بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
TERJEMAH KITAB
RISALATUL-QUSYAIRIYYAH
PENJELASAN
TENTANG
“TAHAPAN-TAHAPAN (MAQAMAT) PARA PENEMPUH JALAN SUFI”
42.
PERSAHABATAN
Allah swt. berfirman :
“.......sedang dia salah seorang
dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata pada
sahabatnya : “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.”
(Qs. At-Taubah :40).
Abul Qasim al-Junayd r.a. berkata
: “Ketika Allah swt. menetapkan kepada Abu Bakar ash-Shiddiq sebagai sahabt,
Allah menjelaskan, bahwa Nabi saw. menampakkan sifat kepedulian yang besar
kepadanya. Dalam firman-Nya : “Di waktu dia berkata pada sahabatnya, ‘Janganlah
kamu berduka cita, sesungguhnya Allah berserta kita.” Orang yang merdeka adalah
senantiasa peduli atas orang yang menjadi sahabatnya.
Riwayat dari Anas bin Malik r.a.
Rasulullah saw. bersabda : “Kapankah aku bertemu kekasih-kekasihku?” Para
sahabt menjawab : “Demi ayah, engkau dan ibu kami, apakah kami-kami ini bukan
kekasihmu?” Rasul saw. besabda : “Engkau adalah sahabt-sahabtku. Sedangkan
kekasih-kekasihku adalah kaum yang belum pernah jumpa denganku, (tetapi)
beriman kepadaku. Aku lebih banyak rindu kepada mereka.” (H.r. Abu Syeikh,
dalam Bab ats-Tsawab).
Persahabatan itu ada tiga macam :
1) Bersahabt dengan orang yang lebih atas dari Anda. Persahabatan ini pada
hakikatnya lebih sebagai rasa bakti; 2). Bersahabat dengan orang yang ada di
bawah Anda. Persahabatan ini menuntut agar Anda bersikap peduli dan kasih
sayang. Sementara yang mengikuti Anda harus selalu serasi dan bersikap hormat.
3). Bersahabt dengan mereka yang memiliki kemampuan dan pandangan ruhani. Yaitu
suatu persahabatan yang menuntut sikap memprioriatskan sepenuhnya kepada
sahabtnya itu.
Siapa yang bersahabat pada syeikh
yang memiliki derajat lebih daripada dirinya, etikanya ia harus meninggalkan
sikap kontra, bersikap ramah dan respektif kepadanya, dan mempertemukan diri
dengan ihwal ruhaninya melalui iman.
Saya mendengar Manshur bin Khalaf
al-Maghriby berkata ketika ditanya oleh sebagian murid-murid kami : “Berapa
tahun Anda bersahabt kepada Sa’id bin Salam al-Maghriby?” Beliau melirik dengan
tajam kepada penanya, sembari berkata : “Aku tak pernah bersahabat dengannya,
tetapi aku berkhidmat padanya beberapa saat.”
Apabila orang yang menyahabati
Anda adalah orang yang berada di bawah Anda, maka, suatu penghianatan dalam
persahabatannya, adalah ketika Anda tidak memperingatkannya atas kekurangan
perilakunya.
Abul Khair at-Tinaty menulis
surat kepada Ja’far bin Muhammad bin Nashr : “Dosa kebodohan para fakir
ditimpakan kepada Anda, karena Anda sibuk dengan diri Anda sendiri,
meninggalkan upaya mendidik mereka, sehingga mereka tetap bodoh. Namun, apabila
orang yang bersahabt dengan Anda memiliki status yang sama, Anda harus menjaga
cacatnya. Dan lebih bersikap bijak dan baik semaksimal mungkin, dengan
menafsirkan yang lebih berkenan atas tindakannya. Bila tidak ada penafsiran
positif, lebih baik Anda menyangka diri Anda telah berbohong dan berhak mendapat
celaan.”
Saya mendengar Syeikh Abu Ali
ad-Daqqaq r.a. berkata : “Ahmad bin Abul Hawary berkata : “Aku bicara pada Abu
Sulaiman ad-Darany : “Ada seseorang yang tidak berkenan di hatiku!.” Lantas Abu
Sulaiman menjawab : “Sama, ia juga tak berkenan di hatiku. Tetapi, wahai Ahmad,
barangkali generasi sebelum kita dulu menganggap kita bukan tergolong
orang-orang yang saleh, lalu apakah kita tidak mencintai mereka?”
Dikisahkan bahwa ada seseorang
yang bersahabat pada Ibrahim bin Adham. Ketika orang tersebut mau berpisah,
berkata pada Ibrahim : “Bila engkau melihat diriku ada cacat, maka ingatkanlah
diriku.” Ibrahim menjawab : “Aku tak pernah melihat cacatmu, karena aku
melihatmu dengan mata kecintaan, sehingga aku selalu memandangmu dengan mata
pandangan kebaikan. Tanyakan saja pada selain diriku tentang cacatmu.”
Dalam hal ini para Sufi bersyair
:
Mata pandang ridha akan suram
Dari segala cela
Namun mata pandang dendam
Tampak buruk segalanya.
Abu Ahmad al-Qaalnasy berkata :
“Aku berteman dengan beberapa kaum di Bashrah, dan mereka menghormati aku.
Sekali waktu kukatakan pada mereka : “Manakah sarungku?” Tiba-tiba sarung itu
jatuh dari mata mereka.”
Seseorang berkata pada Sahl bin
Abdullah : “Aku ingin berteeman denganmu wahai Abu Muhammad.” Beliau menjawab :
“Bila di antara kita ada yang mati, maka kepada siapa salah satu di antara kita
bersahabat?” Orang itu berkata : “Allah swt.” Sahl balik menjawab :
“Maka, sejak saat ini, bersahabtlah dengan-Nya.”
Ibrahim bin Adham bekerja sebagai
pengetam dan penjaga beberapa kebun, serta pekerjaan lainnya. Hasilnya
diinfakkan pada para sahabatnya (santrinya). Dikatakan : “Ibrahim bersama suatu
jamaah dari para sahabatnya (santrinya), sedangkan dirinya bekerja di siang
hari untuk diberikan kepada mereka. Mereka berkumpul di malam hari di suatu
tempat, dan pada siang hari mereka berpuasa. Suatu ketika Ibrahim pulang
terlambat dari kerja. Dan pada suatu malam mereka berkata : “Kemarilah, kita
berbuka apa adanya.” Ibrahim pulang lebih cepat setelah peristiwa itu. Mereka
akhir berbuka dan tidur nyenyak. Ketika Ibrahim pulang, didapati para sahabtnya
itu tertidur pulas. “Kasihan!” barangkali mereka tidak menemukan makanan.” Kata
Ibrahim. Lalu, Ibrahim membuat jenang dari tepung yang ada, dan menyalakan api
serta bara. Ketika mereka melihat Ibrahim sedang meniup-niup api sambil
menempelkan sisi wajahnya pada tanah, para sahabtnya mengingatkan akan kejadian
tersebut. Beliau menjawab : “Aku katakan, barangkali kali kalian semua tidak
mendapatkan makanan untuk berbuka, sehingga kalian tertidur semua. Aku ingin
membangunkan kalian nanti setelah bara menyala.” Maka masing-masing sahabatnya
itu saling berkata : “Lihatlah, apa yang telah kita lakukan, dan lihatlah apa
yang dilakukan untuk kita........????”
Dikatakan bahwa, jika seseorang
ingin bersahabt dengan Ibrahim bin Adham, ia mensyratkan bahwa orang itu harus
berbakti dan memberitahu padanya; tangannya haurs sama dengan tangan mereka
dalam hal seluruh rezeki yang telah dibuka oleh Allah bagi mereka di dunia.
Suatu hari, salah seorang santrinya
berkata pada Ibrahim bin Adham : “Aku tidak mampu melakukan ini.” Ibrahim
menjawab sambil terkejut : “Sungguh aku kagum atas kejujuranmu.”
Yusuf ibnur Husain berkata : “Aku
berkata pada Dzun Nuun al-Mishry : “Kepada siapa aku harus bersahabat?” Dzun
Nuun menjawab : “Dengan orang yang sama sekali tidak kau sembunyikan tentang
dirimu, dimana Allah swt. mengetahui dirimu.”
Sahl bin Abdullah berkata pada
seseorang : “Bila Anda termasuk orang yang takut binatang buas, jangan berteman
denganku.”
Bisyr al-Harits berkata :
“Berteman dengan kejahatan akan melahirkan sangkaan buruk dengan bebas.”
Al-Junayd berkata : “Ketika Abu
Hafs masuk ke Baghdad, ia disertai seorang yang botak bagian kepala depannya,
sama sekali bungkam tak bicara. Kemudian aku bertanya pada para sahabat Abu
Hafs mengenai keadaan orang tersebut. Mereka menjawab : “Lelaki itu telah
menafkahkan seratus ribu dirham untuk diinfakkan kepada Abu Hafs. Abu Hafs
tidak memperkenankannya bicara sekecap pun.”
Dzun Nuun al-Mishry berkata :
“Janganlah bersahabat dengan Allah swt. kecuali senantiasa dalam keselarasan;
jangan pula dengan makhluk kecuali dengan saling menasehati; jangan pula dengan
nafsu kecuali dengan menentangnya; jangan bersahabat pula dengan setan kecuali
dengan memusuhi.” Seseorang bertanya kepada Dzun Nuun : “Siapakah yang
bisa kujadikan sahabat?” Beliau menjawab : “Seseorang yang bila engkau sakit,
ia menjengukmu, bila engkau berbuat dosa, ia menganjurkan Taubat padamu.”
Saya mendengar Syeikh Abu Ali
ad-Daqqaq berkata : “Pohon bila tumbuh dengan sendirinya, namun tidak
diolah oleh manusia, ia akan tumbuh dengan daunnya, tetapi tidak bisa bebuah.
Begitu juga seorang murid bila berkembang tanpa guru ia akan muncul, namun
tidak berbuah.” Beliau juga berkata : “Aku mendapatkan tharikat ini
dari an-Nashr Abadzy , dan Nashr Abadzy dari asy-Syibly, sedangkan asy-Syibly
dari al-Junayd, dan al-Junayd dari as-Sary, as-Sary dari Ma’ruf al-Karkhy,
Ma’ruf al-Kharkhy dari Dawud ath-Tha’y, dan dawud ath-Tha’y dari para Tai’in.”
Saya mendengar pula bahwa beliau semoga rahmat Allah swt. padanya --- berkata :
“Takpernah sekalipun aku mengikuti majelisnya Nashr Abadzy, kecuali aku selalu
mandi sebelumnya.”
Saya sendiri, tak pernah masuk ke
tempat guru saya Syeikh Abu Ali pada awal belajar saya di sana, kecuali saya
selalu berpuasa dan sebelumnya saya mandi dahulu. Padahal saya memasuki pintu
madrasahnya tidak sekali. Saya selalu kembali ke pintu itu, saya khawatir
beliau marah jika memasuki pintu itu. Dan seketika saya melintas, lalu
memasukinya. Bila sampai di tengah ruang madrasah, beliau mendekati diri saya,
dan saya benar-benar terdiam senyap, Seandainya ada jarum yang menusuk pada
mulut saya pun, tak akan saya rasakan. Jika saya duduk, dan ada suatu masalah
yang mengganggu diri saya, saya tidak ingin bertanya pada beliau, melalui
ucapan saya. Dan setiap kali saya berada di majelis, beliau selalui melalui
menjelaskan persoalan saya. Tidak sekali hal-hal seperti itu saya saksikan
dengan mata kepala. Seringkali saya berpikir, seandainya Alalh swt. mengutus
seorang Rasul pada zaman saya, mungkinkah saya menambah rasa hormat padanya
dalam hati saya, lebih dari rasa hormat saya pada guru saya --- semoga Allah
swt. merahmatinya. Dan sama sekali tidak tergambarkan kemungkinan seperti itu.
Saya tidak ingat lagi, sepanjang saya mengikuti majelisnya, kemudian kenyataan
diri saya setelah mendapatkan kesinambungan jiwa, tak pernah sekalipun
terbersit untuk kontra padanya, sampai beliau wafat.”
Dikatakan Muhammad an-Nashr
al-Harits, “Allah swt. mewahyukan kepada Nabi Musa as, “Jadilah kamu orang yang
bangun dan kembali, serta menjadi sahabat bagi dirimu. Setiap sahabat yang
tidak menggembirakan hatimu, maka jauhilah ia, dan janganlah bersahabat
dengannya, karena ia akan mengeraskan hatimu. Bagimu ia menjadi musuh. Banyak-banyaklah
mengingat-Ku karena akan mendatangkan rasa syukur kepada-Ku, dan mendapatkan
tambahan dari anugerah-Ku.”
Abu Yazid al-Bisthamy berkata :
“Bersahabtlah kalian dengan Allah swt. Bila kalian tidak mampu, maka
bersahabatlah dengan orang yang bersahabt dengan Allah swt. karena bersahabt
dengannya bisa menghubungkan kalian kepada Allah swt. melalui berkat
persahabatannya dengan Allah swt.”
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.