بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Terjemah Kitab
“Fihi ma Fihi”
Cara
Yang Mengenal Dirinya – Yang Mengenal Tuhannya
ENAM
KATA-KATA HANYALAH PAKAIAN, MAKNALAH YANG UTAMA
Kata-kata
hanya didperuntukkan hanya bagi mereka yang memerlukannya untuk sampai pada
pemahaman. Apa perlunya kata bagi yang mempu memahami tanpa peranta kata-kata?
Surga dan dunia seleuruhnya adalah kata bagi mereka yang memahaminya. Dan
seperti munculnya ka “Jadi”, maka jadilah (QS.36:82), apa perlunya teriakan
baginyang yang mampu mendengar bisikan?
Seorang
penyair bahasa Arab suatu ketika ebrhadapan dengan seorang raja yang tidak
hanya bukan orang turki, tetapi dia juga tidak mengetahui bahasa Persia.
Penyair menggubah syair yang banyak dipenuhi kiasan dalama bahasa Arab
untuk raja. Ketika raja dana para menteri, sang penyair beranjak maju dan mulai
mengucapkan puisinya. Pada bagian yang menimbulkan kekaguman, Raja
menganggukkan kepalanya; pada bagian yang membangkitkan ketakjuban, dia
memandang dengan pandangan yang teramat liar. Dan pada bagian yang
membangkitkan kerendahan hati, raja memperhatikannya dengan asyik.
Anggota
istana kebingungan dan berkata : “Raja kita tidak pernah tahu bahasa Arab
sepatah kata pun. Bagaimana mungkin dia menganggukkan kepalanya pada saat yang
tepat, kecuali benar-benar memahami bahasa Arab dan menyembunyikannya dari kita
semua selama bertahun-tahun? Apabila kita pernah berkata tidak sopan di dalam
bahasa Arab, sengsaralah kita!”
Saat
itu raja amemiliki seorang budak lelaki yang mendapatkan hak amat istimewa.
Pegawai-pegawai istana pergi kepadanya lalu memberinya seekor kuda, unta, dan
sejumlah uang. Mereka berjanji akan memberi sebanyak itu lagi apabila si bidak
bisa mengetahui apakah raja paham bahasa Arab atau tidak. Sebab, bila raja
tidak memahami bahasa Arab, bagaimana mungkin dia menggelengkan kepala pada
saat tepat? Apakah itu keajaiban atau ilham? Suatu hari budak itu menemukan
suatu saat yang ttepat. Saat itu raja sedang berburu. Karena terlalu asyik
berburu, dia keasyikan dalam berburuannya. Si budak tahu kondisi raja sedang
senang maka dia menanyai raja.
Raja
tertawa dan berkata, “Demi Tuhan, aku sama sekali tidak tahu bahasa Arab. Aku
menganggukkan kepala dan menyatakan kesepakatan, benar-benar disebabkan maksud
yang terkandung dalam puisi itu.” Dari cerita itu nyatalah bahwa “Hal yang
utama” adalah maksud. Puisi hanyalah “Cabang” dari “yang utama”. Apabila tidak
ada maksud, dia tidak akan pernah menggubah puisi.
Jika
seseorang telah mengutamakan maksud, taka ada lagi ke-dua-an tersisa. Ke-dua-an
terletak di dalam cabang, sedangkan akarnya yang paling utama tetap satu. Fenomena
semacam itu dapati ditemukan dalam sosok guru-guru spiritual. Tampak dari luar
mereka berbeda satu sama lain. Dan tampak juga perbedaan yang muncul dalam
keadaan perbuatan, dan perkataan. Tapi perbedaan-perbedaan tersebut berpulang
pada inti yang sama yaitu pencarian Tuhan. Persis seperti angin yang berhembus
melalui rumah : dia mengangkat satu sudut karpet dan mengibarkan tikar,
menyebabkan debu terbang ke dalam udara, meriakkan air di dalam kolam, dan
menyebabkan cabang dan dedaunan pohon berderai. Semua hal itu tampak jadi amat
berbeda; padahal dari titik pandang maksud, prinsip, dan realitas mereka
semuanya satu. Karena gerakan mereka semuanya berasal dari satu angin yang
berhembus.
ooOOoo
Seseorang
berkata : “Kita tidak sempurna.”
Adalah
suatu kenyataan bahwa seseorang memikirkan hal ini dan mencela dirinya sambil
berkata, “Sial, apa sebenarnya aku ini?” “Mengapa aku berlaku seperti ini?” Itu
merupakan bukti cinta dan kebaikan Tuhan. “Cinta adala selama celaan masih
ada.” Karena seseorang akan memarahai yagn dicintainya, bukan memarahi orang
asing dengan dirinya. Ada sebagi jenis celaan. Menderita dalam keaskitan
merupakan bukti cinta dan kebaikan Tuhan. Pada sisi lain, ketika suatu makian
dilontarkan dan orang yang dimaki tidak merasakan sakit, maka tak akan ada
bukti cinta (seperti ketika orang memukul karpet untuk mengeluarkan
debunya). Dan pada sisi lain, seseorang yang memarahi anak atau kekasih yang ia
cintai, ia akan mendapatkan bukti dari cinta. Bukti cinta akan muncul dalam contoh
kusus seperti itu. Maka, selama engkau mengalami rasa sakit dan menyesal di
dalam diri, itu adalah bukti cinta dan kebaikan Tuhan.
Ketika
engkau melihat kesalahan pada saudaramu, kesalahan itu sebenarnya ada dalam
dirimu, tetapi engkau melihat kesalahan itu terpantul dalam dirinya. Demikian
pula halnya dengan dunia ini. Dunia ini merupakan cermin yang melaluinya engkau
melihat citra diri. “Seorang Mukmin merupakan cermin bagi Mukmin yang lain.”
Bersihkanlah dirimu dari kesalahan sendiri, karena kesusahan yang engkau kira
dari orang lain, sebenarnya berada dalam dirimu sendiri.
Engkau
tidak pernah merasa bersalah oleh sifat buruk apa pun yang ada dalam dirimu,
seperti ketidakadilan, kebencian, kerakusan, kecemburuan, ketidakpekaan, atau
kesombongan. Maka ketika engkau melihat semuanya di dalam diri orang lain,
engkau merasa malu. Engkau merasa sakit hati. Tidak seorang pun jijik oleh
koreng atau bisul pada dirinya; tak satu orang pun akan meletakkan jarinya yang
terluka ke dalam air rebusan, lalu menjilati jemari itu, dan dia tidak merasa
mual. Meski demikian, apabila ada bisul kecil atau tangan orang lain terluka,
engkau tidak akan pernah bisa bertahan melihat pencelupan tangan dalam air
rebusan kemudian dijilati. Buruknya kualitas moral bagaikan koreng dan bisul.
Tidak seorang pun merasa dipermalukan oleh dirinya sendiri. Namun setiap orang
menderita kesukaran dan ketakutan karena melihat hanya sedikit saja luka atau
kejelekan pada diri orang lain. Seperti halnya engkau merasa malu karena orang
lain, engkau mesti memaffkan mereka karena mereka juga merasa malu ketika
terganggu olehmu. Kesusahanmu adalah penyesalan dirinya karena kesusahanmu
muncul dari melihat sesuatu yang dia lihat pula. “Seorang Mukmin merupakan
cermin bagi Mukmin yang lain.” Nabi Muhammad tidak mengatakan orang kafir
merupakan cermin bagi orang kafir. Nabi tidak mengatakan itu bukan karena orang
gkafir tidak memiliki poternsi untuk menjadi cermin. Melainkan karena orang
kafir tidak menyadari pada cermin dari jiwanya sendiri.
Seorang
raja terduduk di pinggir sebuah apsir. Raja itu tengah patah hati. Pangeran
merasa khawatir jika mendapatkan raja dalam keaan seperti itu. Mereka berusaha
untuk membaut raja ceria. Tetapi apa pun yang mereka lakukan, tak satu pun yang
dapat membuat raja ceria. Raja memiliki badut yang sangat
diistimewakan.Pangeran menjanjikan dia berbagai hadiah apabila ia mampu membuat
raja tertawa. Badut akhirnya menghadap raja, mengerahkan segala kemampuannya.
Namun raja sama sekali tidak tertarik. Melirik un tidak. Si Badut terus
berusaha memperlihatkan mimik yang bisa membuat raja tertawa. Tapi raja tak
melakukan apa pun. Dia hanya melirik pada parit dengan kepala tertunduk.
“Apa
yang engkau lihat di dalam air wahai raja?” tanya badut.
“Aku
melihat seorang suami dengan istrinya yagn tidak setia.” Jawab raja.
“Tuan,”
si badut berkata, “pelayanmu pun tidaklah buta.”
Demikianlah.
Ketika engkau melihat pada diri orang lain sesuatu yang menyusahkan dirimu,
orang yang kau lihat pun tidak buta. Dia melihat halyang sama dengan yang
engkau lihat.
Jika
kita berbicara tentang Tuhan, maka kita tak lagi membicarakan adanya dua ego di
sana. Engkau berkata, “Aku”, dan Dia mengatakan “Aku”. Agar dualitas itu sirna,
salah satunya mesti mati demi yang lainnya. Engkau mesti mati untuk Dia atau
Dia untuk engkau. Tapi meskipun demikia, Dia tak mungkin mati – baik kematian
fenomenal atau pun konseptual – karena “Dia adalah Yang Maha Abadi dan tidak
akan pernah mati.” Tapi Dia begitu agung, mungkins aja Dia akan mati untukmu
agar dualitas yang ada bisa sirna. Tapi, karena Dia tidak mungkin mati, engkau
harus mati agar Dia mampu bersemayam dalam dirimu, kemudian menghancurkan
dualitas itu.
Engkau
dapat mengikat dua burung bersamaam. Tetapi, keduanya mungkin dari jenis yang
sama dan sayap yang tadinya hanya dua kini menjadi empat, kedua burung itu
tidak akan mampu terbang bersama karena masih memiliki dualitas. Tapi jika
engkau mengikat burung mati pada burung lain yang masih hidup, dia mampu untuk
terbang karena di sana tak ada lagi dualitas.
Matahari
sangat ramah dan penyayang, hingga jika memungkinkan dia akan rela mati demi
kelelawar. “Kelelawar sayangku,” matahari akan berkata, “Kelembutanku dan rasa
sayangku menyentuh segala sesuatu. Aku pun akan melakukan apa-apa yang
bermanfaat untukmu. Jika engkau dapat mati, matilah, agar engkau bisa menikmati
cahaya kemegahanku dan menanggalkan “kekelelawaranmu”, lalu menjadi burung
phoenix dari gunung Qaf karena kedekatanmu kepadaku.
Seorang
pelayan Tuhan akan mampu meniadakan dirinya sendiri demi yang dikasihinya. Dia
meminta kepada Tuhan agar memberinya kekasih seperti yang diinginkan, tetapi
Dia tak dapat mengabulkan permintaan itu. Muncullah sebuah suara yang berkata,
“Aku tidak ingin engkau melihat seseorang seperti yang engkau inginkan.”
Tetapi
seorang pelayan Tuhan, akan terus memaksa dan tidak menghentikan permohonannya.
Dia berkata, Ya, Tuhan. Engkau telah menempatkan hasrat pada seseorang di dalam
diriku, dan hasrat itu tidak pernah dan tidak akan pergi.”
Akhirnya
sebuah suara muncul menjawab, “Apabila engkau menginginkan hasrat itu terwujud,
maka korbankan dirimu dan jadilah tiada. Jangan menempatkannya dalam perpisahan
dengan dunia.”
“Baiklah
Tuhan, “katanya, “Aku puas”. Dan kemudian dia melakukannya. Dia korbankan
dirinya dan kehidupannya demi kekasih yang dia cintai dan terpenuhilah
hasratnya.
Jika
seorang pelayan Tuhan ttelah memiliki kemuliaan untuk mengorbankan hidupnya,
satu hari baginya akan lebih berharga dibandingkan dengan seluruh kehidupan
dunia dari awal hingga akhir. Apakah dengan begitu Pemilik kasih sayang tak
lagi lembut? Itu tentu menggelikan. Walau pun bagaimana pun, untuk
meniadakan-Nya adalah sesuatu yang mustahil. Karena mustahil, maka engkau harus
meniadakan dirimu.
ooOOoo
Seorang
yang bodoh menempatkan dirinya di tempat yang lebih atas dari tempat orang
suci. Orang suci itu berata, “Apa bedanya seseorang duduk di atas lampu dengan
seseorang yang duduk di bawahnya? Walau pun lampu cenderung untuk selalu di
atas, hal itu menjadi bukan atas kehendaknya. Satu-satunya tujuan ialah memberikan
manfaat kepada yang lain hingga merek mampu menikmati cahayanya. Kalau
sebaliknya, di mana pun lampu berada, tinggi atau pun rendah, dia akan sekedar
lampu. Dia adalah matahari abadi.”
Jika
ada orang-oran suci yang mencari status dan kedudukan pujian di dunia ini,
mereka melakukan hal itu karena orang lain tidak mampu untuk memahami keagungan
mereka. Mereka ingin memikat orang-orang awam terseut dengan jerat dunia ini
hingga mereka mampu menemukan jalan lain yang memuaskannya dan akhirnya jatuh
pada jerat dunia selanjutnya. Demikian pula yang dilakukan Nabi Muhammad Beliau
menguasai Makkah dan negaa bukan karena dia membutuhkannya. Malainkan untuk
menerangi dan melimpahi mereka semua dengan cahaya-Nya. “Tangan ini dibiasakan
untuk memberi, tidak dibiasakan untuk mengambil.” Orang suci memperdaya orang
lain untuk memberi, bukan untuk mengambil apa pun dari mereka.”
Ketika
seseorang menjerat burung kecil dengan penjerat untuk memakan atau menjualnya,
itu isebut muslihat. Tapi jika seorang raja melakukan jebakan untuk menjerat
seekor elang liar yang tidak berharga dan tidak mengetahui hakikat dirinya dan
kemudian melatihnya untuk keperluan tentara hingga menjadi elang yang mulia,
terlatih, dan halus peranginya, itu bukan muslihat. Meski jika dilihat sekilas
perbuatan itu culas, tapi sebenarnya ahal itu dilakukan dengan mempertimbangkan
hakikat ketulusan dan kemurahan hati. Perbuatan itu seperti membangkitkan
kembali orang mati, mengubah batu yang hina menjadi permata Rubi, mengubah
sperma mati menjadi manusia dengan segala kehidupannya, dan sebagainya. Maka
seandainya seekor elang mengetahui untuk apa dia ditangkap, dia tidak lagi
membutuhkan biji-bijian yang menjadi umpan. Melainkan akan mencari jerat dengan
seluruh hati dan jiwanya lalu terbang menuju tentara raja.
Orang
hanya melihat pada makna tekstual dari perkataan orang suci lalu mereka
berkata, “Kami telah mendengar. Pembicaraan ini berkali-kali sebelumnya. Kai
telah cukup dengan perkataan seperti itu. Hati kami telah tertutup. Tetapi
Tuhan telah menggutuk mereka dengan segala keingkarannya (QS.2:88). Orang kafir
akan berkata, “Hati kami telah dipenuhi oleh pembicaraan seperti itu.” Kemudian
tuhan menjawab mereka, “Sengsaralah kalian karena hatinya dipenuhi oleh
kata-kata itu. Mereka dipenuhi oleh godaan-godaan untuk membuat jahat dan
bayangan yang sia-sisa. Hati mereka dipenuhi kemunafikan dan keraguan, bahkan
mereka penuh kutukan.” Tuhan telah mengutuk mereka dengan segala keingkarannya.
Jika
mereka mampu melepaskan diri dari ocehan-ocehan semacam itu, mereka akan mampu
menerima perkataan ini. Tetapi mereka tidak mampu melakukan hal itu. Tuhan
telah menyumbat telinga, mata dan hati mereka. Sehingga jika mereka melihat,
mereka selalu melihat warna yang salah. Mereka menganggap Yusuf sebagai
serigala. Telinga mereka mendengar susara yang salah. Mereka mendengar hikmah
sebagai omong kosong dan ocehan. Hati mereka telah menjadi gudang godaan,
khayalan yang menyesatkan dan persepsi yang keliru. Karena telah terikat
khayalan dan anggapan yang kacau. Hati mereka menjadi padat dan beku bagaikan
es di musim dingin. Tuhan telah menutup hati dan pendengaran mereka; kegellapan
menutupi pandangan mereka (Qs.2:7). Bagaimana mungkin hati mereka menjadi
penuh? Sedang dalam seluruh ke. Apabila iblis ada, ini pasti dia.”
hidupannya
atau dalam setiap masa ketika mereka membanggakan dirinya tidak pernah memahami
atau menyerap sesuatu pun. Tuhan tidak memberikan mereka kendi yang penuh
seperti yang diberikan kepada sebagian orang agar mereka bisa mengisinya. Dia
memberikan kendi kosong kepada sebagian, dan mengapa mereka mesti berterima
kasih? Orang yang menerima kendi penuhlah yang layak mengucapkan terima kasih.
Ketika
Tuhan menciptakan Adam dari tanah liat dan air, “Dia mengadoni tanah liat untuk
mencipta Adam selama empat puluh hari.” Dia meyempurnakan bentuk Adam lalu
membiarkannya selama satu periode waktu di bumi. Iblis muncul, turun dan masuk
ke dalam tubuh Adam. Menelusuri dan memeriksa seluruh uratnya, dia melihat
jaringan tubuh itu dipenuhi darah dan kejenakaan. Adam berkata, “Ah, alangkah
bagusnya seandainya bukan Iblis yang duduk di kaki singgasana tuhan, aku akan
muncul. Apabila iblis ada, ini pasti dia.
Kedamaian
semoga bersama kalian!!
Kembali ke Daftar Isi.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.