بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Terjemah Al-Washaya li Ibn al-‘Arabi
Wasiat – Wasiat Ibn ‘Arabi
Penerjemah : Irwan Kurniawan
16.
WASIAT IHWAL ''ALLAH ITU
GANJIL (WITR) DAN MENYUKAI YANG GANJIL''
Termsuk di antara wasiatku
kepadamu, ialah hendaknya engkau berhati-hati, jangan sampai tidur kecuali
setelah menunaikan salat witir.
Sebab, Allah menggenggam ruh
manusia ketika sedang tidur dalam bentuk Dia melihat diri-Nya pada ruh itu jika
Dia melihat.
Jika Dia berkehendak, maka Dia
menetukan umurnya.
Bahkan jika Dia berkehendak menahannya, Dia
akan menahannya, meski telah tiba ajalnya. Sebagai bentuk kehati-hatian,
hendaknya manusia yang teguh tidak tidur sebelum menunaikan salat witir.
Jika ia tidur setelah menunaikan salat witir,
maka ia tidur dalam keadaan dan perbuatan yang disukai Allah. Disebutkan di
dalam sebuah hadis sahih : “Allah itu ganjil (witr) dan menyukai yang
ganjil.” Dia emncintai diri-Nya sendiri.
Maka, tidak ada pertolongan dan
kedekatan yang lebih besar melebihi ketika Dia menempatkanmu pada kedudukan
diri-Nya dalam kecintaan perbuatanmu yang memerlukan bilangan dan hitungan.
Allah SWT memerintahkanmu melalui
lisan Rasulullah saw., “Lakukanlah salat witir, wahai ahli Quran!” Ahli Quran
adalah ahli Allah dan orang-orang-Nya yang khusus/ demikian pula ketika engkau
bercelak. Lakukanlah dalam hitungan ganjil pada setiap mata sekali atau tiga
kali. Pada esensinya, setiap mata adalah tersendiri.
Begitu pula halnya di saat
engkau makan, janganlah engkau mengambil suap dengan tanganmu kecuali dalam
hitungan ganjil.
Jika ketika engkau minum air. Tegukklah dalam
hitungan ganjil. Jika engkau’ tersedak, minumlah air tujuh teguk, maka akan
hilanglah sedakmu.
Hal itu setelah aku coba pada diriku. Jika
engkau bernapas ketika minum, jauhkanlah gelas dari mulutmu dan bernapaslah
tiga kali.
Demikianlah yang diperintahkan
Rasulullah saw. Kepadamu. Sebab, yang demikian itu adalah kebahagiaan.
Jika engkau berbicara,
pahamkanlah pembicaraanmu kepada orang yang mendengarkanmu. Jika perlu, ulangi
sampai tiga kali dalam hitungan ganjil, sehingga pembicaraanmu bisa
dipahami.
Begitulah yang dilakukan
Rasulullah saw. Maka, aku hanya mewasiatkan kepadamu apa-apa yang berlaku di
dalam sunnah Ilahi.
Inilah tuntunan yang diperintahkan Allah
kepadamu di dalam Al-Quran. Dia berfirman : “Katakanlah, “jika engkau
(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihimu .... “
(QS. Alu ‘Imran, 3 :31).
Ini adalah cinta balasan. Sedangkan cinta-Nya
yang pertama bukanlah balasan, melainkan cinta yang dengannya Dia memberikan
taufik keapdamu untuk diikuti. Maka cintamu, dijadikan oleh Allah berada di
antara dua kecintaan Ilahi, yaitu cinta anugerah dan cinta balasan.
Jadikan kecintaan antara
dirimu dengan Allah dalam hitungan ganjil, yaitu cinta anugerah yang
ditunjukan-Nya kepadamu agar engkau ikuti Cintamu kepada-Nya dan cinta-Nya
kepadamu adalah sebagai balasan atas dirimu yang telah emngikuti apa yang
disyariatkan-Nya kepadamu.
Allah SWT berfirman : “ Sesungguhnya telah ada
pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik bagimu (QS. Al-Ahzab, 33:21). Ayat
ini menetapkan ‘ishmah (keterpeliharaan dari dosa dan kesalahan, Pen)
Rasulullah saw. Sebab, kalau beliau tidak ma’shum, maka tidaklah benar
menjadikan beliau sebagau teladan.
Kita meneladani Rasulullah saw., dalam
seluruh gerak, sikap diam, perbuatan, ihwal, dan perkataan beliau, selama tidak
dilarang berdasarkan ketetapan Al-Quran dan Sunnah, seperti nikah hibah yang
membebaskanmu, kewajiban bangun malam, dan salat tahajud atas diri beliau dan
bukan atas kaum Muslimin. Bagi Beliau, bangun malam dan menegakkan salat
tahajud adalah kewajiban.
Sementara itu, kita menegakkannya
hanya untuk meneladani beliau dan merupakan ibadah sunnah. Maka kita pun
bersama-sama menegakkannya.
Abu Hurairah berkata : “Kekasihku
saw, berwasiat kepadaku tiga hal.” Beliau menjadikan hitungan ganjil di dalam
wasiatnya. Di antaranya, ialah : “Hendaknya aku tidak tidur kecuali setelah
melakukan salat witir.”
Disebutkan di dalam sebuah hadis sahih : “Allah
memiliki sembilan puluh sembilan nama. Barangsiapa menghitungnya, maka ia akan
masuk surga.” Allah itu ganjil dan menyukai hitungan ganjil.
Telah disebutkan di
dalam buku ini pada bab pertanyaan-pertanyaan At-Tirmidzi kepada Al-Hakim,
dalam pasal, Al-Ma’arif fi Hubb Allah Al-Tawwabin wa Al- Mutathahhiriin wa
Asy-Syakirin wa As-Shabirin wa Al-Muhsinin wa Ghayrihin (Berbagai makrifat
tentang kecintaan Allah kepada orang-orang yang menyucikan diri, bersyukur,
bersahabat, beruat kebaikan dan sebagainya), yang mengungkapkan bahwa Allah
menyukai kemunculannya, sebagaimana Allah tidak menyukai kemunculan sesuatu
yang lain, yang telah kami sebutkan dalam buku ini. Aku tidak perlu
mengulanginya lagi di sini.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.