بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Terjemah Kitab
“Fihi ma Fihi”
Cara
Yang Mengenal Dirinya – Yang Mengenal Tuhannya
Karya: Jalaluddin Rumi
TUJUH
MANUSIA YANG TERKURUNG KATA-KATA
Putra
Atabeg datang.
“Ayahmu
selalu mengingat Tuhan, dan dia sangat taat,” sang guru berkata, “itu nampak
dari apa yang dia katakan.”
Suatu
hari Atabeg berkata, “Orang kafir Yunani telah menyarankan kami menikahkan
putri kami kepada kaum Tartar, sehingga agamanya menjadi satu dan agama Islam
akan lenyap.”
“Pernahkah
Agama menjadi satu?” aku bertanya, “yang terjadi salalu dua atau tiga, dan
perang selalu berkecamuk di antara sesama pemeluk agama. Bagaimana mungkin
engkau menyatukan agama? Pada Hari Kebangkitan, semuanya akan dipersatukan.
Tetapi di sini, di dunia ini, mustahil agama-agama menjadi satu karena setiap
orang memiliki hasrat dan keinginan berbeda. Penyatuan tidak mungkin terjadi di
sini. Meski pun demikian, pada Hari Kebangkitan nanti, ketika segalanya menjadi
satu, setiap orang akan melihat pada satu hal, mendengar dan membicarakan satu
hal.”
Ada
berbagai macam hal dalam diri manusia. Dia adalah seekor tikus, dan dia juga
seekor burung. Kadang-kadang burung mengangkat kurungannya, kemudian tikus
menariknya kembali ke bawah. Ada ribuan binatang lain di dalam diri manusia,
sampai dia maju pada titik tempat tikus melenyapkan “ketikusannya” dan burung
meleneyapkan “keburungannya”. Semua akan disatukan, karena pencarian sasaran
tidak ke atas ataupun ke bawah. Ketika sasaran ditemukan, tidak ada “atas” dan
“bawah”. Ketika seseorang kehilangan sesuatu, dia mencarinya ke segala arah –
kiri dan kanan, atas dan bawah, ke sana ke mari, ke segala arah. Dan ketika
benda yang hilang itu telah ditemukan, dia akan menghentikan pencariannya. Pada
hari kebangkitan nanti, setiap orang akan melihat dengan satu mata, berbicara
dengan satu lidah, mendengar dengan satu telinga, dan menyerap dengan satu
indera.
Hal
itu seperti sepuluh orang yang bersama-sama memiliki taman atau toko. Mereka
berbicara tentang satu hal, khawatir tentang satu hal, dan disibukkan dengan
satu hal. Ketika barang yang dicari telah ditemukan (Pada hari kemabgnkitan
ketika seluruhnya akan bertatapan dengan Tuhan), seluruhnya akan disatukan
dengan cara serupa ini.
Di
dunia ini setiap orang disibukkan dengan sesuatu. Sebagian sibuk dengan cinta
pada perempuan, sebagian dengan harta benda, sebagaian dengan bagaimana
mendapatkan uang, sebagian dengan ilmu. Masing-masing orang percaya pada
kesejahteraan dan kebahagiaan yang dicapainya berdasar pada kepercayaan itu,
demikian pula rahmat Tuhan. Ketika manusia mulai mencari dan tidak
menemukannya, dia menghentikan pencarian. Setelah beristirahat sebentar dia
berakata, “Kenikmatan dan rahmat itu mesti dicari. Barangkali aku tidak cukup
mencari, biarkan aku mencari kembali.” Ketika dia kembali mencari dan masih
tidak menemukannya, dia terus mencari hingga sang rahmat membukakan diri.
Ketika sampai pada tahap itulah dia menyadari bahwa sebelumnya dia melakukan
pencarian pada jalan yang salah. Meski demikian, Tuhan memiliki beberapa
pelayan yang melihat dengan pandangan yang jernih bahkan sebelum tiba Hari
Kebangkitan.
Ali
pernah berkata, “Apabila tirai telah diangkat, aku tidak menjadi lebih yakin.”
Dengan ini dia mengartikan bahwa apabila kulit permukaan telah diangkat dan
Hari Kiamat menampakkan dirinya keyakinannya tidak akan meningkat.
Penglihatannya seperti sekelompok orang yang pergi ke dalam ruang gelap pada
malam hari dan berdoa. Masing-masing orang menatap pada arah yang berbeda.
Ketika hari berganti, mereka kembali memutarkan dirinya kecuali seorang lelaki
yang telah menatap Makkah sepanjang malam. Ketika orang lain berputar arah pada
rahnya masing-masing, mengapa dia mesti ikut berputar arah? Para pelayan tuhan
itu menatap Dia sepanjang malam. Mereka telah membalikkan diri dari semua yang
lain, kecuali dari Tuhan. Bagi mereka hari kebangkitan terasa segera akan
terjadi dan selalu merasakan kehadirannya.
Memang
kata-kta tidak berbatas maknanya. Namun kata-kata diwahyukan sesuai dengan
kemampuan orang yang mencarinya. Tidak satu pun di sana, kecuali Kami memiliki
gudang itu semuanya, dan Kami tidak menyebarkan dengan merata, melainkan dengan
ukuran yang telah ditentukan (QS.15:21).
Hikmah turun seperti hujan dari
sumbernya yang tiada pernah berakhir. Dia turun dengan kesuaian terbaiknya,
kurang atau lebih, berdasarkan musim. Ahli pengobatan menaruh gula atau obat
pada secarik kertas, tetapi di sana terdapat lebih banyak gula daripada yang
ada pada kertas. Asal mula gula dan obat sangat tidak terbatas, tetapi betapa
mereka mampu mencocokkannya pada secarik kertas.
Beberapa
orang mengejek Nabi Muhammad, dan berkata, “Kenapa Al-Qur’an diahyukan kepada
Muhammad kata dmei kata, dan tidak bab demi bab>”
Nabi
Muhammad menjawab, “Pertanyaan bodoh macam apa ini? Seandainya Al-Qur’an
diwahyukan semuanya kepadaku secara serentak, aku akan meleleh hancur dan
mati.”
Orang
yang mengabarkan sesuatu, memahami lebih banyak dari sesuatu yang sedikit, dari
satu hal dia memahami banyak hal; dari satu baris, memahami seluruh buku.
Persis sekelompok orang yang duduk menyimak sebuah cerita. Satu dari mereka
mengetahui seluruh cerita, ketika ceritanya baru dimulai. Dari satu kiasan dia
memahami sebanyak yang orang lain dengar. Hal itu terjadi karena orang-orang
itu tidak menyadari seluruh situasi yang terjadi. Orang yang mengetahui
semuanya, memahami lebih banyak dari sedikit saja yang diceritakan.
Mari
kita kembali kepada ahli pengobatan. Ketika pergi ke toko ahli obat, di sana
terdapat banyak gula. Tetapi dia akan melihat berapa banyak uang yang engkau
miliki dan akan memberikan gula sesuai dengan uang yang engkau miliki. Di dalam
contoh itu, “Uangmu” berarti “cita-citamu” dan “pengorbananmu”. Demikian pula
kata-kata. Ida diwahyukan berdasar pada cita-cita dan ketaatanmu. Ketika engkau
akan mengambil gula, ahli pengobatan melihat sakumu, memperhatikan berapa
banyak gula akan tertampung, dan mengukur sesuai dengan itu. Apabila seseorang membawa
barisan unta dengan banyak karung, mereka akan memanggil tukang angkut. Dalam
kasus serupa, ada sejumlah orang yang baginya lautan tidaklah cukup.
Sementara
bagi yang lain beberapa tetes kecil saja mencukupi. Lebih dari itu justru akan
mencelakakannya. Ini berlaku tidak hanya di dalam makna, ilmu dan hikmah,
tetapi juga dalam segala sesuatu. Kepemilikan kemakmuran dan kepemilikan
semuanya tidak terbatas, tetapi semua itu diberikan dengan ukuran yang sesuai.
Orang yang menanggung lebih banyak dari kemampuannya akan menjadi gila.
Tidaklah engkau lihat Majnun dan Farhad itu – dan pecinta lain yang menempuh
nestapa padang pasir demi cintanya kepada seorang perempuan – telah memikul
hasrat yang melampaui batas kemampuannya? Tidakkah engkau lihat Fir’aun yang
mengakui dirinya sebagai Tuhan ketika dia didberi terlalu banyak kemakmuran dan
kekuasaan? Tidak satu hal pun di sana, melainkan gudang itu semuanya berada di
tangan Kami (QS.15:21). Tuhan telah berfirman, “Tidak ada apa pun, baik atau
buruk dengan persediaan yang terbatas dalam gudang Kami, tetapi Kami
menganugerahkannya sesuai dengan kemampuan, dan itu merupakan jalan yang
terbaik.”
Betul,
seseorang mungkin menjadi seorang Mukmin tanpa tahu apa yang mereka Imani.
Seperti anak kecil “percaya” pada roti tanpa mengetahui yang dia percayai.
Demikian pula buah-buahan dari pohon mengering dan layu kekeringan. Tetapi
mereka masih tidak mengetahui apa “haus” itu. Keberadaan manusia bagaikan
bendera yang berkibar di udara. Kemudian tentara dikirim dan dikumpulkan
mengelilingi bendera dari setiap arah untuk mengetahui Tuhan. Dari arah nalar,
pemahaman, kemarahan, keberangan, pengampunan, keluhuran budi, ketakutan dan
gharapan, keadaan tanpa akhir, serta kualitas tanpa batas. Setiap orang yang
mencari dari kejauhan hanya melihat benderanya saja, tetapi yang mencari dari
dekat menyadari hakikatnya.
ooOOoo
Seseorang
datang dan dia di tanya, “Darimana saja engkau?”
“kami
merindukanmu, aku merindukanmu mengapa engkau pergi begitu lama?”
“Kami
telah dan akan tetap berdoa agar keadaan ini akan berubah. Keadaan yang membawa
perbedaan sungguh tidak terlihat.”
Benar,
Demi Tuhan, Situasi itu baik di mata Tuhan. Memang benar bahwa segala hal baik
dan sempurna dalam hubungannya dengan Tuhan. Bukan hubungannya dengan kita.
Ketidakmurnian dan kemurnia, penolakan dan perhatian terhadap shalat, kekafiran
dan keimnanan, politeisme dan monoteisme – semua itu baik dalam hubungan dengan
Tuhan. Tetapi bagi kita peribahan, pencurian, kekafiran, dan politeisme
merupakan keburukan, sementara monoteisme, tatacara ibadah, dan sedekah
merupakan kebaikan.
Segala sesuatu baik jika dipandang dalam hubungannya dengan
Tuhan. Seorang raja mungkin memiliki tiang gantungan, penjara, kebahagiaan,
kemakmuran, harta benda, rombongan perayaan, kebahagiaan juga genderang perang
dan bendera. Di dalam hubungan dengan raja semua hal itu baik. Sebagaimana
kerajaannya didlengkapi dengan baju kebesaran, demikian pula ia dilengkapi
dengan tiang gantungan, hukuman, dan penjara. Semua itu pelengkap kerajaannya,
meski pun bagi orang-orang lain baju kebesaran dan tiang gantungan sama-sama
menakutkan.
Kembali ke Daftar Isi.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.