بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Terjemah Kitab
“Fihi ma Fihi”
Cara
Yang Mengenal Dirinya – Yang Mengenal Tuhannya
Karya: Jalaluddin Rumi
DUA
KATA-KATA HANYALAH BAYANGAN REALITAS
Seseorang
berkata : “Guru kita tidak menyampaikan apa pun.”
“Demikianlah,”
jawabku, “Orang ini telah muncul di hadapanku karena ciri mental yang ada di
dalam diriku. Citra mental milikku itu tidak menanyainya, “Apa kabar?” ataua
“Bagaimana kabarmu?” Citra mental diriku menarik hatinya tanpa menggunakan
kata-kata. Jika dalam kenyataannya, citra mental milikku dapat menarik hatinya
tanpa kata-kata hingga dapat membawanya ke tempat lain. Lalu apa yag aneh dari
hal itu?”
Kata-kata
tidak lain hanyalah “Bayangan” dari kenyataan. Kata-kata merupakan cabang dari
kenyataan. Apabila “bayangan” saja dapat menawan hati, betapa mempesona
kekuatan kenyataan yang ada di balik bayangan?!”
Kata-kata
hanyalah pra-teks. Aspek simpatilah yang dapat menarik hati satu orang pada
orang lain, bukan kata-kata. Walau pun mnusia dapat melihat ribuan mukjizat
yang dimiliki seorang Nabi atau seorang suci, hal itu tidak akan mebawa
keuntungan baignya sama sekali apabila dia tidak memiliki simpati keapda Nabi
atau pun orang suci itu. Unsur simpatilah yang dapat mengguncangkan dan
menggelisahkan seseorang. Apabila tidak terdapat unsur simpati warna gading
pada batang padi itu tidak akan pernah dipersoalkan warna gading. Meski pun
begitu, simpati yang memiliki kekuatan dahsyat itu tidak dapat diidnra oleh
seseorang.
Gambaran
mental dari segala sesuatu yang hinggap di kepala manusia akan membawanya
kepada hal itu. Gambaran tentang “taman” akan membawa manusia menuju ke sebuah
taman. Gambaran tentang “toko” akan membawa manusia menuju sebuah toko. Tetapi
terdapat sesuatu muslihat tersembunyi di dalam gambaran mental tersebut.
Seringkali kita mengalami ketika kita pergi ke suatu tempat . Tiba-tiba saja
kita mendapati bahwa tempat yang kita tuju tersebut tidak seperti yang
ada di dalam gambaran kita, dalam citraan mental kita. Ketika mendapati
kenyataan itu kita akan merasa kecewa dan berkata : “Aku pikir, tempat ini
sebagus yang kubayangkan. Tapi ternyata tidak seindah gambarannya.”
Citraan-citraan atau gambaran-gambaran mental itu seperti kain kafan. Seseorang
dapat bersembunyi di balik kain kafan. Ketika citra dihilangkan, dan kenyataan
muncul tanpa diiringi citraan mental , maka terjadilah proses penyadaran
kembali. Kita seakan kembali terbangun dari tidur kita. Ketika suatu peristiwa
telah terjadi, maka tidak akan ada kesempatan lagi untuk merasa kecewa.
Kenyataan yang dapat mempersoalkanmu tidak lain adalah kenyataan itu sendiri.
Hari ketika segala pikiran dan perbuatan yang tersembunyi akan diuji (QS.86:9).
Apakah
sesungguhnya yang sedangkan kita perbincangkan? Di dalam hakikatnya, “Yang
mempersoalkan (yang menjadi pangkal persoalan)” adalah satu, tetapi tampak
terlihat bermacam-macam. Tidakkah engkau lihat betapa seorang manusia kerap
memiliki ratusan keinginan berbeda? Aku ingin mieku ingin kue basah. Aku ingin
buah-buahan. Aku ingin kurma.” Begitu banyak keinginan berbeda yang diungkapkan
dengan jelas oleh setiap orang. Meski demikian, asal mula segala hal itu adalah
satu, dan itu adalah rasa lapar. Tidakkah engkau lihat ketika orang gyang sama
ini telah memakan jatahnya?”
Dia akan berkata : “Maka nyataah bahwa sebenarnya
tidak ada apa yang dikatakan dengan sepuluh atau seratus hal, yang ada hanya
satu. “Kami telah mengungkapkan jumlah mereka hanya untuk menyebabkan
perselisihan di antara mereka (QS.74:31).
Kelipatgadaan
di antara manusisa memang menipu, karena mereka berkata, “Ini satu”. Dan “Semua
ini seratus”, yakni, mereka mengatakan orang suci itu unik, sedangkan orang
kebanyakan disebut “seratus” atau “ribuan”. Ini adalah tipuan besar. Cara
berpikirmu mengatakan yang banyak bermacam-macam dan yang satu itu unik,
betul-betul menipu. Kami telah mengungkapkan jumlah mereka banyak untuk
menyebabkan perselisihan (QS. Al-Muddatstsir 74:31). Masing-masing dari mereka
akan berkata, “Mana yang ribuan, lima uluhan?” atau, “Mana yang enam puluh?”
Orang-orang menjadi kehilangan kontrol dan tidak terkendali tanpa nalar, tanpa
pikiran. Seperti jimat, mereka menguap bagaikan merkuri dan air raksa, Akankah
engkau katakan mereka limapuluhan?” Seratus?” seribu?” Dan kemudian masih
menyebut yang ini satu? Engkau bisa saja menyebut mereka tiada dan dia ribuan,
atau ratusan ribu, atau jutaan. “Sedikit apabila dihitung, akan tetapi banyak
dalam kekuatan.”
Seorang
raja suatu hari memberi ransum bagi satu orang prajurit yang cukup untuk
seratus orang. Angkatan bersenjata merasa keberatan. Tetapi sang raja berkata :
“Harinya akan tiba ketika aku akan menunjukkan kepadamu kenapa aku melakukan
ini.” Dan ketika telah datang hari pertempuran, seluruh pasukan melarikan diri
kecuali prajurit itu. Dia tetap kuat bertahan dan berjuang. “Di sinilah nalarku
bekerja merencanakan pekerjaan yang akan aku lakukan.” Kata sang raja.
Manusia
meski melepaskan alasan kedua dari kemampuan pemahamannya dan menoleh kepada
agama untuk memperoleh bantuan pemahaman. Karena Agamalah yang mampu menemukan
bantuan yang biasanya datang dengan sembunyi-sembunyi.
Meski demikian, apabila
seseorang menghabiskan hidupnya dengan kebododhan tanpa menggunakan nalar, maka
pemahaman dirinya akan tumbuh dengan lemah dan tidak akan mampu mengenali
kekuatan Agama. Engkau menumbuhkan keberadaan fisikal ini, padahal di dalamnya
tidak terdapat kecerdasan sedikit pun!.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Title : Terjemah Kitab “Fihi ma Fihi” 2. KATA-KATA HANYALAH BAYANGAN REALITAS
Description : Terjemah Kitab “Fihi ma Fihi” Cara Yang Mengenal Dirinya – Yang Mengenal Tuhannya Karya: Jalaluddin Rumi DUA KATA-...