بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Al-Ta-aruf li-Madzhabi Ahl Al-Tashawwuf
{AJARAN KAUM SUFI}
Karya
Ibn Abi Ishaq Muhammad Ibn Ibrahim Ibn Ya’qub Al-Bukhari Al-Kalabadzi
11.
AJARAN
KAUM SUFI TENTANG PENGLIHATAN (NAdHAR)
Para Sufi mengakui bahwa Tuhan akan bisa
dilihat dengan mata di dunia mendatang, dan bahwa oarng-orang yang beriman akan
bisa melihat-Nya sedang orang-orang yang tidak beriman tidak; sebab, itu
merupkan karunia Tuhan sebagaimana yang difirmankan : “Untuk orang-orang yang
berbuat kebaikan ada pahala dan bahkan ada pula tambahannya.” Mereka
berpendapat bahwa penglihatan itu lewat akal, mungkin, dan lewat pendengaran,
pasti. Mengenai kemungkinan melihat melalui akal, hal ini mungkin karena Tuhan
itu maujud, dan segala sesuatu yang maujud (logisnya) bisa dilihat.
Sebab Tuhan telah menanamkan daya lihat dalam
diri kita; dan jika daya lihat Tuhan itu tidak ada, maka permohonan Musa,
“Wahai Tuhanku! Perlihatkan diri-Mu kepadaku, agar aku dapat melihat-Mu.” Akan
merupakan (bukti) kebodohan dan kekafiran.
Lebih-lebih, ketika Tuhan menjadikan
penglihatan itu tergantung pada syarat bahwa gunung itu harus tetap tegak ( Dia
berfirman, “Kalau bukit itu masih tetap tegak di tempatnya semula, mungkin
engkau dapat melihat Aku”, dan mengingat juga bahwa tetap tegaknya bukit itu
secara nalar mungkin – kalau memang Tuhan membuatnya tetap tegak – maka hal ini
berarti bahwa penglihatan yang tergantung pada hal itu (tetap tegaknya gunung)
pun secara nalar mungkin dan bisa diterima.
Maka, karena telah ditetapkan
bahwa penglihatan lewat akal itu mungkin, dan lebih-lebih karena telah
dibuktikan bahwa penglihatan lewat pendengaran tersebut pasti -- Tuhan berfirman : “Saat wajah orang-orang
yang beriman pada hari itu berseri-seri, melepas pandang kepada Tuhannya.” Dan
lagi : “ Untuk orang-orang yang berbuat kebaikan, ada pahala yang baik dan
bahkan ada pula tambahannya.
Dan lagi : “ tidak, yang sebenarnya mereka pada
waktu itu benar-benar ditutup dari rahmat Tuhan. – dan karena hadits menegaskan
bahwa penglihatan itu memang ada, seperti kata Nabi : “Sesungguhnya kamu akan
melihat Tuhanmu seperti kamu melihat bulan purnama di malam hari, tanpa
kebingungan mencari-cari Dia.”
Yang mengenainya banyak kisah masyhur dan
sahih, maka perlulah kita menegaskan hal ini, dan pecaya bahwa hal itu benar.
Penafsiran esoteris (batiniah) orang-orng
yang menyangkal kemungkinan penglihtan akan Tuhan, seperti misalnya mereka yang
menafsirkan “melepas pandang kepada Tuhannya.”
Sebagai memandang kepada pahala Tuhannya,”
sama sekali tidak bisa dibenarkan, sebaba pahala dari Tuhan itu tidak sama
dengan Tuhan. Demikian juga dengan mereka yang mengatakan bahwwa
“perlihatkanlah diri-Mu kepadaku agar aku dapat melihatMu.” Merupakan
permohonan akan sebuah tanda; hal ini tak bisa dibenarkan, sebab Tuhan
sebelumnya telah memperlihatkan tanda-tanda-Nya kepada Musa.
Demikian pula halnya dengan mereka yang
menafsirkan ayat : “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata.” Dengan
pengertian : karena Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata di dunia ini,
maka begitu juga di dunia nanti. Tuhan memang menyangkal bahwa Dia daapt
dicapai oleh penglihatan, sebab penglihatan seperti itu akan mengisyaratkan
cara (kafiyah) dan pembatasan, Dengan demikian, yang disangkal-Nya adalah
penglihatan yang mengisyaratkan cara dan pembatasan, bukan penglihatan yang di
dalamnya tidak ada cara, tidak pula pembatasan.
Mereka mengakui bahwa Tuhan tidak dapat
dilihat di dunia ini, baik dengan mata maupun dengan hati, kecuali dari sudut
pandang iman; sebab penglihatan ini merupakan puncak karunia dan rahmat paling
mulia, dan karena itu tidak dapat terjadi kecuali ditempat yang paling mulia.
Jika
mereka telah diberi rahmat yang paling mulia itu di dunia ini, maka tidak akan
ada bedanya antara dunia ini, yang akan lenyap nanti, dengan surga yang abadi;
dan karena Tuhan telah mencegah manusia yang diajak-Nya berbicara itu dari
mendapatkannya di dunia kini, wajarlah kalua manusia-manusia lain yang berada
di tingkat lebih di bawah di cegah juga .
Lebih-lebih, dunia ini merupakan tempat
tinggal sementara, sehingga mustahil kalau Yang Kekal dapat dilihat di tempat
tinggal yang sementara itu. Lebih jauh lagi, jika mereka telah melihat Tuhan di
dunia ini, kepercayaan mereka
terhadap-Nya akan bersifat aksiomtis (dharurah). Pendeknya, Tuhan telah
menyatakan bahwa penglihatan itu akan diberikan-Nya di dunia nanti, bukan di
dunia ini. Oleh sebab itu, perlulah seseorang membatasi diri pada apa yang
telah dinyatakan dengan jelas oleh Tuhan.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.