بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Nasehat- Nasehat Para Ulama’ Sufi
Tanda-tanda Ulama
لا يكمل عالم في مقام العلم حتى يبتلى بأربع: شماتة الأعداء،
وملامة الأصدقاء، وطعن الجهال، وحسد العلماء. فإن صبر جعله الله إماماً يقتدى به
Seorang alim belum akan mencapai tingkat kesempurnaan
ilmunya hingga mengalami 4 Ujian :
1. Kegembiraan musuh (sebab cobaan yg menimpanya),,
2. Celaan para sahabat,,
3. Hinaan orang orang bodoh,,
4. Iri hati kalangan ulama,,
Jika dia mampu bersabar terhadap itu semua, pasti Allah
akan menjadikannya sebagai pemimpin yg diikuti.
(Imam Abu al-Hasan
asy-Syadzily rahimahullah)
Nasehat- Nasehat Syeikh
Ibrahim Bin Adham :
I. Ketika beliau sedang melaksanakan thowaf, beliau
berkata kepada seorang laki laki :
"Ketahuilah bahwa kamu tidak akan mencapai tingkatan
orang sholeh sebelum kau melalui 6 jalan yaitu :
1) Tutuplah pintu kesenangan dan bukalah pintu
kesengsaraan.
2) Tutuplah pintu kesombongan dan bukalah pintu
kerendahan.
3) Tutuplah pintu bersantai dan bukalah pintu perjuangan.
4) Tutuplah pintu tidur dan bukalah pintu bangun (sedikit)
tidur.
5) Tutuplah pintu kekayaan dan bukalah pintu kemiskinan
6) Tutuplah pintu harapan dan bukalah pintu persiapan
kematian "
II. Suatu ketika Syaikh Ibrahim Bin Adham pernah menjaga
kebun anggur, kemudian lewatlah seorang prajurit dan berkata "Berilah kami
anggur !!" Kemudian beliau-pun berkata " Maaf, pemiliknya tidak
menyuruhku begitu. aku disuruh hanya untuk menjaga". mendengar jawaban
Syaikh Ibrahim Bin Adham lantas prajurit tersebut memukul beliau dengan cambuk,
sementara Syaikh Ibrahim Bin Adham-pun Hanya menganggukkan kepala beliau seraya
berkata " PUKULLAH KEPALA INI SELAMA IA DURHAKA KEPADA ALLAH !!!
" mendengar perkataan beliau prajurit itu pun lantas pergi meninggalkan
beliau.
Cuplikan dari kitab Risalatul Qusyairiyyah (Induk Kitab
Tasawuf)
Syaikh Ibrahim Bin Adham merupakan Guru dari Syaikh Syaqiq
Al balkhi dimana beliau adalah gurunya Hatm Al Ashom Naffa'nallahu biulumihim
...
(5 Syarat Berbuat Maksiat
menurut Ulama Shufi Ibrahim Bin Adham)
Kisah taubatnya seorang pemuda di hadapan Ibrahim Bin
Adham rodhiallohu anhu wa ardhoh..
Diriwayatkan bahwa Syaikh Ibrahim bin Adham didatangi oleh
orang yang mengaku ahli maksiat. Ia mengutarakan niatnya untuk keluar dari
kubangan dunia hitam. Ibrahim bin Adham memberikan nasihatnya seraya berkata:
"Jika ingin menerima 5 syarat dan mampu melaksanakannya, maka tak mengapa
kamu meneruskan kesukaanmu berbuat maksiat."
Mendengar perkataan Ibrahim, ahli maksiat dengan penasaran
bertanya: "Ya Abu Ishaq (panggilan Ibrahim bin Adham), apa
syarat-syaratnya?"
Ibrahim bin Adham berkata: "Pertama, jika ingin
melakukan maksiat kepada Allah, janganlah kamu memakan rizkiNya."
Pemudian itu pun berkata "Lalu aku harus makan dari
mana? Bukankah semua yang ada di bumi ini rizki Allah?" kata sang ahli
maksiat keheranan
Ibrahim bin Adham berkata lagi: "Ya, kalau sudah
menyadarinya, masih pantaskah kamu memakan rizkiNya, sedangkan kamu melanggar
perintah-pertintahNya?"
Kemudian pemuda tersebut berkata“Apa syarat-syarat yang
kedua ?”
Ibrahim bin Adham berkata "Jika kamu ingin bermaksiat
kepadaNya, maka janganlah kamu tinggal di bumiNya."
Pemuda tersebut berkata “ Ini lebih berat dari yang
pertama, Ya Aba Ishaq (panggilan syaikh Ibrahim bin adham) jika barat dan timur
serta apa yang ada di antaranya adalah milik Allah, kalau-lah demikian aku akan
tinggal di mana”
"Wahai hamba Allah renungkanlah olehmu, apakah masih
pantas memakan rizkiNya dan Menempati Bumi-NYA sedang kamu tetap gemar
melakukan “
Dengan tertunduk malu, Pemuda itupun berkata “Apa
syarat-syarat yang ketiga?”
Ibrahim bin Adham berkata: " Jika kamu berbuat
maksiat, sedang kamu (1) mau makan rizkiNya, (2) mau tinggal di bumiNya, maka
CARILAH SUATU TEMPAT YANG TERSEMBUNYI DAN TIDAK DAPAT DILIHATNYA, DAN
BERMAKSIATLAH DISANA!!! "
"Ya Abu Ishaq, mana mungkin Allah tidak melihat-ku
sedang dia mengetahui segala sesuatu yang tersembunyi dikehidupan ini?"
Ujar lelaki tersebut
Sang ahli maksiat itu pun terdiam merenungkan
petuah-petuah Ibrahim.
“Maka apakah pantas engkau bermaksiat kepada Allah sedang
Allah senantiasa melihatmu” kata Ibrahim Bin adham.
Lalu pemuda itu kembali bertanya: "Ya Aba Ishaq, kini
apa lagi syarat yang ke empat?"
Ibrahim bin Adham berkata: "Kalau malaikat maut
datang hendak mencabut ruhmu, katakanlah: "Undurkanlah kematianku hingga
aku bertaubat dengan sebenar benarNYA taubat dan melakukan amal sholeh."
"Ya Abu Ishaq, mana mungkin malaikat maut mau mengabulkan
permintaanku itu?" jawab pemuda itu.
Ibrahim bin Adham berkata “JIKA KAU TAK SANGGUP MENOLAK
KEMATIAN, DAN KAU MENGETAHUI BAHWA JIKA KEMATIAN DATANG MAKA TAK DAPAT DI
UNDUR, MENGAPA KAU TETAP SUKA BERBUAT MAKSIAT ”
Pemuda tersebut berkata " Abu Ishaq, sekarang
sebutkan apa syarat yang ke lima?"
Ibrahim Bin Adham berkata "Kalau malaikat Zabaniyah
hendak membawamu ke neraka di hari kiamat, untuk mngantarkanmu ke neraka
janganlah engkau mau ikut bersamanya."
Pemuda itu berkata "Ya Abu Ishaq, jelas saja dia
(malaikat Zabaniyah) tidak akan mungkin membiarkan aku menolak
kehendakNya."
Ibrahim Bin Adham berkata "Kalau demikian, jalan apa
lagi yang dapat menyelamatkanmu wahai hamba Allah?"
Pemuda itu berkata "Ya abu Ishaq, cukuplah! Cukup!
Jangan engkau teruskan lagi, mulai detik ini aku mau beristighfar dan mohon
ampun kepada Allah. Aku benar-benar ingin bertaubat, aku akan senantiasa
beribadah kepada Allah sehingga kematian mendekatiku "
KISAH HATIM AL ASHOM DAN GURUNYA SYAQIQ
AL BALKHY
Dalam ihya' ulumuddin kitabul ilm diterangkan :
روي عن حاتم الأصم، تلميذ شقيق البلخي رضي
الله عنهما أنه قال له شقيق: "مُنْذُ كَمْ صحبتَنِي؟"،
قال حاتم: "منذُ ثلاثٍ وثلاثين
سنةً"، قال: "فَمَا تَعَلَّمْتَ مِنِّي في هذه المدة؟"، قال:
"ثَماني مَسَائِلَ"، قال شقيق له: "إنا لله وإنا إليه راجعون،
ذَهَبَ عُمْرِي مَعَكَ ولَم تَتَعَلَّمْ إِلاَّ ثَمَانِيَ مَسَائِلَ؟!"، قال:
"يا أستاذُ، لَمْ أَتَعَلَّمْ غَيْرَهَا. وَإِنِّي لاَ أُحِبُّ أَنْ
أَكْذِبَ"، فقال: "هَاتِ هَذِهِ الثَّمَانِي مسائلَ حَتَّى
أَسْمَعَهَا"، قال حاتم: "نظرتُ إلى هذا الخلقِ فَرَأَيْتُ كُلَّ
وَاحِدٍ يُحِبُّ مَحْبُوْبًا، فَهُوَ مَعَ مَحْبُوْبِهِ إِلَى القَبْرِ. فَإِذَا
وَصَلَ إِلَى القَبْرِ فَارَقَهُ. فَجَعَلْتُ الحَسَنَاتِ مَحْبُوْبِي. فَإِذَا
دَخَلْتُ القَبْرَ دَخَلَ مَحْبُوبي مَعِي"، فَقَالَ: "أَحْسَنْتَ يَا
حَاتِمُ، فَمَا الثَّانِيَةُ؟"
فقال: "نظرتُ فِي قول الله عز وجل:
"وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الهَوَى
فَإِنَّ الجَنَّةَ هِيَ المَأْوَى"، فَعَلِمْتُ أَنَّ قولَه سبحانه وتعالى
هُوَ الحَقُّ، فَأَجْهَدْتُ نَفْسِي فِي دَفْعِ الهَوَى حَتَّى اسْتَقَرْتُ على
طاعةِ اللهِ تعالى؛
الثالثةُ أني نظرتُ إلى هذا الخلقِ فرأيتُ
كلّ ممن معه شيءٌ له قيمةٌ ومقدارٌ رَفَعَه وَحَفِظَهُ، ثم نظرتُ إلى قول الله عز
وجل: "مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللهِ بَاقٍ". فَكلما وقع معي
شيءٌ له قيمةٌ ومقدارٌ وَجَّهْتُهُ إلى الله لِيَبْقَى عِنْدَه محفوظا؛
الرابعة أني نظرت إلى هذا الخلق فرأيت كلَّ
واحدٍ منهم يرجِعُ إلى المالِ، وإلى الحسب، والشرف، والنسب، فنظرتُ فيها فإذا هي
لا شيءَ، ثم نظرتُ إلى قول الله تعالى: "إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ
أَتْقَاكُمْ"، فعملتُ فِي التَّقْوَى حتى أكونَ عند الله كريما؛
الخامسة أني نظرتُ إلى هذا الخلق، وهم
يَطْعُن بعضُهم في بعضٍ ويُلْعِن بعضُهم بعضا. وأصلُ هذا كله الحسدُ، ثم نظرتُ إلى
قول الله عز وجل: "نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيْشَتَهُمْ فِي الحَيَاةِ
الدُّنْيَا"، فتركتُ الحسدَ وَاجْتَنَبْتُ الخلقَ وَعَلِمْتُ أَنَّ القسمةَ
مِن عِنْدِ اللهِ سبحانه وتعالى، فَتَرَكْتُ عَدَاوَةَ الخلقِ عَنِّي؛
السادسة نظرتُ إلى هذا الخلقِ يَبْغِي
بَعْضُهم على بعضٍ وَيُقَاتِل بعضُهم بعضا، فرجعتُ إلى قول الله عز وجل:
"إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوْهُ عَدُوًّا"، فعاديتُه
وحدَه وَاجْتَهَدْتُ فِي أَخذ حذري منه لأن اللهَ تعالى شهِد عليه أَنَّهُ عَدُوٌّ
لِي، فَتَرَكْتُ عَدَاوَةَ الخَلْقِ غَيْرَهُ؛
السابعة نظرتُ إلى هذا الخلقِ فَرَأَيْتُ
كلَّ واحدٍ منهم يطلب هذه الكسرةَ فَيذِلُّ فِيها نفسه ويدخل فيما لا يَحِلُّ له،
ثم نظرتُ إلى قوله تعالى: "وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى
اللهِ رِزْقُهَا"، فَعَلِمْتُ أني واحدٌ من هذه الدوابِ الَّتِي على الله
رزقُها، فاشتغلتُ بما لله تعالى عليَّ وَتَرَكْتُ ما لي عنده؛
الثامنة نظرت إلى هذا الخلق فرأيتُهم
كلَّهم مُتَوَكِّلِينَ على مخلوقٍ: هذا على ضَيْعَته، وهذا على تِجَارتِه، وهذا
على صِنَاعته، وهذا على صحة بَدَنِه. وكل مخلوق متوكل على مخلوقٍ مثلَه. فرجعت إلى
قوله تعالى: "وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَهُوَ حَسْبُهُ"، فتوكلتُ
على الله عز وجل فهو حسبي.قال شقيق: "يا حاتم، وفقك الله تعالى…"
Terjemah
:
Syeikh Syaqiq al-Balkhi bertanya kepada muridnya, Hatim
al-Asham:
“Berapa lama kamu nyantri kepadaku?”Hatim menjawab: “Sudah
sejak 33 tahun…”Syaqiq bertanya lagi: “Apa yang kamu pelajari dariku selama
itu?”Hatim menjawab: “Ada delapan perkara…”Syaqiq berkata: “Inna lillahi wa
inna ilayhi raji’un. Aku habiskan umurku bersamamu selama itu, dan kamu tidak
belajar kecuali delapan perkara?!”Hatim menjawab: “Guru, aku tidak belajar
selainnya. Sungguh aku tidak bohong…”Syaqiq kemudian berkata lagi: “Coba
jelaskan kepadaku apa yang sudah kamu pelajari…”Hatim menjawab:
“Pertama, saya memperhatikan manusia, dan
saya lihat masing-masing mereka menyukai kekasihnya hingga ke kuburannya. Tapi
ketika dia sudah sampai di kuburnya, kekasihnya justru berpaling darinya… Maka
saya kemudian menjadikan amal kebaikan sebagai kekasih saya, yang apabila saya
meninggal dan masuk ke liang kubur, dia akan ikut bersama saya…Syaqiq berkata:
“Pinter kamu Hatim. Sekarang apa yang kedua?”
Kedua,
saya memperhatikan firman Allah Ta’ala
:وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ
رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الهَوَى فَإِنَّ الجَنَّةَ هِيَ المَأْوَى
(Dan adapun orang yang takut pada kebesaran Tuhannya dan
menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat
tinggal(nya).) [Surat an-Nazi’at (79): 40-41]Maka saya ketahui bahwa firman
Allah-lah yang benar. Karena itu saya meneguhkan diri saya dalam menolak hawa
nafsu, hingga saya mampu menetapi ketaatan kepada Allah Ta’ala.
Ketiga,
saya memperhatikan manusia, dan saya amati masing-masing memiliki sesuatu yang
berharga, yang dia menjaganya agar barang tersebut tidak hilang. Kemudian saya
membaca firman Allah Ta’ala
:مَا
عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللهِ بَاقٍ
(Apa yang ada di sisimu akan lenyap dan apa yang ada di
sisi Allah kekal) [Surat an-Nahl (16): 96]Dari situ, apabila saya memiliki
sesuatu yang berharga, maka segera saja saya serahkan kepada Allah, agar
milikku terjaga bersamaNya tidak hilang.
Keempat,
saya memperhatikan manusia dan saya ketahui masing-masing mereka membanggakan
harta, kemuliaan leluhur, pangkat dan nasabnya. Kemudian saya membaca firman
Allah Ta’ala :إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ
(Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di
sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kalian) [Surat
al-Hujurat (49): 13]Maka saya takwa, hingga menjadikan saya mulia di sisi Allah
Ta’ala.
Kelima,
saya memperhatikan manusia, dan (saya tahu) mereka mencela dan mencaci antara
satu dengan yang lainnya. Saya tahu masalah utamanya di sini adalah sifat iri
hati. Maka saya kemudian membaca firman Allah Ta’ala
:نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ
مَعِيْشَتَهُمْ فِي الحَيَاةِ
الدُّنْيَا
(Kami telah menentukan pembagian nafkah hidup di antara
mereka dalam kehidupan dunia) [Surat az-Zukhruf (43): 32]Maka saya kemudian
menanggalkan sifat iri hati dan menghindar dari manusia, karena saya tahu bahwa
pembagian rizki itu benar-benar dari Allah Ta’ala, yang menjadikanku tidak patut
memusuhi dan iri kepada orang lain.
Keenam,
saya memperhatikan manusia, yang mereka saling menganiaya dan memerangi antara
satu dengan yang lainnya. Kemudian saya melihat firman Allah Ta’ala
:إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ
عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوْهُ عَدُوًّا
(Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagi kalian, maka
anggaplah ia musuh (kalian).) [Surat Fatir (35): 6]Maka kemudian saya
menghindar dari memusuhi orang lain, dan sebaliknya saya berusaha fokus dan
penuh waspada dalam menghadapi permusuhan syaitan.
Ketujuh,
saya memperhatikan manusia, maka saya lihat masing-masing menghinakan diri
mereka sendiri dalam mencari rizki. Bahkan ada di antara mereka yang berani
menerjang hal-hal yang tidak halal. Saya kemudian melihat kepada firman Allah
Ta’ala :وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى
اللهِ رِزْقُهَا
(Dan tidak ada satu binatang melata pun di bumi ini
melainkan Allah-lah yang menanggung rizkinya) [Surat Hud (11): 6]Saya kemudian
menyadari bahwa saya adalah salah satu dari binatang yang Allah telah menanggung
rizkinya. Maka saya kemudian menyibukkan dengan apa yang telah Allah
anugerahkan kepadaku, dan sebaliknya saya meninggalkan apa-apa yang tidak
dibagikan kepadaku.
Kedelapan,
saya memperhatikan manusia, dan saya lihat masing-masing mereka menyerahkan diri
kepada makhluk lain seumpamanya: sebagian karena sawah ladangnya, sebagian
karena perniagaannya, sebagian karena hasil karya produksinya, dan sebagian
lain karena kesehatan badannya. Maka saya melihat kepada firman Allah Ta’ala :وَمَنْ
يَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَهُوَ حَسْبُهُ (Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah niscaya Ia akan
mencukupi (keperluan)-nya.) [Surat al-Thalaq (65): 3]Maka saya kemudian
menyerahkan diri dan mempercayakan semuanya kepada Allah Ta’ala, karena Dia
akan mencukupi segala keperluanku..
Wallohu a'lam..
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.