بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Terjemah Kitab
“Fihi ma Fihi”
Cara
Yang Mengenal Dirinya – Yang Mengenal Tuhannya
Karya: Jalaluddin Rumi
SEMBILAN
HASRATMU
ADALAH TIRAI YANG MENUTUPI YANG NYATA
Kai
berkata, “Beberapa orang yang berhasrat untuk melihatmu berkata, “Aku berharap
untuk dapat melihat guru.”
Di
dalam kenyataannya, orang itu tidak akan mampu untuk melihat guru begitu saja
karena hasratnya untuk melihat guru menjadi tirai penghalang pada sang guru itu
sendiri. Pada saat itu dia tidak akan melihat guru tanpa tirai penghalang.
Setiap
orang tentu memiliki hasrat, kasih sayang, cinta, dan kemesraan yang dia
tumpahkan terhadap segala hal, ayah, ibu, sahabat, surga dan bumi, taman,
beranda, karya, pengetahuan, makanan atau minuman. Dia harus menyadari bahwa
segala hasrat dan keinginan itu menjadi “tirai” yang menghalanginya. Ketika
seseorang mampu melampaui dunia ini dan melihat bahwa Sang Raja tidak tertutupi
tirai itu, ia akan sadar bahwa seluruh hal tersebut merupakan “tirai yang
menutupi”. Sementara apa yang mereka cari pada hakikatnya satu. Dengan adanya
kesadaran itu, seluruh masalah akan terpecahkan. Seluruh pertanyaan dan
kesukaran hati akan terjawab, dan segala sessuatu akan menjadi jernih.
Tapi
jawaban Tuhan tidak akan seperti itu. Dia mesti menjawab segala masalah satu
persatu. Satu jawaban akan menyelesaikan seluruh masalah. Pada musim dingin
setiap orang akan menyelimuti dirinya dan merapat di tempat yang hangat untuk
mengusir dingin. Seluruh tanaman dan pepohonan meluruhkan dedaunan dan
buah-buahnya karena serangan musim dingin. Menahankan rasa dingin dan bertahan
dengan kulitnya agar tidak menderita kebekuan.
Lalu datanglah musim semi
“menjawab” kebekuan musim dingin.
Munculnya
musim semi, menjawab dan memuaskan segala masalah dan seluruh pertanyaan mereka
yang bermacam-macam. Musim semi menyapa seluruh kehidupan, seluruh benda hidup,
semua abenda mati dan menjawab setiap pertanyaan mereka dengan satu tiupan. Dan
akhirnya, segala sesuatu mengeluarkan kepalanya dan mengetahui apa yang
menyebabkan munculnya bencana itu.
Tuhan
telah menciptakan “tirai” tersebut untuk satu tujuan yang baik. Apabila Dia
menunjukkan keindahan-Nya tanpa tirai, kita tidak akan mempu melihat dan
menikmati keindahan-Nya. Kita juga tak akan memperoleh manfaat darinya, karena
kita diciptakan dan dikuatkan secara tidak langsung. Apakah kamu meliaht
matahari? Di dalam cahayanya kita datang dan pergi.
Karena cahanya kita dapat
melihat dan mampu membedakan kebaikan dari keburukan. Dengan cahanya pula kita
menghangatkan ddiri. Karena mataharilah, pepohonan dan taman menghasilkan
buah-buahan. Buah-buahan yang mentah, pahit, dan masam menjadi amtang dan manis
dalam panasnya. Di bawah pengaruhnya, bebauan dan logam berproses menjadi emas,
perak, rubi dan nilan (safir).
Jika matahari yang sangat bermanfaat secara
tidak langsung itu terlalu dekat dengan kita, tentu kita tidak akan mendapatkan
manfaat darinya. Bahkan dia juga akan menyebabkan seluruh dunia dan seisinya
hangus terbakar. Ketika Tuhan Mengejawantahkan Diri-Nya, dengan ditutupi tirai
pada gunung, pohon-pohon, berbagai jenis bunga akan menghiasi gunung itu dengan
segala keindahannya. Kehijauan memenuhi manifestasi Tuhan dalam gunung
tersebut. Tetapi jika Dia mengejawantahkan Diri-Nya tanpa tirai, pegunungan
akan hancur dan musnah menjadi debu. Ketika Tuhan muncul denegan keagungan di
gunung, Dia menyebabkan kehancuran gunung itu menjadi debu (QS.7:143).
Ketika
kita sampai pada pemahaman itu, seseorang berkata, “Tetapi matahari musim
dingin adalah juga matahari musim semi.”
Guru
menjawab, “Maksud kami di sini adalah untuk membuat perbandingan. Tentu berbeda
antara persamaan dan perbandingan. Persamaan yang selaras adalah satu hal,
sedangkan perbandingan adalah hal lain.”
Dan
jika intelek berjuang dengan seluruh kemampuannya, namun tidak mampu memahami
sesuatu, mengapa dia harus mengehtikan usahanya? Apabila intelek menghentikan
upaya karena tidak mencapai pemahaman, maka dia bukan intelek. Karena intelek
selalu berusaha siang dan malam, tanpa istirahat, menhyibukkan dirinya dengan
pikiran untuk memehami sang Pencipta. Bahkan apabila Dia mustahil dapahami
dan dibayangkan sekali pun. Intelek ini seperti laron dan kekasih Ilahinya
bagaikan lilin. Ketika laron menerbangkan dirinya menuju lilin, tak dapat
dielakkan lagi dia terbakar dan hancur. Laron tentu tidak akan mampu menahan
nyala lilin, tapi dia tidak peduli.
Dia
rela menderita terbakar dengan seluruh rasa sakit yang ia rasakan. Binatang apa
pun yang tidak mampu menahan nyala lilin dan menerbangkan dirinya kepada nyala
itu adalah “laron”. Dan lilin, tempat laron melemparkan diri padanya, tetapi
tidak membakar laron, ia bukanlah lilin.”
Maka,
manusia yang bertahan dalam ketidak tahuannya tentang Tuhan, dan tidak berusaha
dengan segala kemampuannya untuk memahami Tuhan, ia bukanlah manusia. Tuhan
yang dapat dipahami seseorang bukanlah Tuhan. Manusia yang sejati tak akan
pernah berhenti berusaha. Dia menunggu tiada henti di sekitar “Cahaya” Tuhan
yang mengagumkan. “Tuhan” adalah lilin yang “membakar” dan terus menariknya
agar lebih dekat. Tapi kedekatan itu tak terpahami oleh intelek.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.