بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Terjemah Kitab
" SURAT-SURAT SANG SUFI "
SURAT KESEMBILAN
(B)
Kepada Yahya Al-Saraj. Surat berisi nasihat dan saran kepada seseorang yang inti wujudnya dirundung kesedihan, akibat keadaan-keadaan spiritual yang tidak bisa diterimanya, dan ketika dicobanya tidak bisa dia gantikan dengan keadaan-keadaan yang disukainya dan bisa diterimanya.
78.
Aku telah berbicara tentang cara sang hamba hadir
di hadapan Tuhannya, yang berkaitan dengan amal-amal mereka yang mengakui
Keesaan Ilahi. Cara bertindak yang sesuai dengan Hukum Wahyu itu, berasal dari
uraian para faqih tentang masalah-masalah hukum. Jika memungkinkan untuk
melakukan sebuah amal yang disepakati para faqih, tanpa mengalami ketiadaan
kebebasan atau kesedihan dalam inti wujud, maka sang hamba pun mencapai tingkat
tertinggi ketakwaan kepada Allah, dan mencapai derajat orang-orang yang saleh
dan bertakwa kepada Allah.
Jika hal itu tidak mungkin, maka sang hamba mesti
berpegang pada pendapat lain, setelah dia tahu kedudukan para ahli. Dalam
kasus-kasus seperti itu, perbebdaan pendapat di kalangan para ulama adalah
rahmat. Jika tidak demikian, banyak orang akan merugi. Orang yang suka
merenung, yang puas dengan sebagian kecil dari kebaikan dunia ini, dan bukan
menjadi budak hawa nafsunya, akan memahami masalah ini. Tetapi, yang demikian
itu terasa sulit bagi orang yang merasa betah di muka bumi ini dan tenggelam
dalam berbagai kepentingan duniawi.
Orang seperti ini ditimpa murka Allah Swt, karena
kebodohan dan kelalaiannya. Dan manakala pikiran serta hasrat seseorang
mengalir ke setiap lembah di dunia ini, maka Allah tidak peduli di lembah mana
orang itu bakal binasa.
Tindakanmu mengajar anak-anak, tak pelak lagi,
adalah salah satu cara paling mulia untuk mendekatkan diri kepada Allah. Tetapi
upah yang engkau terima untuk pekerjaan itu, menjadi pokok perselisihan di
kalangan para ulama. Sebagian besar mereka hanya memandangnya boleh-boleh saja,
atau berpandangan bahwa, karena moralitasnya tidak diketahui, maka hal itu
diperbolehkan. Karena itu, yang engkau terima adalah gaji yang halal.
Tentu saja, akan lebih baik bila engkau tidak
mencari keuntungan materi dari mengajar, dan tidak mengharapkan dari
murid-muridmu apa yang tidak mereka miliki, serta memandang mengajar mereka
hanya sebagai cara mendekatkan diri kepada Allah Swt. Orang saleh sebelummu
telah bekerja seperti dirimu.
Kisah yang
telah engkau ceritakan tentang Ibn Al-‘Arif menegsankan persis hal itu. Dalam
hal ini, batu ujian bagi ketulusanmu adalah bahwa engkau tidak mengutamakan
seorang murid yang memberimu hadiah atas murid yang sedikit memberimu atau
tidak memberimu apa-apa, dan bahwa engkau tidak mengutamakan persahabatan
seorang murid atas persahabatan murid lainnya.
Inilah tolok-ukur persoalan itu. Cobalaha
berpegang kepadanya; sebab engkau tahu bahwa engkau pasti akan menemukan
rezeki, dan bahwa
keserakahan tidak akan menambah rezekimu, pun tidak pula ketakserakahan akan
menguranginya. Yang mesti engkau usahakan dan perjuangkan adalah rezeki
kehidupan di akhirat.
Janganlah berusaha mencari itu, sebab “rezeki
Tuhanmu adalah lebih baik dan lebih kekal.” (Qs. 20 : 131). Maka, engkau akan
bisa melakukan pekerjaanmu dengan baik, dan tidak akan melalaikannya. Apa saja
yang engkau terima sesuai dengan tolok ukur ini, akan merupakan rahmat begitu
rupa bagimu, sehingga satu dirham akan sama nilainya dengan seribu dirham.
Jika engkau mengamalkan apa yang aku bicarakan
berkaitan dengan perenungan atas keesaan Allah, maka yang demikian itu sudah
cuup bagi tujuan perncarianmu ini. Engkau akan memperoleh pengetahuan dalam
mengajar dan mendidik anak-anak, meskipun mereka sangat beragam.
Di antara mereka, ada yang pandai dan ada pula
yang bodoh; mereka meliputi murid-murid setempat dan asing, berasal dari
keturunan mulia atau rendah, yang miskin dan yang kaya; dan dalam banyak hal,
mereka juga berbeda-beda. Setiap orang dari mereka berhal beroleh layanan penuh
dan terbaik darimu. Engkau bisa memberikan itu kepada mereka selama engkau
memiliki empat sifat ini : keimanan yang kuat, pikiran yang tajam; pengetahuan
yang kokoh; dan watak yang baik. Jika engkau mempunyai keempat sifat ini,
engkau akan mampu memenuhi kebutuhan setiap murid, dan menanganinya dengan cara
yang tepat. Jika engkau tidak menempuh jalan kehati-hatian dan keluwesan, maka
pemahaman ini bakal tidak mungkin didapatkan. Lebih baik bersikap lemah-lembut
ketimbang bersikap keras. Ini adalah pengetahuan praktis, dan tidak ada cara
tertentu pun untuk menguasainya.
Engkau juga menulis bahwa engkau benar-benar tidak
terhibur manakala membaca Al-Qur’an. Engkau sangat ingin menangi, tapi tak
mampu. Sebabnya ialah : menakala
membaca Al-Qur’an, engkau tidak mencamkan dan memikirkan kata-kata siapa
Al-Qur’an itu, kepada siapa dan dalam keadaan bagaimana ia diturunkan.
Bagaimana engkau bisa menangis, jika syarat-syarat utama ini tidak engkau
penuhi? Allah Swt. melukiskan orang-orang yang terhibur karena membaa Al-Qur’an
sebagai memiliki sifat-sifat mulia, “Orang-orang yang sebelumnya telah diberi
pengetahuan, manakala Al-Qur’an dibacakan kepada mereka, menundukkan
wajah-wajah mereka, bersujud dan berkata, “Mahasuci Tuhan Kami! Sesungguhnya
janji Tuhan kami pasti dipenuhi!’ Mereka menundukkan muka mereka sambil
menangis dan mereka bertambah khusyuk.” (Qs. 17:107 – 109).
Allah melukiskan mereka, pertama-tama ebagai
sebagai menerima pemahaman dan pengetahuan mendalam tentang Allah Swt, manakala
mereka memuliakan dan mengagungkan-Nya dengan kata-kata mereka, “Mahasuci Tuhan
Kami.” Kedua, Dia mensifati mereka sebagai telah sampai pada tujuan penghambaan
ketika mereka menundukkan wajah-wajah mereka bersujud, sebab mereka yakin
adanya alam akhirat, tempat balasan dan hukuman setimpal bagi mereka.
Ketiga, Allah melukiskan mereka sebagai menangis
dan bersikap khusyuk. Di tempat lain Allah Swt berfirman : “Manakala mereka
mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul, kamu lihat mata mereka
berlinangan air mata karena mereka mengetahui kebenaran.” (Qs. 5:83), dan
hingga akhir teks tersebut. Dengan demikian, Allah melukiskan mereka sebagai
memiliki pengetahuan mendalam tentang kebenaran, beriman kepada-Nya, ingin
dekat dengan-Nya, serta ingin sempurna dalam berbagai pekerjaannya.
Rasulullah saw. menjelaskan istilah “sempurna”
atau “menyembah Allah terus menerus” dalam sebuah hadis sahih, “Yang demikian
itu berarti menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya; dan sekalipun
engkau tidak bisa melihatnya, maka ketahuilah bahwa Dia melihatmu.”
Semuanya ini membawa kita kembali pada musyahadah
yang telah aku sebutkan sebelumnya. Tetapkan perhatianmu padanya, bangunlah
amal-amal kesalehanmu di atasnya; kemudian, seperti telah aku katakan, engkau
akan memuji hasil-hasilnya dalam semua yang engkau alami dan miliki. Meluasnya
inti wujudmu tidak akan selalu memudahkanmu membaca Al-Qur’an, sebab, itulah
anugerah yang besar, dan anugerah semisal ini boleh jadi atau boleh jadi tidak
terdapat dalam pembacaan Al-Qur’an itu.
80.
Engkau juga mengatakan, bahwa engkau takut
kematian datang kepadamu sebelum engkau siap. Yang demikian itu adalah kekuatan
yang baik. Itu adalah salah satu rahmat Allah Swt kepadamu. Engkau mesti
bersyukur kepada Allah atas hal itu, dan memohon lagi, sebab yang demikian itu
termasuk di antara kedudukan takwa paling berharga, dan hasilnya adalah rasa
aman. Allah diriwayatkan berfirman : “Aku tidak menyatukan di dalam diri hamba-Ku dua ketakutan atau dua
keamanan. Barangsiapa takut kepada-Ku di dunia ini, Aku akan membuatnya aman di
akhirat nanti; dan barangsiapa merasa aman dari-Ku di dunia ini, Aku akan
membuatnya takut di akhirat nanti.” Selanjutnya, hal ini adalah ciri
orang-orang yang mengetahui Allah dan yang ridha kepada-Nya. Allah Swt.
berfirman : “Sesungguhnya, yang takut kepada Allah, di antara hamba-hamba-Nya,
hanyalah orang-orang yang berpengetahuan.” (Qs. 35:28). Dia juga berfirman :
“Allah ridha kepada mereka, dan mereka pun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu
hanyalah bagi orang yang takut kepada Tuhan-Nya.” (Qs. 98:8).
Jenis ketakutan paling baik
adalah ketakutan bahwa engkau akan menemui Tuhanmu dan mendapati bahwa apa yang
engkau inginkan tidaklah sama dengan apa yang terbaik yang diinginkan Allah
darimu.
Kecemasanmu bahwa ketakutan ini bisa membuatmu
putus asa, yang demikian itu adalah angan-angan kosong. Sebab, harapan bisa menghilangkan
ketakutan. Ketakutan dan harapan termasuk di antara kedudukan ulama sufi.
Tetapi rasa aman adalah bagian dari muslihat Allah, dan putus asa terhadap
rahmat Allah adalah tanda orang-orang bodoh dan lalai.
Penyebab
kebodohan dan kelalaian mereka adalah bahwa mereka memusatkan perhatian pada
diri mereka sendiri, mereka mengukur kebaikan atau kejelekan amal-amal mereka.
Sebaliknya, kalau saja mereka mau memperhatikan Tuhan, Zat Yang Esa, mereka
akan memandang mereka semua sama. Kemudian, mereka akan mempunyai sifat
takut itu, yang disertai harapan, dan harapan perlu mengiringi ketakutan.
Pahamilah ini, dan amalkanlah ini, serta janganlah terpaku pada amal-amalmu
sendiri. Yang akan terjadi, terjadilah, dan kita berlindung kepada Allah
sematan.
Kesulitan lain yang engkau sebutkan adalah, bahwa
manakala engkau melakukan amal-amal ibadah, engkau merasa tidak sabaran. Jika
benar apa yang kupahami tentang dirimu, maka engkau malas dan lamban
mengerjakannya, dan mendahulukan kegiatan mengajar serta urusan-urusan
keluarga. Hilangnya musyahadah yang telah aku bicarakan, adalah penyebab hal
itu.
Jika engkau beanr-benar ber-musyahadah, maka
kebosanan, kemalasan dan urusan-urusan lainnya tidak akan menyusahkanmu. Urusan
sehari-hari lainnya tidak bakal menggantikan amal-amal ibadahmu; sebaliknya;
engkau malah bia mencurahkan perhatian lebih banyak pada amal-amalmu, tanpa
mudah menjadi mangsa empuk penipuan dan khayalan.
Bila segala sesuatu tidak berjalan sebagaimana
engkau inginkan, maka kemungkinan besar engkau kurang iman. Engkau mesti yakin
kepada Tuhanmu, dan meluruskan pikiranmu tentang-Nya, sebab Dia lebih tahu apa
yang baik bagimu. Ada sebuah kisah tentng Ibrahim ibn Adham, semoga Allah meridhainya.
Ibrahim berkata : “Suatu malam, aku tidak mengerjakan shalat malam. Ketika aku
menyadarinya, aku pun bertibat. Tapi, selama tiga hari berikutnya, aku kembali
lengah dan melaalaikan kewwajiban-kewajiban agamaku. Ketika aku menyadari hal
itu, terdengar olehku sebuah suara mengatakan :
Segalanya diampunkan bagimu, sebab yang demikian
itu
Tak banyak berarti bagi Kami;
Apa yang Kami berikan kepadamu bakal hilang, tapi
Apa yang memancar dari Kami akan tetap ada.
Kemudian dikatakan kepadaku, “Wahai Ibrhim,
jadilah seorang hamba.’ Maka aku pun menjadi seorang hamba dan beroleh
kedamaian.” Karenanya, entah amal-amal ibadahmu itu terasa mudah bagimu atau
sangat sedikit jumlahnya, bersyukurlah kepada-Nya atas semuanya ini; sebab
engkau tidak merugi dalam pandangan-Nya.
Guruku, Abu Al-‘Abbas Al-Mursi, mengatakan, “Amal
perbuatan kecil yang disertai pengakuan atas banyaknya rahmat Allah Swt, lebih
disukai ketimbang amal-amal besar di saat orang yang bersangkutan terpesona
oleh kekikirannya sendiri.”
Tentang kepribadianmu atas berbagai keberatan yang
telah menimpamu terus-menerus, engkau mesti paham bahwa ini adalah salah satu
cobaan, yang dengan itu Allah menguji sebagian hamba-Nya guna memilih mana yang
benar-benar saleh.
Sang musuh terus menerus melancarkan
keberatan-keberatan ke dalam kalbu orang-orang ini, sampai membuat mereka jatuh
ke dalam bid’ah sesat atau kemurtadan atau kekacauan mental. Dalam keadaan itu,
masalah paling remeh pun yang menimpa orang seperti ini bisa benar-benar
mengganggu kehidupannya dan merampas kedamaiannya. Ini semua adalah bagian dari
kemahakuasaan dan ketentuan Ilahi. Oleh sebab itu, marilah kita berlindung
kepada Allah, dari keputusan yang merugikan, dari tertimpa kemalangan, dan dari
kedengkian musuh.
Jika orang menjadi korban musuh, yang demikian itu
karena mereka telah kehilangan musyahadah yang sudah aku bicarakan. Jika mereka
memang benar-benar merenung, setan tidak punya jalan untuk menguasai mereka,
sebab mereka adalah hamba-hamba sejati Allah. Allah Swt berfirman : “Sesungguhnya
setan adalah musuhmu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh. Sungguh, setan
mengajak golongannya agar menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Qs.
35:6).
Allah Swt.
juga berkata keapda iblis, “Engkau tidak punya kekuasaan atas hmba-hamba-Ku.” (Qs.
15 : 42). Seandainya setn menyulitkan mereka dengan berbagai keberatan, mereka
kembali kepada Tuhan mereka, dan Dia pun memalingkan setan dari mereka. Mereka
berlindung kepada-Nya, dan Dia memberi mereka perlindungan. Allah Swt
berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa manakala mereka ditimpa
was-was dari setan ingat kepada Allah dan kemudian mereka pun melihat
kesalahan-kesalahannya.” (Qs. 7 : 201), dan, “Jika setan mengganggumu dengan
suatu gangguan, maka berlindunglah kepada Allah. Sungguh, Dia Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui.” (Qs. 41 : 36).
Barangkali engkau akan bertanya, “Bagimana mungkin bisikan bisa
berasal dari setan, bila hal itu kelihatannya mendorong adanya keimanan yang
lebih kuat, dan bila hal itu pula nampaknya mengakibatkan timbulnya keyakinan?
Dan bagaimana seseorang bisa membedakan antara keberatan-keberatan jahat
tercela dan penglihatan terpuji, bila keduanya nampak serupa?” Engkau mesti
memahami, bahwa apa pun yang berasal dari setan pada dasarnya bisa dipercaya.
Hanya saja, hal itu bertentangan dengan pengetahuan keagamaan hakiki, dan
bertentangan pula dengan keringanan, kemudahan, dan kebebasan yang menjadi ciri
khas agama ini.
Dengan
demikian, ia sama dengan keberlebihan dan bid’ah. Perbedaan antara bisikan
jahat dan penglihatan terpuji adalah bahwa yang terakhir ini mendatangkan
keselarasan dengan pengetahuan keagamaan hakiki. Selanjutnya, berbagai
keberatan tidak tetap muncul, meski sang hamba telah mengerjakan amal kebaikan
dan bertindak sesuai dengan Teladan Nabi. Penglihatan hakiki, sebaliknya, akan
berhenti, kala sangan hamba bertindak sesuai dorongan-dorongannya sendiri.
Keberatan adalah penyakit, yang obatnya hanyalah
tidak memperhatikannya, berpegang pada syarat-syarat hukum, dan memohon kepada
Allah Swt agar menghentikannya. Semuanya ini bertumpu pada fondasi musyahadah
yang telah aku bicarakan sejak awal dalam surat ini.
Ia adalah obat mujarab yang menyebabkan perubahan
radikal. Ia menghalau kegelapan dengan cahaya cemerlang, dan mengatasi kematian
dengan kehidupan. Semoga Allah memelihara kita dengan pandangan ini,
sebagaimana Dia memelihara Wali-wali-Nya dengan rahmat dan kemurahan-Nya.
81.
Sebuah kisah menuturkan, seorang wali mengetahui
bahwa seseorang tengah menderita berbagai keberatan. Jawab ang wali adalah,
“Aku berjanji kepada sekelompok sufi yang memperolokkan setan; kini setan
memperolokkan mereka.” Guruku Al-‘Abbas Al-Mursi, semoga Allah meridhainya,
sangat membenci keberatan yang muncul berkaitan dengan shalat dan wudhu, karena
beliau kesulitan mengetahui seseorang yang mempunyai masalah itu.
Suatu hari beliau diberitahu, bahwa si anu adalah
adalah seorang yang saleh, alim, dan amat was-was. Beliau menjawab, “Wahai si anu, di manakah
pengetahuan dan kesalehan itu? Pengetahuan adalah yang menimbulkan kesan pada
kalbu, seperti kesan putihnya putih di atas putih dan hitamnya hitam.”
Engkau juga menyebutkan, bahwa engkau menghabiskan
waktumu dengan membaca buku-buku pilihan yang sangat banyak, tanpa
membeda-bedakan. Yang demikian itu baik, tetapi akan lebih baik kalau engkau
memusatkan perhatian kepada karya-karya paling penting. Kitab-kitab penting
adalah kitab-kitab yang dapat diamalkan langsung, antara lain seperti kitab
karya Ibn :Atha'”
Engkau mengatakan bahwa pada beberapa hari engkau
menghabiskan waktumu dengan membaca Al-Qur’an sesuai dengan aturan-aturan yang
telah ditetapkan. Yang demikian itu juga baik, asalkan engkau tidak mudah lalai
dan lengah, sebagaimana sering dilakukan orang lain. Mereka terlalu
memperhatikan pengucapan yang benar dan artikulasi huruf-huruf yang berlebihan,
sehingga sedikit memperhatikan, atau sama sekali tidak memperhatikan, makna
dari apa yang mereka baca. Yang demikian itu akan menjadikanmu sasaran
olok-olok setan. Akan lebih baik kalau engkau mencari seseorang yang memiliki
pengetahuan tentang yakin, bersimpuh di hadapannya, dan memohon bantuan
darinya. Yang demikian itu bakal lebih bernilai bagimu.
Engkau mengatakan kepadaku, bahwa saudaraku
Muhammad ibn Adibah, semog Allah merahmati dan meridhainya, telah menganjurkan
agar engkau membaca kitab Ihya’ karya Abu Hamid Al-Ghazali. Itu adalah saran
yagn bagus. Sebab, uraian Al-Ghazali dalam kitab itu sama baik dan bagusnya
dengan uraian yang bisa dijumpai di mana saja. Hanya saja, menurutku, engkau
sebaiknya membaca hanya bagian-bagian tentang ibadah dan kepatuhan-kepatuhan
yang diwajibkan. Jika engkau membaca bagian-bagian tentang pengetahuan batiniah
atau bagian-bagian yang tidak memiliki kaitan langsung dengan tindakan, maka
perhatianmu tidak akan sepenuhnya tercurahkan. Dan bagian-bagian itu pun tidak
memiliki manfaat praktis bagimu. Hampir semuanya itu terkandung dalam bagian
terakhir, “Jalan keselamatan”. Dua bagian pertma dalam karya itu membahas ilmu
hukum (fiqh), yang tentangnya Al-Ghazali adalah tokoh yang diakui. Bagian
ketiga sebagian besar merupakan penyaringan dan seleksi dari apa yang
dibicarakan dala Kitab Al-Ri’ayah, berikut tambahan-tambahannya yang
bermanfaat. Itulah penilaianku atas kitab tersebut.
Menakala engkau membaca salah satu dari
kitab-kitab itu, maka lakukanlah dengan niat mengangkat pikiran-pikiranmu ke
Allah Swt, agar Dia membuatmu bisa mengerti, terlepas dari kebergantunganmu
pada intelekmu, bahwa Dia adalah Kebenaran. Dengan cara begitu,engkau akan
mengutmakan apa yang terbaik dan yang lebih dekat dengan tanggapan terhadap
kebenaran, dan yang beroleh kejayaan dengannya. Al-Suhrawardi sudah
menunjukkan, dalam Kitabnya “Awarif Al Ma’arif (Manfaat-manfaat Pengetahuan
Mendalam), pentingnya memilih secara bijaksana bahan bacaan.
Nasihatku yang pertama dan terakhir kepadamu
adalah : Jangan mengabaikan apa yang telah kukatakan kepadamu secara tersurat
atau tersirat tentang berbagai cara merenungkan keesaan Allah dan tentang
derajat yakin. Aku telah menegaskan hal-hal ini secara khusus, dan menjawab
satu demi satu soal-soal fundamentl, agar tidak terlewatkan satu pun dalam
surat ini. Percayalah pada hal-hal ini, bersandarlah kepadanya, dan carilah
semuanya itu di berbagai tempat yang paling mungkin, di antara orang-orang yang
mengamalkannya. Sebab hal-hal ini, alhamdulillah, merupakan esensi pemahaman
dan khazanah berharga yang dinilai tinggi oleh orang-orang yang berpengetahuan.
Dunia tempat hidupmu ini bakal tak banyak membantumu memberikan jawaban, akrena
dunia ini tidak adil dan kacau, karena puas dengan kemudahan yang membuat orang
meninggalkan tanggung jawab, karena yang umumnya didekati adalah kehidupan, dan
karena menghamba pada tuan-tuan bumi ini. Menurut hadis yang diriwayatkan
berasal dari rasulullah saw., “Keyakinan adalah harta kekayaan yang memadai.”
Tetapi, tuan-tuan bumi ini begitu sibuk dengan
dunia, sehingga ketika kekhawatiran dan kesedihan menimpa mereka, mereka
mencoba menghibur diri lewat kesenangan. Mereka mencari pertolongan dengan cara
bagaimanapun, agar bisa beroleh penyegaran dan kegembiraan. Lihatlah bagaimana
mereka kecanduan anggur, hiburan, taman-taman, kompetii-kompetisi musik,
mendengarkan kicauan burung dan alat-alat musik, serta berbagai hiburan
lainnya. Seperti dikatakan salah seorang penyair :
Usirlah kedukaanmu dengan anggur, segarkan kalbu
Tanpa mengingat-ingatnya.
Katakan pada orang yang mengecam apa yang engkau
lakukan,
“Lupakanlah, jangan mencoba mengubahku!”
Dan, tentu saja, ini bukanlah apa yang
sesungguhnya dicari orang. Orang semisal ini sangat mungkin beroleh kesusahan
dalam urusan duniawi mereka karena berbagai cobaan dan kecemasan yang tk bisa
diterima oleh orang berakal tanpa mengatakan sesuatu apa pun tentang
akibat-akibat yang menunggu orang-orang itu dalam kehidupan akhirat!
Jika sang pencari ingin beramal menuju kehidupan
akhirat guna mengakhiri kesedihan dan kekhawatirannya di dunia ini, maka dia
kini mesti membenahi kehidupannya di ini selaku hamba Tuhannya, Allah Swt.
orang mesti untuk pertama dan terakhir kalinya senang mengadakan percakapan
akarab dengan-Nya. Inilah tepatnya jenis pengetahuan sejati yang teelah aku
bicarakan. Sebuah hadis mengatakan, “Segarkanlah kalbumu setiap saat!.” Dan
salah seorang sufi mengatakan, “Perbaikilah kehidupanmu, melalui
penyesuaian
diri dengan berbagai ketentuan Ilahi, dan janganlah hancur oleh
kegelisahan dan kelelahan, manakala semuanya itu telah dikerjakan.” Yang lain
mengatakan, “ “Keridhaan adalah pintu paling lebar menuju Allah, surga dunia
ini, dan tempat istirahat bagi hamba-hamba Allah.”
Begitulah aku memutuskan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaanmu. Aku yakin, bahwa yang demikian ini akan memberimu apa
yang tengah engkau cari. Allah Swt. adalah Tuhan Pemberi Kejayaan kita, sesuai
dengan keridhaan-Nya. Semoga Allah melimpahkan kedamaian, rahmat, dan berkah
atas dirimu dan juga atas semua sahabat kita.().
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.