بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Terjemah Kitab
“Fihi ma Fihi”
Cara
Yang Mengenal Dirinya – Yang Mengenal Tuhannya
Karya: Jalaluddin Rumi
TIGA
MATILAH SEBELUM ENGKAU MATI DAN JADILAH CAHAYA TUHAN
Parwana mengirim pesan kepadaku yang
berbunyi : “Siang dan malam, hati dan jiwaku selalu ingin melayanimu, tetapi
aku masih tidak mampu mengunjungimu karena kesibukanku tercurah pada urusan
dengan orang-orang Mongol.”
Guru menjawab : “Apa-apa yang engaku
lakukan, juga merupakan pekerjaan yang diridlai Tuhan. Apa yang engkau lakukan
semuanya demi keamanan dan perlindungan Islam.
Engkau sudah mengorbankan
seluruhnya, fisik mau pun materi, untuk memberikan ketenangan bagi orang Islam.
Ketenangan yang engkau ciptakan membuat kaum Muslim dapat menyibukkan diri
mereka dalam ketaatan kepada Allah. Maka, itu pun merupakan amal baik.
Tuhan
telah membuatmu condong pada perbuatan baik seperti itu, dan kecenderunganmu
itu adalah tanda dari kebaikan Tuhan. Sebaliknya, ketika engkau mengurangi
hasratmu untuk berbuat baik seperti itu, berarti Tuhan menampakkan tanda-tanda
ketidak-sukaan-Nya.
Tuhan tidak ingin bila perbuatan-perbuatan baik semacam itu
diganjar oleh seorang manusia walau pun orang itu memiliki kemakmuran dan
ganjaran yang berlebih. Seperti kamar mandi hangat yang uapnya berasal dari
tungku. Tuhan menyediakan peralatan untuk menguapkan, seperti jerami, nyala api
kotoran hewan, dan lain-lain. Dilihat dari luar, barang-barang tersebut mungkin
tampak kotor dan buruk, tetapi semuanya merupakan kebaikan Ilahi agar tujuan
mereka dapat tercapai. Ketika bak mandi terupai oleh bahan-bahan tersebut,
orang –orang akan memperoleh manfaat darinya.”
Ketika sampai pada permsalahan itu,
beberapa teman datang. Tetapi Guru meminta maaf pada mereka dan berkata :
“Apabila aku tidak bangkit menyambut kalian atau berkata kepadamu menanyakan
keadaan dirimu, berarti aku tidak mengharagai kalian. Ukuran untuk menghargai
sesuatu sangat berhubungan dengan kelayakan suatu peristiwa. Sungguh tidak
tepat untuk menanyai keadaan ayah atau saudara seseorang atau menghormat
pada mereka ketika kita sedang shalat. Tidak mengenali sahabat dan kerabat,
ketika seseorang sedang beribadah adalah hakikat kesopanan dan penghormatan.
Karena apabila orang tidak terputus dengan dirinya untuk sepenuhnya melakukan
amal ibadah dan dia tidak dibingungkan oleh orang-orang dekatnya, mereka tidak
akan mendapatkan ganjaran atau pun hukuman. Maka, ini merupakan hakikat
perhatian dan kesopanan, karena setiap orang akan memperoleh perlindungan dari
sebab yang akan mereka derita.”
Seorang murid bertanya : “Apakah ada jalan
untuk mendekati Tuhan selain Shalat?”
“Shalat akan lebih bisa mendekatkan
seseorang dengan Tuhan. Bagaimana pun, wujud shalat tidak hanya dalam bentuk
luarnya saja : Yakni hanya “Bungkus” shalat yang memiliki awal dan akhir. Apa
pun yang memiliki awal dan akhir adalah “bungkus”. Ucapan takbir pernyataan
atas keagungan Tuhan, adalah permulaan shalat dan ucapan salam adalah akhirnya.
Begitupula ada sesuatu yang lebih dari sekedar ucapan iman yang diucapkan
lidah, karena ucapan itu pun memiliki awal dan akhir. Apap pun yang dapat
diucapkan, memliki awal dan akhir adalah “Bentuk,” “Bungkus,” sedangkan
“jiwanya” tidak dibatasi oleh isyarat-isyarat fisikan dan tidak terbatas, tanpa
awal dan akhir. Shalat, sebagaimana ayang kita ketahui dan kita lakukan saat
ini adalah hasil rumusan para Nabi. Nabi Muhammad, yang telah merumuskan
Shalat, pernah bersabda : “Aku memiliki waktu dengan Tuhan. Dan selama waktu
itu, tidak terdapat ruang, baik untuk nabi penanggung pesan atau pun malaikat
yang berada di dekat Tuhan untuk berbagi denganku.” Maka kita mengetahui bahwa
“Jiwa” shalat tidak terletak pada bentuk luarnya saja. Melainkan juga merupakan
keadaan dari keterserapan seorang manusia dan ketidak sadaran seluruhnya selama
semua melakukan sesuatu bentuk luarnya, karena di sana tidak terdapat ruang
sedikit pun. Bahkan bagi Jibril sekali pun.
ooOOoo
Ada sebuah cerita mengeenai maulana
Bha’uddin. Suatu hari sahabatnya menemukan dia benar-benar terserap di dalam
perenungan (fana). Ketika waktu Shalat tiba, beberapa pengikutnya berteriak
kepada Maulana bahwa saat shalat telh tiba. Maulana tidak memberikan perhatian
terhadap apa-apa yang mereka katakan. Mereka bangkit dan memulai shalat. Merski
demikian, dua pengikut, tetap melayani gurunya dan tidak bangkit shalat. Salah
satau pengikut yang tengah melakukan shalat, seorang lelaki bernama Khwayagi,
melihat jernih dengan mata batinnya bahwa seluruh mereka yang sedang shalat,
termasuk imam shalat, ternyata membelakangi kiblat, sedangkan mereka berdua
yang tetap bersama menemani gurunya justru menghadap kiblat.
Sang guru telah melewati kesadaran ego dan
memasuki kadaan kehilangan diri, terserap di dalam cahaya Tuhan. Dia telah
mencapai makna perkataan Nabi : “Matilah sebelum engkau mati.” Dia kemudian
menjadi cahay Tuhan. Dan siapa pun membalikkan punggungnya pada Cahay Tuhan
untuk memandang dinding, telah betul-betul mengarahkan punggungngya ke kiblat,
karena cahaya adalah jiwa kiblat. Nabi telah menjadikan Ka’bah sebagai arah shalat
untuk seluuh dunia. Tapi Dia, Tuhan Yang Maha Kuasa lebih layak untuk menjadi
arah shalat, karena atas Nama-Nya maka Ka’bah menjadi Kiblat.
Nabi Muhammad suatu ketika pernah
memperingatkan sahabatnya, Nabi bersabda : “Aku memanggilmu. Kenapa engkau tidak
datang?”
“Karena aku sedang shalat.”
“Bukankah aku yang memanggil kamu?”
“Aku tidak berdaya,” sahabat itu menjawab.
Nabi Muhammad kemudian menjawab : “Memang
baik bagimu, untuk mengetahui ketika dirimu jadi tidak berdaya di seluruh
waktu, melihat dirimu sendiri tidak berdaya di saat kuat bahkan sebagaimana di
waktu tak berdaya sama sekali. Arena, di atas kekuatanmu terdapat kekuatan lain
yang lebih besar. Di segala waktu dan keadaan engkau tunduk kepada kehendak
Tuhan. Dirimu tidaklah dua bagian yang pada suatu waktu terkendalikan dan pada
waktu lain tidak. Jagalah kekuatan-Nya di dalam pandangan dan selalu menyadari
bahwa dirimu tidak berdaya, dirimu tidak terkendali, tuna daya, jelek dan
lemah. Jika harima, snga dan buaya saja tidak berdaya dan gemetar di depan-ya,
bagaimana lagi manusia yang lemah? Surga, bumi dan segala isinya tidak berdaya
dan dikuasai hukum-Nya; Dia adalah raja Yang Maha Kuat. Cahaya-Nya tidaklah
seperti cahaya matahari dan bulan, meskipun keberadaan benda itu tetaplah
sebagaimana adanya. Tidak. Apabila cahaya-Nya bersinar tanpa disaring, surga
atau pun bumi tak akan dapat bertahan, tidak pula matahari atau bulan, tidak
seorang pun akan tersisa.
Seorang raja suatu ketika berkata kepada
darwiys, “Saat engkau menikmati keagungan dan kedekatan pada Istana Tuhan,
beritahulah aku.”
“Apabila aku telah sampai pada
Kehadiran-Nya,” kata sang darwiys, “dan aku mengungkapkan sinar dari Matahari
Keindahan itu, aku tidak akan mampu untuk memberitahu kepda diriku, apalgai
kepadamu.”
Meski demikian, apabila Tuhan telah memilih
satu pelayan-Nya dan menyebabkannya terserap ke dalam Diri-Nya, apabila setiap
orang mesti berebut memegang pakaian-Nya dan membuat permintaan kepada Tuhan,
Tuhan akan mengabulkan permintaan yang paling dekat dengan-Nya walau pun dia
tidak mengatakan permintaannya.
Ada sebuah cerita tentang seorang raja yang
memiliki warga yang dia kasihi dengan pernhargaan amat tinggi. Ketika orang itu
berencana berangkat ke istana raja, orang-orang yang memiliki permintaan akan
memberikan surat untuk diberikan kepada raja, dan dia meletakkan surat itu di
dalam kantung. Ketika tiba di hadapan raja dan cahaya keindahan raja bersinar
kepadanya, dia akan jatuh tak sadarkan diri pada kaki bagindanya. Raja akan
meletakkan tangannya dengan penuh kasih ke dalam kantung pria itu, dan berkata
: “Apakah ini, warganegaraku, siapa yang telah terserap ke dalam keindahan
diriku?” Dia akan menarik surat itu kemudian mencatat persetujuan pada
belakangnya lalu mengganti semua susrat-surat dalam kantung itu. Kemudian,
tanpa kehadiran orang-orang yang meminta, seluruh permintaan dikabulkan. Tidak
satu pun yang ditolak. Kenyataannya, pemohon diberi lebih daripada yang mereka
minta. Meski demikian, lebih dari ratusan permintaan dibuat warga lain yang
tetap sadar dan mempu menghadirkan permohonan kepada raja atas nama orang lain,
hanya sedikit yang dikabulkan.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.