بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Terjemah Kitab
" SURAT-SURAT SANG SUFI "
Muhammad Ibn ‘Abad
SURAT KEEMPATBELAS
Kepada Yahya Al-Saraj.
Jawaban buat pertanyaan dari seseorang yang kecemasannya akan nafkah
penghidupannya menghalangi dirinya mencapai tujuan utamanya.
Segala puji bagi Allah.
Telah kuterima suratmu. Engkau
melukiskan kegelisahan batinmu yang tengah engkau alami, yang disebabkan oleh
sumber nafkah penghidupanmu. Tetapi, engkau tak sanggup meninggalkan sumber
nafkah itu. Engkau katakan bahwa engkau tengah menunggu dan melihat apa yang
bakal muncul dari Dunia Gaib, seraya meyakini bahwa engkau kemudian bakal
memahami seluruh situasi dan merasa yakin tentangnya.
Apa yang aku kemukakan kepadamu
ialah agar engkau mengarahkan pandanganmu pada kehidupan akhirat nanti, dan
berpaling dari dunia ini. Lalu, engkau mestilah memilih pekerjaan yang sejalan
dengan kerangka itu.
Jika engkau kebetulan mendapatkan
sumber nafkah penghidupan yang tidak menimbulkan ancaman atas keimananmu, maka
nafkahilah dirimu dengan cara begitu; dan jika tidak, jangan biarkan kesulitan
itu membuatmu patah semangat.
Yakinilah benar bahwa seseorang yang
meninggalkan sesuatu demi Tuhannya, bakal lebih dari sekedar beroleh ganti
berupa keimanan yang kuat dan ganjaran kepatuhan kepada Tuhan Semesta Alam.
Melalui ilustrasi berikut ini dituturkan kisah tentang seseorang yang memiliki
sebidang sawah, sejumlah tepung, dan seekor keledai.
Kisah itu menuturkan bagaimana seorang saleh ditanya, “Apa yang
menyebabkan engkau bertobat?” Dia menjawab, “Aku adalah seorang yang kaya dan
berkedudukan tinggi. Pada suatu malam, pekerjaanku bertumpuk-tumpuk. Aku harus
mengairi sawahku, membawa sejumlah gandum ke penggilingan, dan keledaiku lari
serta tersesat. Maka aku berkata dalam hati, “Jika aku menghabiskan waktuku
mencari keledai, sawah akan tidak ada airnya. Jika aku mengairi sawah, maka
gandum dan keledaiku akan hilang.’ Saat itu malam Jum’at, dan masjid lumayan
jauh jaraknya dari desaku. Lalu aku berkata dalam hati, ‘Akan kutinggalkan
seluruh persoalan ini dan pergi menghadiri shalat berjamaah di Masjid.’ Dan aku
pun pergi menghadiri shalat jamaah. Ketika kembali pulang, aku melewati
sawahku, dan sungguh sawah itu telah terairi. Aku bertanya, “Siapa yang
mengairi sawah ini?’ Aku diberi tahu, “Tetanggamu ingin mengairi sawahnya;
tetapi tanah bendungannya jebol sewaktu dia tidur, dan air pun mengalir masuk
ke sawahmu.’ Lalu ketika aku mendatangi pintu rumahku, tiba-tiba saja ada
keledai di tempat bak makan, maka aku pun bertanya, ‘Siapa yang membawa kembali
keledaiku?’ Terdengar jawaban, ‘Seekor serigala menyerangnya, lalu ia pun lari
pulang.’ Dan ketika aku memasuki rumah, kujumpau tepung yang sudah digiling!
Aku bertanya, bagaimana hal itu terjadi, dan aku pun diberitahu, ‘Sang tukang
giling telah menggiling tepung ini dengan tidak sengaja, dan ketika dia mengetahui
bahwa tepung itu milikmu, dia mengembalikannya ke rumahmu.’ Kemudian aku
berkata dalam hati, ‘Sungguh benar perkataan. “Barangsiapa memperuntukkan
dirinya bagi Allah, maka Allah pun memperuntukkan Diri-Nya bagi orang itu.
Allah memperhatikan segala urusan seseorang yang beribadah kepada-Nya.” Maka
aku pun mengingkari dunia ini dan bertobat.”
92.
Engkau mesti memahami, bahwa
berbagai jenis cobaan, kecemasan dan berbagai kesulitan yang menimpamu di dunia
ini, adalah jalan menuju berbagai manfaat berlimpahan dan sarana menuju
tujuan-tujuan mulia. Hanya orang-orang yang memiliki cita-cita tinggi, hati
yang bening, dan benar-benar murni sajalah yang mengetahui nilai kesemuanya
ini.
Karena itu, biarkan kegembiraanmu di
tengah-tengah berbagai hal yang engkau becni, melampaui kebahagiaan yang engkau
alami karena berbagai hal yang engkau cintai. Sebuah kisah menuturkan
bagaimana ‘Atha’ Al-Sulami tidak mencicipi makanan selama tujuh hari dan sama
sekali tidak memiliki kekuatan, tapi kalbunya sangat bahagia.
Dia berkata, “Ya Allah, jika
Engkau masih membuatku lapar tiga hari lagi, Aku akan bersujud kepada-Mu seribu
kali!” juga dikatakan bahwa Fath Al-Muwashili pulang ke rumahnya pada suatu
malam serta tidak menjumpai makanan, tidak ada lampu dan tidak ada pula kayu
bakar. Lalu dia mulai mejuji Tuhannya, dan merendahkan diri di hadapan-Nya,
seraya berkata, “Tuhanku, mungkinkah aku pantas mendapat perlakuan-Mu, seperti
Engkau memperlakukan wali-wali-Mu?”
Ada satu pelajaran dalam
kisah-ksiah ini bagi orang-orang yang berusaha belajar, dan pesan bagi
hamba-hamba Allah. Semoga Allah Swt. membantu kita hidup dengan cara seperti
itu.()
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.