بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Terjemah Kitab
“Fihi ma
Fihi”
Cara
Yang Mengenal Dirinya – Yang Mengenal Tuhannya
SATU
TUHAN BEKERJA DENGAN CARA YANG MISTERIUS
Nabi
Muhammad saw. bersabda : “Seburuk-buruk Ulama adalah Ulama yang mengunjungi
penguasa, dan sebaik-baik Penguasa adalah Penguasa yang mengunjungi Ulama.
Seklias,
hadis Nabi itu seakan-akan bermakna bahwa tidak layak bagi seorang Ulama
mengunjungi Pemerintah. Perbuatan seperti itu menjadikan seorang Ulama menjadi
Ulama terburuk. Tapi Hadis itu tidak bermakna sedemikian dangkal.
Makna
sebenarnya dari hadis itu adalah sebutuk-buruknya Ulama adalah Ulama yang
menerima sokongan dari Penguasa. Dia melakukannya karena inign memperoleh
penghidupan dari sang Penguasa. Anugerah serta pemberian penghidupan dari
seorang Penguasa dijadikan tujuan utama kehidudpan dan pencarian ilmunya. Dida
ingn agar sang penguasa memberinya berbagai hadiah. Dia selalu memuji Penguasa
dan berkata kepadanya dengan berbagai penghargaan yang tinggi. Ketika menjadi
Ulama, dia mempelajari tata cara untuk bisa melepaskan diri dari ketakutan dan
kekuasaan setiap penguasa. Ulama-ulama seperti akan membiasakan dirinya dengan
berbagai tingkah laku yang akan disukai oleh setiap Penguasa.
Dalam kehidupan
ini mungkin ada Ulama yang mengunjungi Penguasa dan ada pula penguasa yang
mengunjungi Ulama. Tapi, Ulama-ulama buruk itu akan selalu menempatkan dirinya
sebagai Tamu, dan selalu menganggap penguasa sebagai tuan rumah.
Pada
sisi lain, keika seorang Ulama yang sudah mengenakan jubah keilmuannya, dia
melakukannya bukan demi seorang penguasa, melainkan, pertama dan paling utama,
karena Tuhan. Ketika seorang ulama berperilaku dan berjalan sepanjang jalur
kebenaran, sebagaimana yang semestinya dilakukan oleh seorang ulama, dan tidak
berperilaku untuk alasan lain, maka semua orang akan berdiri hormat
terhadapnya.
Semua orang merasa mendapatkan limpahan cahaya yang memantul
darinya. Baik mereka sadar ataupun tidak. Segala perilaku ulama itu, selalu
diatur oleh nalar dan naluri kebaikan. Dia hanya bisa hidup di dalam kebaikan,
seperti ikan yang hanya dapat hidup di dalam air. Apabila ulama seperti itu
pergi ke seorang penguasa, maka dialah yang bertindak sebagai tuan rumah dan
Penguasa sebagai tamunya. Karena, sang penguasa akan memperoleh bantuan darinya
dan bergantung padanya.
Ulama seperti itu jiwanya merdeka dan tidak terikat
kepada seorang penguasa. Dia akan selalu melimpahkan cahaya bagaikan amtahari.
Hidupnya semata-mata untuk memberi dan memberkahi. Matahari mengubah bebatuan
biasa menjadi rubi dan permata carnelin. Matahari akan mengubah gunung-gunung
di bumi menjadi tambang tembaga, emas, perak dan timah-timah. Matahari membaut
bumi hijau dan segar, menghasilkan bermacam buah-buahan dan berbagai tanaman.
Tugasnya hanyalah memberi dan membekali; dia tidak mengambil apa-pun. Ada
sebuah pepatah Arab yang berbunyi : “Kami telah belajar untuk memberi, tidak
untuk mengambil>” Ulama seperti itu akan selalu menjadi tuan rumah dalam
keadaan bagaimana pun. Dan penguasa akan selalu menjadi tamu mereka.
Suatu
ketika aku pernah berhasrat untuk menafsirkan ayat Al-Qur’an, walau pun ayat
tersebut tidak berhubungan dengan pokok perbincangan ini. Bagaimana pun, hasrat
itu telah datang padaku. Aku harus melakukannya. Tuhan berfirman : “Hai Nabi,
katakan kepada tawanan-tawananmu bahwa, Tuhan mengetahui kebaikan yang ada
dalam hatimu. Dia akan memberimu suatu yang lebih baik daripada yang
telah diambil darimu; dan Dia akan mengampunimu, karena Tuhan Maha Pengampun
dan Maha Penyayang.” (QS.8:70). Sebab turunnya ayat ini adalah sebagai berikut
: Suatu ketika Nabi Muhammad berhasil mengalahkan orang-orang kafir. Banyak
orang yang terbunuh dalam peperangan itu.
Kaum Muslim mendapatkan banyak barang
rampasan perang. Nabi memiliki banyak tawanan yang terikat kaki serta
tangannya. Salah satu tawanan itu Abbas, Paman Nabi sendiri. Sepanjang malam
para tawanan itu meratap dalam belenggu mereka berputus asa dan berhenti
berharap. Tak ada lagi yang gmereka nantikan kecuali tebasan pedang
di batang leher mereka. Nabi mengetahui hal itu lalu melihat mereka dan
tertawa.
“Kalian
lihat itu,” para tawanan itu berkata, “dia memiliki kemanusiaan dalam dirinya.
Pernyataan bahwa dia bukanlah manusia tidaklah benar, karena di sini, ketika
dia melihat kita terikat sebagai tawanannya, dia merasakan kenikmatan yang
sangat seperti manusia lain bergembira dalam suka cita, apabila telah
menaklukan musuhnya dan melihat mereka terkalahkan.”
Tapi,
Nabi Muhammad mampu membaca pikiran mereka dan berkata : “Tidak”. Aku tertawa
bukan karena melihat musuhku terkalahkan atau karena aku gembira melihat kalian
kalah. Aku tertawa karena dengan amta batinku aku melihat ddiriku sendiri
memaksa menarik dengan rantai dan belenggu sekelompok orang keluar dari api
pembakaran dan asap hitam neraka ke dalam Taman Abadi Surga yang amat
menyenangkan. Mereka merintih dan menyesal, lalu berkata : “Kenaka Engkau
mengeluarkan kami dari tempat celaka ini ke dalam lindungan, dan membawa kami
ke Taman yang dipenuhi bunga mawar?”, Nabi Menjawab, “Karena itulah aku
tertawa.” Aku tertawa karena kalian masih juga tidak memiliki daya pandang
untuk memahami dan melihat deengan jernih terhadap ucapanku.”
Kemudian Nabi
melanjutkan : “Tuhan telah memerintahku untuk mengatakan ini kepada kalian,
“Pertama-tama kalian mengumpulkan begitu banyak pelayan rumah dan tenaga, dan
benar-benar yakin dengan kekuatan, kekukuhan, keberanian kalian. Kalian berkata
kepada diri kalian sendiri bahwa kalian akan sanggup melakukan apa pun. Kalian
sesumbar akan mengalahkan Kaum Muslim. Kalian pikir tidak ada yang lebih kuat
dari pada kalian. Kalian tidak dapat membayangkan ada orang lain yang lebih
kuat daripada kalian sendiri.
Sekarang seluruh yang telah kalian rencanakan
gagal total. Dan kini, kalian terbaring gemetar dalam ketakutan. Kalian tidak
bertobat atas kegagalan dan kesalahan yang kalian lakukan. Kalian akan terus
berada dalam kesukaran yang menciutkan nyali. Kalian masih tidak dapat memahami
bahwa bisa jadi ada orang lain lebih berkuasa daripada kalian.
Maka suatu
keniscayaan ketika kini kalian melihatku memilih kekuatan serta kuasa. Dan diri
kalian mungkin akan menjadi sasaran dari kutukanku. Tapi jangan berputus asa
atas apa yang aku lakukan, karena aku mampu untuk mengeluarkan kalian dari
ketakutan ini, dan membimbing kalian pada keselamatan. Dia Yang Maha Kuasa
mampu untuk menciptakan seekor sapi hitam dari seekor sapi putih, dan mampu
menciptakan sapi putih dari seekor sapi hitam. “Dia menciptakan malam untuk
menggantikan siang, dan menciptakan siang untuk menggantikan malam (QS. 35:13).
“Dia bisa menciptakan kehidupan dari kematian, dan Dia bisa menciptakan
kematian dari kehidupan.” (QS.30:19).
Sekarang, ketika kalian menjadi
tawananku, jangan takut padaku karena aku mampu menghukum kalian. Karena tidak
ada yang berputus asa dari kasih sayang Tuhan, kecuali orang kafir (QS.12:87).
Kemudian
Nabi Muhammad berkata : “Sekarang Tuhan Berfirman : “Hai tawanan, jika engkau
mengubah keyakinanmu yang dulu dan memahami-Ku, baik dalamr rasa takut ataupun
dalam pengharapan, kemudian kalian menyadari bahwa kalian adalah sasaran
kehendak-Ku pada setiap keadaan, Aku akan melepaskan kalian dari keadaan
menakutkan ini. Aku pasti akan mengembalikan seluruh harta bendamu yang telah
dirampas dan dihilangkan, dan Aku akan memaafkan kalian. Tidak hanya
kebahagiaan di dunia ini yang akan Aku berikan, tapi juga kebahagiaan di
kehidupan yang selanjutnya.”
“Aku
bertobat,” Abbas berkata, “Aku berpaling dari keyakinanku yang lalu.”
“Tuhan
membutuhkan bukti dari pengakuan yang engkau buat.” Kata Nabi.
Memang
mudah untuk melemparkan pernyataan cinta,
Tetapi,
bukti darinya akan selalu diminta.
Lalu
Abbas bertanya : “Demi Nama Tuhan! Bukti apa yang Engkau butuhkan?”
“Berikan
kepada bala tentara Islam,” Jawab Nabi Muhammad, “Seluruh kekayaan yang masih
engkau tinggalkan. Apabila engkau memang benar-benar seorang Muslim dan
berharap baik pada agama dan masyarakat Islam, berikan hartamu sehingga bala
tentara Islam akan menjadi lebih kuat!”
“Wahai
Rasulullah!” jawab Abbas : “Harta manalagi yang masih aku miliki? Sedangkan apa
yang aku miliki sudah terampas. Aku tak lagi memiliki apa-apa. Hanya tikar
jerami tua yang tertinggal atas namaku.”
“Lihat”,
kata Nabi Muhammad : “Engkau masih belum berudi. Engkau belum berpaling dari
keyakinanmu yang dulu. Biarkan aku katakan padamu, berapa banyak kekayaan yang
engkau miliki, di mana engkau menyembunyikannya, kepada siapa engkau
mempercayakannya, dan di mana engkau memendamnya.”
“Oh,
tidak,” teriak Abbas.
“Apakah
engkau tidak mempercayakan sejumlah harta kepada ibundamu? Tidakkah engkau
memendam sejumlah harta lainnya di bawah dinding dan menetapkan bahwa apabila
engkau kembali dia akan mengembalikannya kepadamu, dan apabila engkau tidak
kembali hidup-hidup dia akan menggunakannya untuk membeli barang tertentu.
Engkau juga memberikan sejumlah besar hartamu kepada orang tertentu, dan
menyimpan sebagian yang lainnya dirinya sendiri?”
Kemudian
Abbas mengacungkan jari-jarinya dan menyatakan Iman dengan sungguh-sungguh,
lalu dia berkata : “Wahai Nabi, sejujurnya saya pernah berpikir bahwa Engkau
memiliki keberuntungan melalui khayalan tentang nasib baik, sebagaimana yang
dilakukan oleh banyak raja masa lalu seperti Haman, Syaddad, dan Namrud. Meski
demikian, ketika engkau mengatakan kepadaku hal yeng Engkau sebutkan, aku tahu
pasti bahwa nasib baik yang melingkupinya adalah sesuatu yang misterius dan
sungguh-sungguh berasal dari Ilahi.”
“Engkau
berkata benar,” kata Nabi Muhammad. “Saat ini aku mendengar lingkaran keraguan
yang melingkupimu telah berderak patah dalam batinmu. Bunyi patahannya mencapai
telingaku. Lenyap pada kedalam jiwaku. Kapan pun lingkaran keraguan,
penyembahan berhala, atau kekafiran seseorang berderak patah, aku mendengar
bunyi pacahannya dengan telinga batinku, telinga jiwaku. Sekarang engkau telah
benar-benar menjadi orang yang berbudi dan menyatakan iman dengan segala
kesungguhanmu.”
ooOOOoo
Semua
ini aku kataka kepada Parwana. Aku berkata kepadanya “Engkau yang telah menjadi
penghulu Umat Islam pernah berkata “Aku telah mengorban diriku, kecerdasanku
serta seluruh kuasa pertimbangan dan penilaianku. Semuanaya akeulakukan demi
melanjutkan keberasaan Islam dan menyebarkannya. Tetapi sejak engaku
menyadarkan keyakinan pada dirimu, dan tidak berpaling pada Tuhan untuk
menyadari bahwa pap pun berasal dari-Nya, maka Tuhan menjadikan usaha keras
kalian menjadi sebab kemunduruan Islamm. Engkau telah menyatukan diri kalian
dengan Kaum Tartar. Engkau bantu mereka untuk meruntuhkan kaum Syria dan Mesir,
kemudian membiarkan kerajaan Islam dalam kehancuran.”
Hal
yang nyata-nyata telah menjadi sebab ekspansi Islam justru telah pula menjadi
sebab bagi kemunduruannya. Maka, dalam keadaan yang amat menakutkan ini,
kembalilah kepada Tuhan. Berikanlah sedekah agar Dia melindungi engkau dari
keadaan jahat yang menakutkan. Janganlah berputus asa dari Dia, bahkan apabila
Dia melemparkan engkau dari ketaatan ke dalam pembangkangan. Karena engkau
selalu berpikir bahwa kepatuhanmu ada dalam dirimu. Jangan berputus asa ,
tetapi kembali kepada Tuhan dengan segala kerendahan hati, karena Dia Maha
Kuasa.
Sungguh, Dia mampu untuk mengubah-ubah kepatuhan menjadi pembangkangan.
Dia juga mampu untuk mengubah pembangkangan menjadi kepatuhan dan Dia akan
memberi kalian pengampunan. Dia mampu menyediakan kalian jalan dan
peralatan untuk berjuang dengan kerasa, sekali lagi demi Pengembangan Islam.
Janganlah berputus asa, karena tidak ada yang berputus asa dari Kasih Sayang
Tuhan, kecuali orang-orang kafir (QS.12:87).
Tujuanku
adalah membuatnya bisa memahami, memberinya sedekah, dan merendahkan diri
sendiri di depan Tuhan. Karena dari keadaan paling terpuji dia bisa berubah ke
keadaan yang paling hina, bagaimana pun dia mesti selalu berharap.
Tuhan
mencipta dengan cara yang misterius. Sebuah benda barangkali terlihat baik jika
dilihat dari luar, tetapi mungkin di dalamnya terdapat kejahatan. Jangan sampai
seorang pun terperdaya oleh rasa bangga. Kebangga yang selalu menganggap bahwa
dia telah menyerap suatu gagasan yang baik atau pun telah melakukan amal
baik. Apabila segala sesuatu adalah sebagaimana tampaknya, Nabi Muhammad tidak
akan memperingatkan ummatnya dengan peringatan yang keras dengan sabdanya :
“Tunjukkan kepadaku suatu hal sebagaimana adanya. Engkau membuat suatu hal
menjadi tampak indah, padahal kenyataannya buruk; engkau membuat suatu hal
tampak buruk, padahal di dalam kenyataannya indah.
Maka tunjukkan kepada kami
suatu hal sebagaimana adanya, kalau tidak kami akan jatuh ke dalam perangkap
dan akan selamanya salah.” Jadi, sejernih dan sebaik apa pun penilaianmu,
betapa pun indah tampaknya, tidak akan lebih baik daripada penilaiannya, dia
berbicara sebagaimana yang dia lakukan. Jangan selalu menyandarkan penilaian
pada setiap pikiran dan pendapatmu, tetapi berendah hatilah dirimu di depan
Tuhan dan takutlah kepada-Nya.
Demikianlah
tujuanku berbicara seperti itu kepasa Parwana. Meski demikian, dia menerapkan
ayat dan penafsiran ini dengan caranya sendiri. Dia berkata : “Pada saat ini,
apabila kita hendak menggerakkan pasukan, janganlah menyandarkan kekuatan hanya
kepada mereka. Bahkan apabila terkalahkan, kita mesti tidak berputus asa untu
tetap mengharapkan Rahmat Tuhan. Kita tetap mengharapkan kasih-Nya di saat kita
diliputi ketakutan dan keetidak-berdayaan.” Dia menerapkan kata-kataku
untuk tujuannya sendiri, sedangkan tujuanku telah aku jelaskan di atas.
Kembali ke Daftar Isi.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.