اَلْحَمْدُ
ِللهِ ، اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ أَحْرَمَ رَجَبَ بِإِسْرَاءِ الرَّسُوْلِ مِنَ
الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ اْلأقْصَى ، وَالَّذِيْ يَأْمُرُنَا
بِالتَّقْوَى مْدَّةَ أُمُوْرِنَا ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ فِيْ كُلِّ
أَهْوَالِنَا ، أشْهَدْ أنْ لاَ إلَهَ إلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أشْرَفِ عِبَادِهِ
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَعِتْرَتِهِِِِ أمََّا بَعْدُ :
فَيَا أيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَالسَّمْعَ
وَالطَّاعَةِ
قَالَ اللهُ
سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى : سُبْحَانَ الَّذِى أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ
الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ اْلأَقْصَا الَّذِى باَرَكْنَا حَوْلَهُ
لِنُرِيَهُ مِنْ آيَتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ ، وَقَالَ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : وَإنْ تَأْمُرُ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ
فَإنَّهُ مَنْ يَعْشَ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا، فَعَلَيْكُمْ
بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اْلمَهْدِِِيِّيْنَ مِنْ
بَعْدِيْ تَمَسَّكُوْا بِهَا وَعَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ ، فَاتَّقِِ
اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وأتْبِعِِِِِ السَّيِّئَةَ الْجَسَنَةَ تَمْحُهَا
وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَََنٍ
Hadirin Sidang Jum'at yang
Dimuliakan Allah SWT
Tanpa terasa, sepekan sudah kita melewati bulan Rajab di
tahun ini. Beraneka kejadian dan peristiwa terus berlalu silih berganti, mengisi
tiap detik, menit, jam, hari dan minggu-minggu kita. Berbagai kondisi kita lalui
dari tahun ke tahun. Ada kebahagiaan yang kita rayakan dan ada kesedihan yang
kita rasakan, namun kita harus tetap hidup tanpa penyesalan. Kita mesti
senantiasa optimis, meski berbagai rintangan senantiasa menghimpit dan menguras
keimanan.
Karena ketaqwaan adalah pangkal dari segala sikap dan keputusan
kita menghadapi problematika dunia, maka marilah kita senantiasa meningkatkan
ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Marilah senantiasa kita bertambah percaya,
yakin dan menaati perintah-perintah Allah SWT serta secepat mungkin, sejauh
mungkin menghindari larangan-larangan Allah SWT. Karena hanya dengan
ketaqwaanlah kita dapat meniingkatkan kualitas kehidupan kita. Taqwa dalam arti
sebenarnya, bukan taqwa asal merasa takut, namun tindakannya senantiasa tercela
di mata Allah. Seperti halnya Rajab adalah bulan mulia di sisi Allah, maka kita
mestilah memuliakannya dengan sungguh-sungguh.
Rasululah SAW berdabda
:
ألاَ إنَّ الزَمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْم خَلَقَ اللهُ
السَّمَوَاتَ وَالْأرْضَ السَّنَةَ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً مِنْهَا أرْبَعَةُ
حَرَمٌ، ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو القَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ
وَرَجَبُ مُضَرُّ بَيْنَ جُمَادِى وَشَعْبَانَ. مُتَّفَقٌ
عَلَيْهِ
”Sesungguhnya zaman berputar sebagaimana
bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Dalam setahun
terdapat dua belas bulan yang di antaranya terdapat empat bulan yang dihormati,
tiga bulan diantaranya berturut-turut Dzulqaidah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab
Mudhar, yang terdapat diantara bulan Jumadil Tsani Tsaniah dan Sya’ban.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Hadits ini secara jelas menunjukkan bahwa Bulan rajab
adalah bulan yang dumuliakan oleh Allah. Maka sebagai konsekwensi dari ketaqwaan
kita kepada Allah dan kepercayaan kita kepada Rasulullah Muhammad SAW, maka
tentulah kita juga memuliakan bulan ini.
Hadirin Jamaah Jum'at
Rahimakumullah
Bagaimana pun juga masa yang akan datang harus kita hadapi
dengan keimanan dan ketakwaan yang melimpah. Apapun pun kondisi yang telah
menimpa kita dalam waktu-waktu yang lalu, baik yang telah lama maupun yang baru
saja terjadi; yang masih begitu segar dalam ingatan kita, namun esok hari
tetaplah misteri. Mungkin kemarin kita sangat berat dan mengalami kesulitan
dalam hidup, namun bukan berarti kita boleh takut menghadapi fajar esok
hari.
Bulan Rajab, sungguh mengajarkan kepada kita bahwa kita Allah pasti
memiliki rencana, kelak kita akan mensyukuri sebuah karunia setelah berbagai
cobaan yang kita rasakan. ”Paket perjalanan” Rasulullah di bulan Rajab merupakan
sebuah pelajaran sangat berharga bagi kita bahwa setiap kesusahan dan rintangan
dalam menjalankan misi dakwah pasti digantikan dengan anugerah yang menjadikan
hidup kita lebih berkualitas.
Terlebih bahwa setiap anugerah juga
sebenarnya selalu mengandung ujian bagi kita untuk semakin mengintensifkan
segala potensi kita demi mengupayakan keridhoan Allah SWT. Sejarah seputar
peristiwa Isra’ Mi’raj merupakan palajaran berharga, bagaimana kesusahan dan
kesedihan tergantikan dengan sebuah pesan (berupa sholat lima waktu) sebagai
sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Allah SWT berfirman
:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً فِي
كِتَابِ اللّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَات وَالأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ
ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلاَ تَظْلِمُواْ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ وَقَاتِلُواْ
الْمُشْرِكِينَ كَآفَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَآفَّةً وَاعْلَمُواْ أَنَّ
اللّهَ مَعَ الْمُتَّقِينََ
”Sesungguhnya bilangan bulan
pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu
menciptakan langit dan bumi, di antaranya (terdapat) empat bulan haram. Itulah
agama yang lurus. Maka janganlah kamu menganiaya diri dalam bulan-bulan
tersebut, dan perangilah kaum musyrikin sebagaimana mereka pun memerangi kamu,
dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS. At-Taubah,
9:36)
Tafsir Ath-Thabari menyebutkan bahwa keempat bulan haram yang
dimaksud adalah Dzul Qa'dah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab. Karenanya, mereka
tidak mengenal peperangan yang terjadi pada bulan-bulan ini.
Orang-orang tidak diperkenankan
menganiaya dan berkelahi di antaranya pada bulan-bulan ini. Jika di antara
mereka terjadi perselisihan, maka biasanya ditangguhkan hingga bulan-bulan
tersebut telah lewat. Pembalasan dendam di antara anggota-anggota keluarga yang
terluka dan terbunuh juga menunggu bulan-bulan ini berlalu. Masyarakat jahiliyah
pun mengikuti peraturan ini. Lalu apakah kita sebagai umat Muhammad tidak ingin
memuliakan bulan ini?
Hadirin Sidang Jum'at yang Berbahagia
Marilah
kita belajar kepada Sejarah. Sungguh di bulan Rajab ini terdapat sebuah i’tibar
(cerminan) yang sangat nyata untuk kita teladani bersama. Bila mau bercermin
kepada sejarah, maka senyatanya umat Islam akan mendapatkan pelajaran yang
sangat berharga di bulan Rajab. Pelajaran tentang ketabahan dan keyakinan kepada
balasan Allah Yang Maha Bijaksana.
Pada tahun kedelapan dari kenabian,
Rasulullah SAW mendapatkan beberapa cobaan yang teramat berat baginya dan bagi
para pengikutnya. Ujian itu adalah embargo kaum kafir Quraisy dan sekutunya
terhadap umat Islam. Aksi embargo ini masih dijalankan meskipun waktu telah
memasuki bulan Haram. Artinya Nabi beserta para sahabatnya tetap merasakan
penganiayaan dan kedhaliman dari mereka yang biasanya menghentikan segala
aktivitas permusuhan terhadap lawan-lawannya.
Setelah delapan tahun
mendakwahkan agama Allah kepda kaumnya dengan didampingi dan dilindungi oleh dua
orang kuat suku Qurays, yakni pamannya dan istrinya, maka pada tahun ini
Rasulullah harus rela ketika keduanya dipanggil menghadap Sang Rabb. Dengan
demikian, pada waktu itu Nabi tiada lagi memiliki pembela yang cukup kuat di
hadapan kaumnya sendiri yang memusuhi kebenaran.
Sehingga Rasulullah
kemudian mengijinkan kepada para pengikutnya untuk berhijrah ke Thaif. Namun
rupanya Bani Tsaqif yang menguasai tanah Thaif tidaklah memberikan sambutan
hangat kepada para sahabatnya. Mereka yang datang meminta pertolongan justru
diusir dan dihinakan sedemikian rupa. Mereka dilempari batu hingga harus kembali
dengan kondisi berdarah-darah.
Keseluruh cobaan berat ini dialami
Rasulullah dan para sahabatnya pada tahun yang sama, yakni tahun kedelapan
semenjak Rasulullah memproklamirkan dirinya sebagai Nabi akhir
zaman.
Atas cobaan yang taramat berat dan bertubi-tubi ini, maka Allah
SWT kemudian memberikan ”sekadar hiburan” kepada Muhamad SAW yang sedang
berkabung dengan segala keadaan dan perasaannya. Rasulullah menerima ”sepaket
perjalanan rekreasi” untuk menyegarkan kembali ghirroh (Semangat) perjuangannya
dalam menegakkan misi Tauhid di Bumi.
”Paket perjalanan” yang kemudian
disebut sebagai Isra’ Mi’roj ini sejatinya adalah sebuah pesan kepada seluruh
umat Muhammad bahwa, segala macam cobaan yang seberat apa pun haruslah kita
lihat sebagai sebuah permulaan dari akan dianugerahkannya sebuah kemuliaan
kepada kita.
Sidang Jum'at yang dimuliakan Allah
Hal lain yang dapat
kita petik pelajaran dari bulan Rajab selanjutnya adalah perjalanan Rasulullah
Muhammad SAW dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha yang tercover dalam
firman Allah SWT :
سبْحانَ الَّذِى
أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ
اْلأَقْصَا الَّذِى باَرَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَتِنَا إِنَّهُ,هُوَ
السَّمِيْعُ الْبَصِيْر
”Maha Suci Allah yang telah memperjalankan
hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, yang telah kami
berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda
(kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pendengar lagi Maha Melihat” (QS.
Al Isra’:1)
Adalah sebuah pesan persaudaraan dan persahabatan di antara
para hamba Allah. Bahwa umat Islam sebagai umat terbaik semestinya senantiasa
menunjukkan sikap kedewasaan dan kematangan dalam berinteraksi dengan umat-umat
lain.
Meski Nabi Muhammad SAW dapat saja langsung menuju langit dari
Makkah, namun Allah tetap membawanya menuju Masjidil Aqsha, pusat peribadahan
nabi-nabi sebelumnya. Ini dapat berarti bahwa umat Islam tidak memiliki larangan
untuk berbuat baik terhadap sesama manusia, sekalipun kepada golongan di luar
Islam. Hal ini dikarenakan, Islam menghargai peraturan-peraturan sebelum Islam,
seperti halnya khitan yang telah disyariatkan sejak zaman Nabi Ibrahim
AS.
Dalam skala intern umat Islam, kita semestinya senantiasa menjaga
ikatan persaudaraan dan silaturrahim demi memperkuat ketaqwaan, keimanan dan
persaudaraan sesama Muslim. Dengan demikian maka, Bulan Rajab adalah bulan mulia
yang harus kita sambut dengan menambahkan keyaqwaan dan keikhlasan.
Kita harus rajin-rajin melaksanakan
sholat lima waktu yang merupakan oleh-oleh dari Isro’ Mi’roj Rasulullah SAW di
bulan Rajab tahun kedelapan dari kenabian. Kita harus tegar menghadapi hidup
meskipun hidup penuh dengan cobaan dan rintangan. Umat Islam harus senantiasa
optiomis dan yakin pada janji Allah, akan kebahagiaan dunia dan akhirat bagi
siapa pun hamba-Nya yang senantiasa meningkatkan ketaqwaan, karena demikianlah
pesan bulan Rajab.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْمِ. وَتَقَبِّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَِّهُ
هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ
الْعَظِيْمَ لَِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ
الرَّحِيْم