بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Terjemah Kitab
" SURAT-SURAT SANG SUFI "
Muhammad Ibn ‘Abad
SURAT KEDELAPAN
(B)
Kepada Yahya Al-Saraj. Surat tentang amal dan keadaan-keadaan spiritual (hal) yang dibutuhkan oleh orang yagn ebrtobat jika dia ingin menetap dalam kedudukan tobat. Disertakan juga hal-hal bermanfaat lainnya.
68.
Kemudian engkau perlu memahami, bahwa dalam tahap-tahap awal,
orang yang bertobat terus-menerus dirundung kesedihan dan penyesalan yang
mendalam. Sejenis kemabukan yang disebabkan oleh keadaan spiritualnya menguasai
dirinya, mengalahkannya, dan mengancam bakal membuatnya lelah. Dia hanya bisa
melihat kondisinya sendiri, dan tidak kuasa mengubahnya. Jiwanya tertundukkan,
kemampuan berdoanya pun berkurang, dan watak kemanusiaannya mengalahkan
dirinya. Dia terus dalam keadaan demikian, hingga berbagai angan-angan
kecemasan yang tak terhindarkan pun menimpa dirinya. Tentara ketakutan dan
kekhawatiran, yang sebelumnya dia terbebas darinya, kini berkemah di halaman
rumahnya.
Maka dia harus percaya pada keimanannya dan tetap teguh dalam
komitmennya. Begitulah, dia mesti bersabar dalam keadaan spiritual dan memulai
manklukkan tentara hawa nafsu yang tak terkendalikan.
Beranekaragaman orang mendapati diri mereka berada dalam
situasi ini. Dan situasi ini menguji keberanian orang-orang jahil dan bodoh
maupun orang-orang bijak. Inilah “Perjuangan besar”, yang bila perjuangan
melawan orang-orang kafir dibandingkan dengannya nampak tak berarti apa-apa dan
lebih rendah derajatnya! Manakala sang hamba keluar sebagai pemenang, berarti
dia telah menaklukkan kerajaan jiwa rendah, dan berbahagia dalam taman-taman
kesucian. Jika dia kalah, watak kemanusiaannya menguasai dirinya. Dalam hal
terakhir ini, dia mesti memperbarui tobatnya, memperhatikan sekali lafi masalah
itu, dan kembali kepada kondisi yang lebih tepat. Dan dia harus terus
melanjutkan proses ini sepanjang dia masih berada di dunia ini. Dalam menolak
mentah-mentah kekuatan dan kemampuannya sendiri, dia harus bisa menemukan
dukungan bagi tindakan-tindakan lahiriah dan batiniahnya, sehingga tak ada
sesuatu pun bisa mencegah dirinya dari menuju dengan penuh kebebasan ke
haribaan Tuhannya untuk selama-lamanya. Itulah dasar persoalan ini, dan
merupakan tambatan yang kokoh. Orang yang berpegang erat-erat padanya bakal
mampu bertahan secara lebih pasti.
Banyak pendahulu kita yang saleh (salaf) telah beroleh
kemajuan dengan cara begini, dan bergegas penuh kepatuhan menuju tujuan ini.
Sikap keagamaan dan praktik kebiasaan mereka terbentuk berkat semua seifat iman
dan keyakinan yang bertambah, baik yang telah kusebutkan maupun yang tidak aku
sebutkan. Bagi mereka, jalan kemajuan itu laksana kedudukan jalan penyegaran
bagi pencari kehidupan abadi. Mereka bergembira dan berbahagia dengannya; tak
ada usaha dan tak ada musuh yang mencegah mereka. Mereka bertahan dalam tujuan
mereka, sebab mereka memiliki tanda-tanda yang jelas dari Tuhan mereka dan
keyakinan hakiki sebagai hasil amal mereka.
Orang-orang mendekati persoalan mereka dengan berbagai cara,
dan terbagi ke dalam beberapa golongan. Sebagian orang menempuh jalan memeriksa
amal-amal raga dan kalbunya, dan menggunakan ini sebagai sarana meraih
pengetahuan sempurna tentang kesalahan-kesalahan mereka berikut
kewajiban-kewajiban lahiriah mereka. Dengan begitu, mereka sampai pada kesucian
jiwa, dan membatasi perhatian mereka pada apa yang berkaitan samata-mata dengan
diri mereka sendiri. Jika seseorang menanyakan kepada mereka masalah hukum,
mereka menghubungi orang lain, sebab mereka memandang yang demikian itu sebagai
cara melindungi diri mereka sendiri. Diriwayatkan juga hal-hal lainnya semisal
itu, yaitu tentang orang-orang dalam golongan ini.
69.
Yang lainnya pun sangat penuh perhatian manakaa melihat bid’ah
timbul di kalangan masyarakat, atau manakala cinta akan dunia ini mengalahkan
hal-hal lainnya.
Mereka percaya bahwa
mereka berkewajiban memberikan jawaban kepada masyarakat seperti ini, dengan
cara membebaskan mereka dari kejahilan keyakinan mereka serta dari berbagai
kezaliman perilaku duniawi mereka.
Sebagian orang lagi takut akan bid’ah yang berada di luar
batas-batas Islam awal. Mereka menganggap perubahan seperti ini sebgai bencana
yang membahayakan diri mereka. Karenanaya, mereka menempuh jalan kehati-hatian,
dengan membatasi diri pada pengamalan keimanan tradisional kaku dan menjauhi
diskusi-diskusi intelektual.
Seandainya ada
seseorang mencoba mempengaruhi mereka atau menentang pandangan
mereka, orang-orang ini serta merta menolak mereka dan
sepenuhnya melecehkan mereka serta aal keagamaan mereka.
Mereka memandang diskusi dengan orang-orang semisal ini, dan
keterlibatan dalam perdebatan, sebagai membuang-buang waktu dan pekerjaan
sia-sia. Dalam aktivitas keduniawian, kebanyakan orang ini tidak mencari
jabatan dalam pemerinthan, baik dengan senang hati maupun terpaksa,
lantaran sangat takut dengan bahaya yang terkandung dalam memegang
jabatan itu. Orang-orang yang amal keagamaan dan kepedulian mereka pada
kebaikan kaum Muslim membuat mereka memikul tanggung jawab kemasyarakatan,
terus-menerus waspada, sebab mereka tidak bisa tenang pada situasi itu.
Kemudian ada orang-orang yang gandrung sekali pada perdebatan
dan diskusi, malahan tenggelam di dalamnya. Manakala mereka melihat gemuruh
kontroversi datang mendekat dan api kebodohan dinyalakan, mereka menjadi ahli
dalam segi tertentu perdebatan itu. Lalu mereka berusaha keras dan tak kenal
lelah menyiapkan pembelaan terhadap pandangan lawan. Mereka membuat hukum-hukum
yang mengikat orang banyak, dan menjelaskan jalan-jalan petunjuk sehingga orang
bisa beroleh petunjuk.
Mereka menunggu-nunggu musuh-musuh agama di setiap penyergapan
dan pengintaian, dan melindungi benteng-benteng dengan pertahanan paling
tangguh. Kemudian, mereka menerima jabatan-jabatan dalam pemerintahan, seperti
baru saja telah aku sebutkan.
Betapapun juga, mereka tetap frustasi, karena
ternyata jabatan-jabatan ini tidak dapat mendatangkan kepatuhan yang dibutuhkan
untuk membantu memenuhi hasrat-hasrat serta tujuan-tujuan mereka. Berbagai
penderitaan dan cobaan tak terelakkan merundung mereka yang memegang
jabatan-jabatan itu, dan mereka benar-benar diuji dengan perjuangan dan
kesengsaraan.
70.
Masing-masing golongan yang telah aku uraikan itu menganut
pandangan yang bisa diterima,d an sesuai dengan bagian masing-masing yang
diberikan oleh Tuhannya.
Tetapi, ketika waktu pun berlalu, golongan-golongan ini
menjadi makin sedikit jumlahnya dan makin pendek umurnya. Akibatnya, di zaman
kita tanda-tanda dan jejak-jejak agama pun terhapus.
Pemeluk-pemeluk agama yang bersemangat pun tidak ada lagi.
Orang-orang tenggelam dalam golongan dunia ini, kalbu-kalbu pun merana. Segenap
rasa malu pun hilang. Orang-orang pandai menyimpang dari ajaran yang benar.
Orang banyak pun tersesat di gurun kejahilan dan kerusakan; kaum ulama sudah
tidak ada.
Orang-orang yang
memiliki keyakinan pun sudah lenyap. Bumi menjadi gelap, dengan hilangnya
cahaya dan tenggelamnya matahari dan bulan. Sahabt menjadi musuh. Ulama menjadi
ulama asal-asalan. Saudara pun menjadi tidak setia dan mulai berkhianat. Para
pembaca Al-Qur’an berlaku kurang ajar dan tersuruk-suruk dalam kejahilan.
Kebenaran tertutupi oleh kebatilan, sementara para pembual yang lalai dan
orang-orang bodoh serta jahil mengklaim memiliki ilmu dan pengetahuan mendalam
tentang Kebenaran!
Aku tak bisa berbicara panjang lebar tentang orang-orang
seperti ini. Tak banyak orang yang memahaminya. Bagimu, perhatikan betapa amat
baik pengetahuan yang nyata itu! Perhatikan, apakah di jaman kita ini masih ada
orang yang memiliki pijakan kuat, yang dalam hatinya ada ccahaya, dan yang
sikapnya murni dan jelas. Selidikilah, apakah sekarang ini ada orang yang
memperhatikan apa yang tidak diwajibkan, dan yang niatnya tetap murni dan suci
meski dirundung kemalangan sekali pun.
Disebabkan keadaan-keadaan zaman ini, sang pencari mestilah
mengasingkan diri dalam kedukaan, airmata, dan penyesalan. Dia harus mencari
nasihat dari setiap orang yang benar-benar berpengetahuan, menyibukkan diri
dengan berbagai persoalan sendiri, dan lebih tegar ketimbang sebelumnya dalam
menghadapi jiwa rendahnya. Dia mesti lari menghindari orang banyak, sebagaimana
dia lari menghindari seekor singa.
Dia mesti mengesampingkan penafsiran-penafsiran picik, dan
jangan terpengaruh oleh celaan-celaan mereka kecuali dalam hal-hal yang jelas.
Dia mesti bersabar dalam amalan perbuatan ini sampai mati. Maka dia bakal
selamat, dan akan beroleh ganjaran berlipat ganda yang dijanjikan buat
orang-orang yang memulai amal perbuatan ini pada saat terakhir. Tetapi, jika
iblis memalingkan sang pencari dari jalan yang jelas ini, lantaran sang pencari
tidak memanfaatkan rambu-rambu sepanjang jalan itu, maka Allah Swt tidak
peduli, di lembah bumi mana pun dia tentu bakal binasa.
Setiap pencari haruslah mempunyai seorang penasihat spiritual
yang akal dan nalurinya sehat, jika menimbang semua yang telah aku katakan tadi
dan mengkaji persoalan-persoalan ini dengan pikiran yang bebas dari
keberpihakan dan penyimpangan.
Dengan begitu, sang
pencari bisa sampai pada pemahaman sempurna. Dengan petunuuk dan kemenangan
dari Tuhannya, dia akan senantiasa berada di puncak ketinggian Jalan, dia
menjalankan agamanya dengan ketulusan dan penuh perhatian.
Seorang ulama terkemuka, Syaikh Abu Al-Qasim ‘Abd Al-Rahman
ibn Muhammad ‘Abd Allah Al Bakri Al Shaqalli menguraikan berbagai golongan
hamba dan berbagai kerusakan yang merajalela di bumi ini, dalam karya Kitab
Cahaya-Cahaya. Kupikir ada baiknya aku kutipkan ringkasan sebagian dari apa
yang dibicarakan dalam kitab itu,
Al-Shaqalli menulis :
Orang-orang generasi pertama (yakni para sahabat Nabi) sangat
tahu tentang Kitab Allah dan dapat menjelaskan pengetahuan mendalam tentang
teladan serta perilaku Rasulullah saw.
Sebab mereka adalah
orang-orang yang sangat berpengetahuan luas. Kemudian datanglah generasi kedua.
Mereka adalah orang-orang yang juga berpengetahuan mendalam tentang makna
ayat-ayat Kitab Allah, dan meneladani perilaku Muhammad, serta memahami tafsir
dan penjelasan-penjelasan para Sahabat. Hanya saja, cinta kasih kepada sesama
yang merupakan ciri khas para Sahabat berkurang di kalangan Tabi’in (generasi
sesudah Sahabat). Begitu pula dalam hal kezuhudan. Saat itulah kemudian muncul
kaum bid’ah, yang menyesatkan orang-orang bodoh dan menundukkan orang-orang
awam secara diam-diam.
71.
Kemudian datanglah generasi ketiga. Ulama, yang berpegang
teguh kepada ketulusan dan bertindak dalam batas-batas hukum, hampir sudah
tidak ada lagi.
Pengetahuan para Sahabat dan Tabi’in sudah hilang.
Di kalangan orang-orang pada zaman itu, jarang sekali dijumpai ketakutan,
harapan, kesabaran, dan rasa syukur. Tetapi lebih sering dijumpai adanya
diskusi, perselisihan, kontroversi, dan kemunafikan. Pertikaian merajalela, dan
para juru dakwah pun melangkah di jalan-jalan kesesatan. Pengetahuan tentang
Kebenaran Mistik jarang sekali dijumpai, kejahilan dan kebodohan merajalela.
Kekacaun tumbuh, seiring dengan datangnya generasi keempat.
Tak ada seorang musafir pun yang menempuh jalan petunjuk, dan kemunafikan pun
menyebar luas. Berbondong-bondong orang meninggalkan agama, menjual kebenaran
dengan kebatilan dan akhirat dengan dunia ini.
Dusta dan penipuan menjadi acara keseharian. Kemungkaran
beroleh kejayaan. Wali-wali Allah udah tiada. Orang-orang jahat meninggalkan
suara mereka.
Orang-orang beriman pun
pergi bersembunyi. Kesabaran telah hilang, dan nasihat yang baik sudah tidak
ada lagi di mana-mana. Keakraban sudah amat jarang. Niat dalam hubungannya
dengan Allah berubah menjadi jahat. Orang-orang mulai berani menipu, berbpesta
pora, dan menumpahkan darah dengan cara tidak adil dan sewenang-wenang. Hal-hal
yang haram menjadi urat nadi kehidupan, dan orang-orang yang tak bermoral
beroleh prestise.
Hampir semua orang yang memiliki keyakinan atau yang berusaha
mengenal Kebenaran Mistik dirundung kesengsaraan dan perselisihan. Tetapi,
masih ada beberapa orang yang menyaksikan kekuasaan Allah dan pengetahuannya
tentang ketentuan-ketentuan Ilahi.
Dengan datangnya generasi ke lima, kesulitan-kesulitan kaum
Muslimin bertambah, sehingga mereka terpecah-belah menjadi berbagai
golongan, yang menguasai dan yang dikuasai. Sebagian golongan bertengkar dengan
golongan lainnya.
Sebagian lagi menuntut
balas-dendam atas yang lainnya. Sebab amalan keagamaan dan perilaku sehari-hari
dan keduniawian mereka telah rusak. Mereka yang tetap meyakini Kebenaran Mistik
(Hakekat), bisa menemukan kelegaan hanya dengan menjauhkan diri dari orang
banyak, dan menyembunyikan diri dari para juru dakwah.
Ketika generasi keenam datang menyusul, orang-orang yang adil
pun sudah tidak ada lagi. Yang tinggal hanya orang-orang jahat.
Akal telah diambil dari pengetahuan, dan menjadi sekedar bukti
rasional. Islam tinggal hanya nama saja. Kajian tentang Al-Qur’an sudah tidak
ada, dengan meninggalkan sedikit bekas dan jejak. Kemudian, yang paling luar
biasa dari segalanya , generasi ke tujuh, jauh lebih jahat dan suka menentang.
Begitulah terus keadaannya sampai Hari Kiamat kelak.
Itulah pandangan Al-Shaqalli. Pemikiran-pemikirannya tentang
masalah ini sangat baik dan tak tertandingi ulama man pun. Aku sudah lebih
cukup berbicara tentang soal itu.
72.
Aku kuatir sekarang, sebab aku telah melantur dan menyimpang
ke topik-topik baru. Yang pasti, orang bisa berbiara lebih dari ini, sebab aku
belum membahas banyak persoalan yang memerlukan petunjuk, dan telah
meringkaskan uraianku tentang banyak hal yang memerlukan penjelasan lebih jauh.
Aku melakukan yang demikian itu demi keringkasan. Aku telah
berusaha menjawab butir-butir penting yang engkau tanyakan dalam suratmu,
dengan nasihat spiritual, saran, pengajaran, dan anjuran-anjuran yang dapat
diterima akal.
Karena aku menyadari
ketidakmampuanku menjawab sepenuhnya peranyaan-pertanyaanmu dengan uraian
mendalam yang pantas engkau peroleh, aku memberimu uraian selektif, dan
berharap aku telah menjelaskan hal-hal penting, hubungan-hubungan, dan
argumen-argumen yang kelogisannya bisa dipahami setiap orang yang cerdas dan
yang manfaatnya jelas nyata bagi setiap pencari yang bertobat.
Aku mengakui kekurangan-kekuranganku dalam amal-amal yang aku
uraikan di sini. Kualifikasi-kualifikasiku sendiri bertentangan sekali dengan yang
baru saja aku sebutkan dan aku uraikan. Aku tidak dikuasai oleh jalan argumenku
sendiri, dan dengan begitu aku berjalan tanpa tujuan.
Kuisyaratkan jalan petunjuk, tapi aku sendiri
Tak beroleh petunjuk;
Meski aku menguraikan obat penyakit, aku sendiri
Terus-menerus menderita penyakit itu.
Aku ingin orang-orang suci dan orang-orang terkasih yang
membaca surat ini berdoa untukku, agar aku diberi kemampuan bertobat dan
menyesali dosa-dosaku.
Semoga harapanku itu bisa terwujud melalui kepatuhan, dan
semoga amal-amalku dinilai sebagai kebaikan dan kebajikan. Yang demikian mudah
saja bagi Zat yang menciptakan segala sesuatu dan mengajarkan jalan kehidupan
kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Di sinilah suratku ini kuakhiri. Segala
Puji bagi Allah Swt. Tuhan kita, dan Shalawat serta salam atas Rasul-Nya, yang
adalah kebanggan kita dan teladan paling baik.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.