بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
TERJEMAH KITAB
RISALATUL-QUSYAIRIYYAH
PENJELASAN
TENTANG
“TAHAPAN-TAHAPAN (MAQAMAT) PARA PENEMPUH JALAN SUFI”
39.
TASAWUF
Kesucian (Shafa”) adalah sifat
terpuji dalam setiap ucapan, Lawannya, yakni kekotoran yang tercela.
Dari Yazid bin Abu Ziyad, dari
Abu Juhaifah yang menuturkan : “Pada suati hari rasulullah saw. keluar menemui
kami dengan roman wajah yang berubah, lalu beliau bersabda : “
“Kesucian dunia telah lenyap,
yang tinggal hanya kekotoran. Hari ini, kematian adalah penghargaan bagi setiap
Muslim.” (H.r. Daraquthi, namun riwayat dari Jabir)>
Kata Sufi telah menjadi sebutan
umum bagi kelompok ini. Jadi seseorang dikatakan seoran Sufi dan kelompoknya
disebut Sufiyah. Orang yang berusaha menjadi Sufi
disebut mutashawwif, dan jumlahnya disebutmutashawwifah.
Tidak ada bukti etimologis
ataupun analogis dengan kata lain dalam bahasa Arab yang bisa diturunkan dari
sebutan Sufi. Penafsiran yang paling masuk akal adalah bahwa Sufi banyak serupa
dengan laqab (gelar).
Ada orang-orang gyang mengatakan
bahwa kata Sufi diambil dari kata souf (bulu). Jadi, Tashawwuf (tasawuf)
digunakan dengan artian “memakai kain bulu” sebagamana kata taqammus digunakan
dengan arti “memakai baju” (qamis). Itu hanya satu panangan saja. Tapi
sesungguhnya kaum Sufi tidak mencirikan dirinya dengan memakai pakaian dari
bulu.
Ada pendapat mengatakan bahwa
kaum Sufi berhubungan dengan serambi (Shuffah) masjid Rasulullah saw. Tetapi
kata Shuffah tidaklah dihubungkan dengan Sufi.
Kelompok lain mengatakan bahwa
kata Sufi berasal dari kata shafa’, yang berarti “kemurnia”.
Pengertian kata Sufi dan shafa’ tidaklah mungkin ditinjau dari sudut bahasa.
Sebagian orang mengatakan bahwa kata Sufi berasal dari shaff, yang berarti
barisan, seakan-akan dikatakan hati mereka ada di barisan depan dalam muhadharah di
hadapan Allah swt. Ini memang benar dalam arti. Namun kata Sufi tidak bisa
menjadi bentuk fa’il dari kata shaff.
Kesimpulannya, kelompok ini
begitu terkenal sehinga tidaklah perlu mencari analogi atau penurunan akar kata
untuk sebutan bagi mereka.
Setiap orang yang berbicara
tentang arti tasawuf, selalu bertanya, apa arti tasawuf?” Dan siapa yang
disebut Sufi?” Setiap ungkapan selalu dikaitkan denganpengamalamannya sendiri.
Kami akan menyebutkan sebagia ucapan mereka secara sekilas ssaja. :
Ketika Muhammad al-Jurairiy
ditanya tentang tasawuf, dia menjelaskan : “Tasawuf berarti memasuki setiap
akhlak yang mulia dan keluar dari setiap akhllak yang tercela.”
Al-Junayd ditanya soal Tasawuf,
ia menjawab : “Tasawuf artinya Allah mematikan dirimu dari dirimu, dan
menghidupkan dirimu dengan-Nya.”
Al-Husain bin Manshur al-Hallaj,
ketika ditanya tentang Sufi menjawab : “Kesendirianku dengan Dzat, tak seorang
pun yang menerimanya, dan juga tak menerima siapapun.”
Abu Hamzah al-Baghdady berkata :
“Tanda Sufi yang benar adalah dia menjadi miskin setelah kaya, hina setelah
mulia, dan dia bersembunyi setelah terkenal. Tanda seorang Sufi palsu adalah
dia menjadi kaya setelah miskin, menjadi obyek penghormatan tinggi setelah
mengalami kehinaan, dan dia menjadi masyhur setelah tersembunyi.”
Amr bin Utsman al-Makky
al-Qashshab mengatakan : “Tasawuf adalah ahlak mulia, dari orang yang mulia, di
tengah-tengah kaum yang mulia.”
Ketika ditanaya tentag tasawuf,
Sumnun berkata : “Tasawuf berarti engkau tidak memiliki apa pun, tidak pula
dimiliki oleh apa pun.”
Ruwaym ditanya tentang tasawuf :
“Tasawuf artinya menyerahkan diri kepada Allah dalam setiap keadaan ap pun yang
dikehendaki-Nya.”
Al-Junay ditanya tentagn Tasawuf
: “Tasawuf adalah engkau berada semata-mata bersama Allah Swt. tanpa
keterikatan apa pun.”
Ruwaym bin Ahmad berkata :
“Tasawuf didasarkan pada tiga sifat : memeluk kemiskinan dan kefakiran,
mencapai sifat hakikat dengan memberi, dengan cara mendahulukan kepentingan
orang lain atas kepentingan diri sendiri; dan meninggalkan sikap menentang dan
memilih.”
Ma’ruf al-Kahkhy menjelaskan :
“Tsawuf artinya memihak pada hakikat-hakikat, dan memutuskan harapan dari semua
yang ada pada makhluk.”
Hamdun al-Qashshar berkata :
“Bersahabtlah dengan para Sufi, karena mereka melihat alasan-alasan untuk
memaafkan perbuatan-perbutan yang tak baik, dan bagi mereka perbuatan-perbuatan
baik pun bukan sesuatu yang besar, bahkan mereka bukan menganggapmu besar
karena mengerjakannya.”
AL-Kharraz menjawab, ketika
ditanya tentang hali tasawuf : “Mereka adalah kelompk manusia yang mengalamai
pelapangan, yang mencampakkan segala milik mereka sampai mereka kehilangan
segala-galanya. Kemudain mereka diseru oleh rahasia-rahasia yang lebih dekat di
hatinya : “Ingatlah!” Menangislah kalian karena Kami.”
Al-Junayd berkata : “Tasawuf
adalah perang tanpa kompromi.” Dia berkata pula : “Para sufi adalah anggota
dari suatu keluarga yang tidak bisa dimasuki oleh orang-orang selain mereka.”
Selanjutnya dia juga menjelaskan lagi : “Tasawuf adalah dzikir bersama ekstase
yang disertai penyimakan, dan tinndakan yang didasari Sunnah.”
Al-Junayd menyatakan : “Kaum Sufi
adalah seperti bumi, selalu semua kotoran dicampakkan kepadanya, namun tidak
menumbuhkan kecuai segala tumbuhan yang baik. Dia juga mengatakan : “Seorang
Sufi adalah bagaikan bumi, yang diinjak orang saleh maupun pendosa; Juga
seperti mendung memayungi segala yang ada; “Seperti air hujan, mengairi segala
sesuatu.” Dia melanjutkan : “Jika engkau melihat seorang Sufi menaruh
kepedulian kepada penampilan lahiriahnya, maka ketahuilah wujud batinnya
rusak.”
Sahl bin Abdullah berkata : “Sufi
adalah orang yang memandang darah dan hartanya tumpah secara gratis.”
Ahmad an-Nury berkata : “Tanda
seorang Sufi adalah dia merasa rela manakala tidak punya, dan peduli orang lain
ketika ada.”
Muhammad bin Ali al-Kattany
menegaskan : “Tasawuf adalah akhlak yang baik. Barangsiapa yang melebihimu
dalam kahlak yang baik, berarti ia melebihimu dalam tasawuf.”
Ahmad bin Muhammad ar-Rudzbary
mengatakan : “Tasawuf adalh tinggal di pintu sang kekasih sekalipun engkau di
usir.” Dia juga mengatakan : “Tasawuf adalah sucinya taqarrub setelah kotornya
kejauhan dari-Nya.”
Dikatakan : “Orang yang paling
kotor adalah seorang Sufi yang amat kikir.”
Dikatakan : “Tasawuf adalah tangan yag kosong dan hati yang baik.”
Asy-Syibly mengatakan : “Tasawuf
adalah duduk bersama Allah swt. anpa hasrat.”
Dikatakan : “Sufi adalah orang
yang mengisyaratkan dari Allah swt, sedangkan manusia mengisyaratkan kepada
Alalh swt.”
Asy-Syibly mengatakan : Sufi
terpisah dari manusia dan bersambung dengan Allah swt. sebagaimana difirmankan
Allah swt. kepada Musa : “Dan Aku telah memilihmu untuk diri-Ku.” (Qs. Thaha
:41). Dan memisahknnya dari yang lain. Kemudian Allah swt. berfirman kepadanya
: “Engkau tidak akan melihat-Ku.” Asy-Syibly juga mengatakan : “Para Sufi
adalah anak-anak dipangkuan Tuhan Al-Haq.” Katanya : “Tasawuf adalah kilat yang
menyala.” Dan “Tasawuf terlindung dari memandang makhluk.”
Ruway berkata : “Para Sufi akan
tetap penuh dengan kebaikan selama mereka bertengkar satu dengan yang lain.
Tapi segera setelah mereka berdamai, maka tak ada lagi kebaikan pada mereka.”
Al-Jurairy mengatakan : “Tasaswuf
berarti kesadaran atas keadaan-keadaan diri sendiri dan berpegang pada adab.”
Al Muzayyin menegaskan : “Tasawuf
adalah kepasrahan kepada Al-Haq.”
Askar an-Naksyaby menyatakan :
“Seorang Sufi tidaklah dikotori oleh sesuatu pun, tapi menyucikan segala
sesuatu.”
Dikatakan : “Pencarian tidaklah
meletihkan sang Sufi, dan hal-hal duniawi tidaklah mengganggunya.”
Ketika Dzun Nuun al-Mishry
ditanya tentang orang-oarng Sufi, dia menjawab : “Mereka adalah kaum yang
mengutamakan Allah swt. di atas segala-galanya dan yang diutamakan oleh Allah
swt. di atas segala makhluk yang ada.”
Muhammad al-Wasithy mengatakan :
“Mula-mula para Sufi diberi isyarat, kemudian menjadi gerakan-gerakan, dan
sekarang tak ada sessuatu pun yang tinggal selain kesedihan.”
An-Nury ditanya tentang Sufi, dan
dia menjawab : “Sufi adalah manusia yang menyimak pendengaran dan yang mengutamakan
sebab-sebab yang diridhai.”
Abu Nashr as-Sarraj
ath-Thausy berkata : “Aku bertanya kepada Ali-al-Hushry.’ Sipakah, menurutmu
sufi itu?” Dia menjawab : “Yang tidak dibawah bumi dan tidak dinaungi langit.”
Dengan ucapannya, menurut saya, ini al-Hushry merujuk pkepada nuansa
keleburan.”
Dikatakan : “Sufi adalah orang
yang manakala ddisuguhi dua keadaan atau dua akhlak yang baik, dia akan memilih
yang lebih baik diantaranya.”
As-Syibly ditanya : “Mengapa para
Sufi itu disebut sufi?” Dia menjawab : “Hal itu karena adanya sessuatu yang
membekas pada jiwa mereka. Jika bukan demikian halnya, niscaya tidak akan ada
nama yang dilekatkan pada mereka.”
Ahmad ibnul Jalla’ ditanya :
“Apakah yang disebut Sufi?” Dia menjawab : “Kita tidak mengenal mereka melalui prasyarat
ilmiah, namun kita tahu bahwa mereka adalah orang-orang yang miskin, sama
sekali tak memiliki sarana-sarana duniawi. Mereka bersamma Allah swt. tanpa
terikat pada suatu tempat, tetapi Allah swt. tidak menghalanginya dari mengenal
semua tempat. Karenanya disebut Sufi.”
Abu Ya’qub al-Mazabily
menjelaskan : “Tasawuf adalah keadaan dimana semua atribut kemanusiaan
terhapus.”
Abul Hasan as-Sirwany mengatakan
: “Sufi adalah yang bersama ilham, bukan dengan wirid-wirid yang menyertainya.”
Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq berkata
: “Yang terbaik untuk diucapkan tentang masalah ini adalah : “Iilah jalan yang
cocok kecuali bagi kaum yang jiwanya telah digunakan Allah swt. untuk menyapu
kotoran binatang.”
Abu Ali pada suatu hari
menyatakan : “Seandinya sang fakir tak punya apa-apa lagi yag tersisa selain
ruhnya, dan ruhnya itu ditawarkannya kepada anjing-anjing di pintu ini, niscaya
tak seekor pun yang akan menaruh perhatian kepadanya.”
Syeikh Abu Sahl ash-Sha’luky
berkata : “Tasawuf adalah berpaling dari sikap menetang ketetapan Allah swt.”
Al-Hushry berkomentar : “ Sang
Sufi tiada setelah ketiadaannya, dan tidak pula tiada setelah keberadannya.”
Ucapan ini tidak mudah dipahami. Kata-kata : “Dia tiada setelah ketiadaannya,”
berarti bahwa setelah cacat-cacatnya hilang , cacat-cacat itu tidak akan
kembali. Perkataan. : “Tidak pula dia tiada setelah keberadaanya,” berarti
bahwa dia sibuk bersama Alalh swt. tidak akan gugur karena gugurnya makhluk.
Sluruh peristiwa dunia tidaklah mempengaryhinya.
Dikatakan : “Sang Sufi terhapuskandalam
kilasan yang diterimanya dan Alalh swt.”
Dikatakan pula : ‘Sang Sufi
terkungkung dalam pelaksanaan Rububiyah dan tertutupi melalui pelaksanaan
ubudiyah.”
Juga dikatakan : “Sufi itu tidak
berubah. Tapi seandainya dia berubah, dia tidak akan ternodai.”
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.