بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Al-Ta-aruf li-Madzhabi Ahl Al-Tashawwuf
{AJARAN KAUM SUFI}
Karya
Ibn Abi Ishaq Muhammad Ibn Ibrahim Ibn Ya’qub Al-Bukhari Al-Kalabadzi
14.
AJARAN KAUM SUFI TENTANG (BATAS) KEMAMPUAN
Mereka mengakui bahwa setiap tarikan nafas,
setiap lirikan mata dan setiap gerakan mereka bisa terjadi berkat indera yang
diberikan oleh Tuhan kepada mereka, dan merupakan suatu kemampuan yang Dia
ciptakan untuk mereka bersamaan dengan tindakan-tindakan mereka, bukan
sebelumnya atau sesudahnya, dan bahwa tidak ada tindakan yang dapat
dilaksanakan tanpa ini semua; sebab, kalau tidak, berarti mereka memiliki sifat
Tuhan, bisa melakukan segala yang mereka inginkan dan menetapkan segala yang
mereka kehendaki, dan Tuhan tidak lagi akan menjadi Yang Maha Kuat, Yang Maha
Berkuasa – seperti dalam firman-Nya : “Begitulah Allah berbuat menurut
kehendak-Nya.” Tidak lebih dari budak yang melarat, lemah dan hina.
Jika saja kemampuan ini ditentukan oleh
pemilikan anggota badan yang sehat, maka tiap orang yang memiliki karunia itu akan dapat mencapai
taraf yang sama; tapi pengamalan
menunjukan bahwa seseorang dapat saja memiliki anggota badan yang sehat,
sedang tindakannya bisa jadi tidak sama sehatnya.
Dengan demikian maka kemampuan tidak
berasal dari indera dan menjelmakan dirinya dalam badan yang sehat; indera
adalah sesuatu yang beragam tingkatannya pada berbagai saat, seperti yang bisa
dilihat oleh orang pada dirinya sendiri. Lebih-lebih, karena indera itu
merupakan suatu aksiden dan aksiden itu tidak dapat bertahan sendiri, atau
bertahan lewat sesuatu yang bertahan di dalamnya --- sebab jika sebuah benda
tidak da dengan sendirinya, dan tidak sesuatu pun bisa jadi ada karenanya, maka
benda itu tidak dapat bertahan lewat pertahanan benda lain, seebab pertahanan
benda lain itu tidak mengandung arti pertahanan untuknya – maka hal itu berarti
benda itu tidak memiliki pertahanan sendiri, dan karenanya, tiak dapat tidak,
kesimpulannya adalah indera masing-masing tindakan itu berbeda dari indera
tindakan lain.
Jika
halnya tidak demikian, maka manusia tidak akan membutuhkan pertolongan Tuhan
pada saat mereka bertindak, dan firman tuhan : “Dan kepada engkau-lah kami
memohon pertolongan.” Tidak akan ada artinya. Lebih jau lagi, jika indera itu
tidak ada sebelum adanya tindakan, dan tidak dapat bertahan sampai ada tindakan
tersebut, maka tindakan itu pasti dilakukan dengan indera yang telah tiada;
yaitu tanpa Indera apa pun, yang mengisyaratakan putusnya hubungan antara Tuhan
dan Hamba sekaligus. Sebab jika demikian halnya, maka jelas mungkin bahwa
tindakan-tindakan itu, bisa ada dengan sendirinya, tanpa perantara.
Tapi Tuhan berfirman, dalam kisah Musa dan
hamba-Nya yang kuat (Khidzir) “sesungguhnya engkau tidak akan sanggup sabar
bersama ku.” Dan juga : “Demikian penjelasan persoalan yang kamu tidak sanggup
sabar menghadapinya itu.” Yang Dia maksudkan sebagai “yang tidak kamu miliki
indera untuk melakukannya.”
Mereka mengakui bahwa mereka diberi
kepercayaan dengan tindakan-tindakan dan tanggung jawab dalam arti sejatinya,
yang utuhnya mereka diberi pahala dan dihukum; dan oleh sebab itu
Tuhanmengeluarkan perintah dan larangan, dan menyampaikan berita gembira serta
ancaman-ancaman. Arti istilah “tanggung jawab” itu adalah bahwa manusia
bertindak karena sebuah indera yang dibuat (oleh Tuhan).
Seorang Tokoh Sufi berkata : “Makna tanggung
jawab adalah bahwa manusia itu bertindak demi mencari keuntungan atau menolak
kesialan.” Maka Tuhan berfiman : “Hasil
kerjanya yang baik untuknya sendiri, dan yang tidak baik menjadi tanggungannya
sendiri pula“.
Lebih jauh mereka akui bahwa mereka
melaksanakan kehendak dan keinginan bebas yang menyangkut “tanggung jawab”
mereka, dan bahwa mereka tidak dipaksa atau ditekan di luar kemauan mereka.
Yang kami maksud dengan “kehendak bebas” adalah bahwa Tuhan telah menciptakan
dalam diri kita kehendak bebas, sehingga dalam hal ini tidak ada masalah
tekanan atau penolakan.
Al-Hasan ibn Ali berkata : “Tuhan dipatuhi
bukan karena terpaksa, atau tidak dipatahui dikarenakan tekanan yang
berlebihan; Dia tidak meninggalkan hamba-Nya sama sekali tanpa melakukan
sesuatu di kerajan-Nya”. Sahl ibn Abdillah berkata : “Tuhan tidak memberi
kekuatan kepada orang yang saleh lewat paksaan, Dia menguatkan mereka liwat
Iman.” Salah seorang tokoh besar Sufi berkata : “Siapa pun yang tidak percaya
pada takdir adalah orang kafir, dan siapapun yang mengatakan bahwa mustahil
bagi seseorang untuk tidak patuh pada Tuhan adalah seorang pendosa.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.