بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Misykat Al-Anwar
Allah Adalah Cahaya Langit dan Bumi
Al-Ghazali
Al-Nur
(Cahaya) yang Sebenarnya Hanyalah Allah SWT.
Sebutan
Cahaya bagi selain Dia Hanyalah Majaz (Kiasan), Tak Ada Wujud Sebenarnya.
Terlebih dahulu hendaknya Anda
ketahui tentang makna Cahaya.
Pertama, di kalangan orang-orang
awam. Kedua, di kalangan orang-orang khusus. Dan ketiga, di kalangan
orang-orang khusus dari yang khusus.
Kemudian, Anda ketahui tingkatan
dan hakikat cahaya yang dinisbahkan kepada kalangan khusus agar tampak bagimu,
bila telah terungkap hakikat-hakikatnya, bahwa Allah Swt. Adalah “Cahaya yang
Tertinggi dan Tgerakhir.” Dan bahwa Dia adalah Cahaya yang hakiki dan
sebenar-benarnya, tiada sekutu bagi-Nya.
Adapun yang dikenal di kalangan
orang-orang awam ialah bahwa cahaya menunjuk pada sesuatu yang tampak,
sedangkan ketampakkan adalah sesuatu yang nisbi. Adakalanya sesuatu tampak
dengan pasti bagi suatu pandangan pada saat ia tersembunyi bagi pandangan
lainnya. Dengan demikian, ia adalah zhahir (tampak) dan bathin (tersembunyi)
secara nisbi. Ketampakkannya itu tentunya berlaku bagi sesuatu daya cerap,
sedangkan daya cerap yang paling kuat dan paling penting di kalangan awam
adalah pancaindra yang di antaranya ialah indra penglihatan.
Segala sesuatu, dalam kaitannya
dengan indra penglihatan, dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
1. Yang tidak tampak dengan
sendirinya, seperti benda-benda yang gelap.
2. Yang tampak dengan sendirinya,
tapi tidak dapat menampakkan sesuatu lainnya, misalnya benda-benda yang
bersinar, seperti bintang-bintang dan zat api apabila tidak dalam keadannya
menyala.
3. Yang tampak dengan sendirinya
dan menampakkan benda-benda lainnya, misalnya matahari, bulan, api yang
menyala, dan pelita.
Adapun “cahaya” ialah nama yang
diberikan untuk bagian ketiga ini dan adakalanya untuk sesuatu yang melimpah
(memancar) dari benda-benda bersinar ke atas permukaan benda-benda padat.
Sehingga dapat dikatakan “bumi bersinar” atau “cahaya matahari memancar di atas
permukaan bumi” atau “cahaya pelita memancar pada dinding atau pakaian.”.
kadang-kadang kata “cahaya” juga
digunakan untuk benda-benda bersinar itu sendiri karena benda-benda itu memang
bercahaya dengan sendirinya. Kesimpulannya, cahaya adalah sebutan sesuatu yang
tampak dengan sendirinya ataupun yang membuat tampak benda lainnya, seperti
matahari. Inilah definisi dari hakikat “cahaya” dalam makna dan pengertian yang
pertama (yakni, yang berlaku di kalangan kaum awam).
Daftar isi Bab 1
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Title : MISYKATUL ANWAR 'BAB. I. HAKIKAT CAHAYA'
Description : Misykat Al-Anwar Allah Adalah Cahaya Langit dan Bumi Al-Ghazali BAB. I. HAKIKAT CAHAYA Al-Nur (Cahaya) yang...