بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Al-Ta-aruf li-Madzhabi Ahl Al-Tashawwuf
{AJARAN KAUM SUFI}
Karya
Ibn Abi Ishaq Muhammad Ibn Ibrahim Ibn Ya’qub Al-Bukhari Al-Kalabadzi
22.
PERSELISIHAN KAUM SUFI TENTANG SIFAT MA’RIFAT
Mereka
berselisih paham mengenai sifat ma’rifat itu sendiri. Al-Jaunaid berkata :
“Ma’rifat merupakan perwujudan kebodohanmu pada saat ilmu-Nya tiba.”
Seseorang
yang berdiri di dekatnya berkata : “Ceritakan pada kami lebih banyak.” Dia pun
melanjutkan : “Dia adalah obyek, sekaligus subyek ma’rifat. (Tuhan itu ‘arif
dan ma’ruf). Yang dimaksudkannya adalah. “Engkau tidak tahu tentang Dia dalam
aspek kekamuanmu, dan baru bisa mencapai ma’rifat-Nya lewat aspek ke-Dia-an
itu. (Sesuatu hal yang biasa di lingkungan Sufi : “Engkau” mengisyaratkan yang
banyak, sedang “Dia” menunjukan bahwa segala sesuatu “yang lain” tertelan dalam
diri Tuhan),
Sesuai dengan ujar-ujar Sahl : “Ma’rifat adalah ma’rifat dari
kebodohan itu”. Sahl juga berujar : “Ilmu itu ditetapkan oleh ma’rifat dan akal
ditentukan oleh ilmu, tapi ma’rifat ditentukan oleh esesninya sendiri.”
Artinya, kalau Tuhan menyebabkan seseorang memiliki ma’rifat akan diri-Nya
sendiri, sehingga dia mengenal Tuhan lewat pengungkapan diri-Nya sendiri
kepadanya, berarti Dia menempatkan pengetahuan dalam diri orang tersebut.
Karenanya, dia mendapatkan pengetahuan lewat
ma’rifat, dan dalam dirinya akal bekerja mengolah pengetahuan yang diberikan
oleh Tuhan kepadanya.
Seorang
tokoh Sufi lain berkata : “Pengetahuan tentang aspek lahir benda-benda adalah
ilmu, dan pengetahuan tentang aspek batin benda-benda adalah ma’rifat.”
Yang
lain berkata : “Tuhan telah membuat ilmu bisa diperoleh secara bebas oleh
orang-orang beriman, tapi Dia menyimpan ma’rifat hanya untuk wali-wali-Nya.”
Abu
Bakr al-Warraq berkata : “Ma’rifat dalam ma’rifat tentang bentuk-bentuk dan
nama-nama benda sedang ilmu adalah ilmu tentang realitas benda-bnda.
Abu
Sa’id al-Kharraz berkata : “Ma’rifat tentang Tuhan adalah ilmu tentang pencarian
Tuhan sebelum pengalaman aktual tentang Dia; sedang ilmu tentang Tuhan, setelah
adanya pengalaman itu. Oleh sebab itu, ilmu tentang Tuhan lebih rahasia dan
lebih pelik daripada ma’rifat tentang Tuhan.”
Faris
berkata : “Ma’rifat menyerap (ahli ma’rifat) dalam esensi obyek ma’rifat itu.”
Tokoh
Sufi lain berkata : “Ma’rifat mengambil bentuk pandangan rendah terhadap semua
nilai kecuali nilai-nilai Tuhan.”
Seseorang
bertanya pada Dzun Nun : “Dengan cara apa engkau mendapat ma’rifat Tuhanmu?”
Dia menjawab : “Jika aku berkeinginan untuk membangkang, lalu mengingat
kebesaran Tuhan, aku merasa malu pada-Nya.” Artinya, dia menganggap
kesadarannya akan kedekatan Tuhan sebagai suatu bukti ma’rifat Tuhan.
Seseorang
berkata pada Ulayyan : “Bagaimana hubunganmu dengan Tuhan? Dia menjawab : “Aku
tak pernah berpaling dari-Nya sejak aku mengenal-Nya.” Yang lain bertanya :
“Sejak kapan engkau mengenal-Nya?” Dia menjawab : “Sejak saat mereka
menganggapku gila (majnun).”
Dengan
demikian dia menganggap penghormatannya kepada kekuasaan Tuhan sebagai bukti
dari ma’rifat ke-Tuhanannya. Sahl berkata : “Maha suci Tuhan, yang ma’rifat
ke-Tuhana-nya tidak dapat dicapai oleh manusia kecuali pengetahuan bahwa mereka
tidak mampu mengenal-Nya.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Title : (Terjemah Kitab Al-Ta-aruf) 22. PERSELISIHAN KAUM SUFI TENTANG SIFAT MA’RIFAT
Description : Al-Ta-aruf li-Madzhabi Ahl Al-Tashawwuf {AJARAN KAUM SUFI} Karya Ibn Abi Ishaq Muhammad Ibn Ibrahim Ibn Ya’qub Al-Bukhar...