialami oleh seseorang yang sudah wushul (sampai) kepada 
Allah, karena ia telah menyatukan pikiran dan kalbunya hanya kepada 
Allah semata. Keadaan ini diisyaratkan oleh Rasulullah SAW, “Aku 
memiliki satu waktu yang aku isi hanya bersama Tuhanku.”
Keadaan semacam ini amatlah jarang dialami oleh seseorang, saat itu 
terjadi maka akan tampak hal-hal yang mengagumkan dan menakjubkan. 
Keadaan ini pernah dialami oleh beberapa masyayikh (para syekh besar) di
 Irak selama 7 tahun lamanya, lalu ia tersadar sejenak sebelum akhirnya 
kembali tenggelam dalam keadaan ini selama 7 tahun berikutnya. Selama 
berada pada maqam ini, ia tidak makan, tidak minum, tidak tidur, dan 
tidak shalat, akan tetapi tetap berdiri tegak di tanah lapang sambil 
menengadahkan pandangan matanya ke arah langit.
Kami juga 
pernah mendengar cerita tentang beberapa masyayikh di Mesir yang 
berwudhu lalu berbaring seraya berkata pada pendampingnya, “Jangan 
engkau bangunkan aku dari tidurku sampai aku sendiri yang akan bangun.” 
Ia pun tertidur hingga 17 tahun lamanya, lalu ia bangkit dari tidurnya 
dan shalat dengan wudhunya tersebut.
Para ‘arif billah 
merindukan keadaan al-jama’ ini. Sedangkan Allah SWT, karena rasa kasih 
sayang-Nya, memindahkan mereka dari keadaan ini. Agar mereka tetap dapat
 menjalankan kewajiban-kewajiban mereka dan terhindar dari rusaknya 
fisik dan hancurnya persendian mereka. Karena, anugerah Allah berupa 
ilmu dan hikmah, jika sudah menguat dan menguasai, tidak akan sanggup 
kekuatan fisik manusia menanggungnya. Bukankah Gunung Al-Thur terbakar 
dan menjadi debu ketika cahaya anugerah Allah bersinar di atasnya?
Tidak benar pengakuan sebagian orang yang telah dikuasai oleh setan 
yang menyatakan bahwa mereka telah mencapai maqam al-jama’ ini. Sehingga
 kita menyaksikan mereka meninggalkan ibadah dan melalaikan 
kewajiban-kewajiban agama seperti puasa dan shalat. Di samping itu, 
mereka juga memperturutkan syahwat dan keinginan nafsu mereka serta 
melakukan hal-hal yang diharamkan oleh Allah SWT. Seandainya mereka 
adalah para wali Allah, seperti pengakuan mereka, niscaya Allah akan 
memelihara mereka dari hal-hal tersebut. Dan, seandainya mereka 
benar-benar hanyut dalam kefanaannya dengan Allah, niscaya mereka akan 
lenyap dari selain diri-Nya. 
Kami tidak akan memperpanjang 
pembicaraan, walaupun masalah ini adalah masalah yang sangat luas 
pembahasannya. Bahkan, banyak orang yang tergelincir pemahamannya saat 
membahas hal ini. Karena, ini termasuk masalah yang sangat rumit dan 
sulit dipahami oleh akal manusia, apalagi hanya dengan pikiran-pikiran 
belaka.
Mengenai keadaan farq, seseorang yang telah mencapai 
akan selalu mendapatkan perlindungan dari Allah dan penglihatan dengan 
pandangan inayah-Nya. Saat itulah, akan muncul bisikan Rabbani, yang 
disebut di kalangan sufi dengan istilah idzn (izin), dan bisikan 
malaikat, mereka menyebutnya sebagai ilham. Dan, mereka tidak 
melaksanakan bisikan-bisikan itu kecuali yang sesuai dengan tuntutan 
Al-Quran dan hadis.
Adapun Al-khathir asy-syaaithani (bisikan 
setan), hal itu tidak ada pada diri mereka. Karena setan tidak sanggup 
mendekati hati orang yang sudah wushul (sampai) kepada Allah dan selalu 
disinari dengan cahaya makrifat kepada-Nya.
Bahkan, terkadang 
setan justru tunduk kepada orang-orang yang telah washil kepada Allah, 
seperti yang pernah dialami oleh Rasulullah SAW. Rasul bersabda, “Aku 
juga mendapat (godaan) setan, namun Allah SWT menolongku atasnya, hingga
 ia menyerah dan tidak memerintah kecuali suatu kebaikan.”
Sedangkan mengenai al-khathir an-nafsani (bisikan nafsu), hal ini amat 
mustahil  ada pada diri orang yang telah sampai (washul) kepada Allah. 
Karena jiwa orang yang wahsil, telah merasa tentram dan tenang bersama 
Allah, serta senantiasa dekat dan tunduk hanya kepada-Nya. Allah menyeru
 serta memanggilnya, hingga jiwa itu datang dan kembali kepada-Nya. 
Lalu, Allah memasukkannya ke dalam golongan hamba-hamba-Nya dan 
menempatkan mereka di dalam surga yang luasnya seluas langit dan bumi, 
dan hanya disedikan untuk hamba-hamba yang bertakwa.”
-- Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad dalam kitab An-Nafais Al-‘Uluwiyyah  fi Masail Ash-Shufiyyah
Silahkan Bagikan Artikel ini
 
 
Mohon Maaf,  Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan.  Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini. 
Title : (An-Nafais Al-‘Uluwiyyah fi Masail Ash-Shufiyyah) BISIKAN JIWA (AL-KHATHIR)
Description :  BISIKAN JIWA (AL-KHATHIR) BAGI ORANG YANG SUDAH WUSHUL   Sayyid Abu Bakar bin Syaikh Al-Saqqaf Ba Alawi bertanya, “Bagaimanakah  hukum bisi...