بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Terjemah
Kitab
“AN-NASHA’IH”
NASIHAT-NASIHAT “SANG SUFI”
Karya:
IMAM
ABU ABDILLAH AL-HARITS BIN AS’AD
“AL-MUHASIBI”
--000--
NASIHAT KE - 22
Khusuk dalam Shalat
Saudara-saudaraku!
Jika orang lain hanya menghadirkan jasad mereka ketika melaksanakan shalat dan
hanya berlaku khusyuk dengan anggota tubuh, sedang hati mereka lalai dari
Tuhan-nya, ingat! Hati-hatilah kepada Allah; hadirkanlah hatimu bersama jasadmu
dan berdirilah menghadap Allah SWT bagaikan seorang hamba yang sedang berdiri
di hadapan majikannya, yang diliputi oleh suana khusyuk, segan, tenang, serta
penuh takzim.
Seringkali sebagian
kami menghormati sebagian yang lain, dan berbicara lemah lembut kepada mereka
dengan tutur kata penuh hormat dan malu atau berharapharap atau merasa cemas.
Kalau begitu, wahai manusia, bukankah Allah SWT lebih utama untuk dihadapi
dengan penuh rasa tkazim dan malu? Atau, apakah memang kalian bodoh terhadap
karunia Allah atas hamba-hamba-Nya? Kalau begitu, kenapa engkau tidak mengagungkan
Yang Maha Perkasa dengan keagungan yang jauh lebih besar daripada semua
makhluk? Lalu, tidak kurang pentingnya daripada itu pula, yaitu engkau harus
menyimak penuh perhatian terhadap Kalam Allah SWT sebagaimana engkau
memperhatikan pembicaraan orang yang kau hormati. Hal demikian agar Tuhan tidak
menjadi lebih rendah di matamu daripada makhluk-Nya, Maha Suci Allah dari hal
demikian. Ingat, berhati-hatilah kepada Allah SWT.
Kemudian daripada
itu, wahai saudara-saudaraku! Kenalilah kedudukan Dzat yang kau hadapi itu!
Diriwayatkan dari salah seorang tokoh ilmu pengetahuan tentang firman Allah
yang berbunyi :“Berdirilah karena Allah (dlaam shalatmu) dengan khusyuk (QS.
Al-Baqarah : 238), Ia berkomentar : “Qunut” dalam ayat
tersebut khusyuk di kala rukuk dan sujud, menahan pandangan, serta merendahkan
diri karena takut kepada Allah SWT.”
Para Ulama, apabila
mereka berdiri untuk melakukan shalat, mereka merasa segan untuk menoleh, atau
melakukan kesia-siaan dengan apapun, atau berbicara kepada diri sendiri tentang
sesuatu di antara urusan dunia, keccuali bila lupa.
Salah seorang ahli
ilmu berkata : “Shalat dua rakaat yang dilakukan
dengan ringan (sebentar) dan diniatkan untuk berfikir, lebih baik daripada
sjalat malam dengan hati dalam keadaan lalai.” Yang lain berkata : Sesungguhnya sekelompook orang yang menunaikan shalat yang sama
tetapi mereka memiliki keutamaan yang berbeda bagaikan perbedaan antara langit
dan bumi. Salah seorang diantara mereka shalat dengan khusyuk serta menghadap
kepada Allah SWT, sedangkan yang lain lalai.” Telah sampai kepada
kami sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa, jika seseorang berdiri untuk
menunaikan shalat dan mengucapkan Allahu Akbar setan mendatanginya
dan berkata kepadanya :Ingatlah ini, ingatlah itu. Ia menyebutkan keperluan-keperluannya,
menfitnahnya, serta membisikan kesibukannya. Lalu Malaikat berkata
kepadanya : Pusatkan perhatian terhadap shalatmu. Malaikat itu memanggil melalui telinga kanan dan setan menyerunya
melalui telinga kiri, sedang hatinya berada di antara dua seruan itu. Maka jika
ia taat kepada Malaikat, malaikat itu akan memukul setan dengan sayapnya dan
mengusirnya. Namun jika ia taat kepada setan. Malikat berkata : Celaka! Celaka! Seandainya engkau menuruti kataku, tentu
tidaklah engkau berdiri untuk melaksanakan shalat melainkan Allah mengampunimu
untuk setiap dosa.” Kemudian telah sampai pula kepada kami
cerita lain yang menyebutkan bahwa hamba tidak mendapatkan sesuatu dari
shalatnya kecuali apa yang ia pahami darinya.
Di antara salah
seorang khalifah ada yang berkata : “Apabila salah
seorang di antaramu berada dalam shalat, hendaklah ia menjadikan shalat itu
sebagai tujuannya serta memusatkan perhatian kepadanya, dan janganlah kalian
seperti kuda yang dikepalanya terdapat keranjang kosong yang diangkat dn
diturunkannya padahal tidak ada apa-apa di dalamnya.” Ingat, jadilah engkau takut terhadap sikap menganggap ringan
urusan Allah supaya engkau tidak keluar dari setiap shalat dalam keadaan
sia-sia. Semoga Allah melindungi kita semua dari kerugian semacam itu.
Nah inilah perbedaan
di antara dua orang, salah satunya bila ia mendirikan shalat, jasad bersama
hatinya lali dari Allah SWT, sedang yang lain, hatinya hadir bersama jasadnya
dalam keadaan takut kepada Allah SWT. Ingat, berhati-hatilah kepada Allah SWT.
Saudaraku! Berusaha
keraslah untuk menghadirkan hatimu dalam shalat dan janganlah kamu terperdaya
oleh wakil-wakil setan. Sebab, mereka hanya menghadirkan jasad-jasad mereka
tatkala shalat namun hati mereka terbuai oleh geemerlapnya dunia serta angan-angannya,
lalu mereka mencari-ceri alasan utuk diri mereka. Mereka menduga bahwa para
sahabat pilihan pun pernah lengah dalam shalat mereka, dengan tujuan untuk
memperoleh pembenaran atas kelalaian mereka dari mengingat Allah SWT, sekalipun
dalam hal ini mereka harus mengumpat orang-orang pilihan.
Ketahuilah wahai
kaum! Sesungguhnya para sahabat itu, apabila mereka dicoba dengan kelalaian,
mereka menganggap besar masalah itu, mereka khawatir terhadapnya dan tidak rela
dengan kenyataan seperti itu yang menimmpa diri mereka.
Telah sampai kepada
kami bahwa Rasulullah saw. Mencela orang-orang yang lalai dalam shalatnya, maka
peringatan inilah yang sangat menakutkan mereka sehingga berusaha untuk
menutupi kelalaian itu dengan kembali kepada ingatan semula. Mereka berjuang
keras menghadirkan hati, memahami tentang Allah SWT, merasa takut kepada-Nya,
serta tidak pernah mencari-cari alasan untuk menutupi kesalahan tersebut
seperti yang kamu lakukan dengan berdalih atas kelaian mereka.
Kemudain, apakah kamu
juga mengira-ngira kelalaian sahabt dan pikiran yang terlintas dalam shalat
mereka sama dengan kelalaian dan pikiran yang terlintas dalam pikiranmu yang
selalu membayangkan kesibukan berbisnis, berdebat, berangan-angan dan
berandai-andai itu? Dan jika memang kalian berprasangka demikian terhadap
mereka, sungguh kalian telah berburuk sangka kepada mereka dan ini berarti
kalian melecehkan dengan diri kalian. Apalagi jika kalian mengira bahwa
kelalaianmu dalam shalat tidak seberapa bila dibandingkan dengan kelalaian pra
sahabat. Sungguh kalian telah menganggap baik diri sendiri dan mengangkatnya
kepada tingkatan para wali, maka alangkah buruknya godaan jiwa terhadap kalian
itu! Tidakkah pernah sampai kepada kalian bahwa di antara tabi’in ada yang
berkata : “Kami mendapatkan bisikan ketika
shalat.” Kemudian yang lainnya menimpali : “Aku juga mendapatkan itu.” Lalu ada yang
bertanya : “Apa yang anda dapatkan itu?” Ia menjawab : Aku mendapatkan bisikan yang
mengingatkan surga dan neraka! Sedang aku se akan-akan berdiri di hadapan
Tuhanku.” Yang lain berkata : “Kami mendapatkan bisikan yang
mengingatkan dunia dan kebutuhannya.” Lantas yang pertama
mnimpali : “Anddai aku jatuh dari langit ke
bumi, hal ini lebih aku sukai daripada Allah mengetahui bisikan-bisikan tadi
dari hatiku.” Nah, demikianlah keadaan orang-orang
pilihan tersebut.
Wahai kaum penempuh
jalan kebenaran, renungkanlah apa yang telah diperbuat oleh setan untuk
mencelakakanmu ketika ia berusaha untuk menjadikan hatimu lalai dari mengingat
Allah SWT, dalam shalat, lalu dia memperindah untukmu bentuk dalih dengan
mengatasnamakan kelalaian orang-orang suci. Celakalah engkau, seandainya engkau
kembali menghina diri sendiri tatkala lalai itu, kemudian mengakui keburukan
dan kesalahan pribadi, tentu hal demikian untuk kalian akan lebih dekat kepada
ampunan daripada mencari-cari alasan dengan menyebut-nyebut kelengahan
orang-orang lain yang lebih suci. Kenapa engkau tidak menganggap besar
kesalahanmu saja sebagaimana para sahabat menganggap berat kelalaian mereka.
Telah sampai kepada
kami bahwa slah seorang sahabat melaksanakan shalat di kebun kormanya. Maka ia
pun disibukan oleh pikiran tentang kebunya itu sehingga ia lupa dalam shalat,
latas ia pun menganggap besar hal itu dan meratap : Aku telah terkena fitnah dalam hartaku.” Kemudian ia menyedekahkan buah kormanya itu di jalan Allah hingga
nilainya mencapai lima puluh ribu dirham. Nah, siapa di antara kalian yang
pernah mengaanggap besar kelalaiannya dalam shalat dan bersedekah untuk
menutupinya dengan setumpuk harta? Ah, kau! Tidakkah kalian merasa malu dengan
pembadingan kalian itu sehingga berani berkata : “Kalian menyerupakan mereka
dengan diri kalian! Wahai kaum, alangkah buruknya qiyas itu dan alangkah
mentahnya alasanmu itu?
Tidakkah lebih baik
bila kalian mau meneladani kehusukan umat-umat pilihan itu dan mencoba mereka
dalam mengagungkan urusan Allah SWT. Telah sampai kepada kami bahwa sebagian
mereka, ketika shalat, bagaikan pakaian yang tergeletak, di antara mereka ada
yang laksana kayu kering, ada yang selalu merasa gentar dan berubah warna
karena berdiri di hadapan Allah SWT, ada lagi yang tidak bisa mengenal orang
yang di sebelah kiri maupun kanannya, dan ada pula apabila ia berdiri untuk
shalat seolah-olah ia tonggak kayu yang menacap saking khusyuknya.
Ada sebuah cerita
tentang ‘Ali bin Abi Thalib ra. Bahwa apabila ia berwudhu terlihat perubahan
warna di mukanya menjadi pucat. Lalu ditanyakan kepadanya : “Wahai Amir al
Mu’minin, kami perhatikan bila engkau berwudhu berubahlah keadaanmu?” Ia
menjawab : “Aku sadar dihadapan siapa aku akan berdiri menghadap?” Demikian
juga halnya dengan seorang tabi’in, apabila ia hendak shalat berubahlah roman
mukanya, dan ia berkata : “Tidakkah kalian tahu di hadapan siapa aku berdiri?”
Kepada siapa aku bermunajat?” Nah, siapa di anatara kalian, karena Allah, bisa
mengalami haibah (Ketakjuban dan ketakutan dengan penuh takzim) seperti ini?
Kemudian pernah pula sampai kepada kami bahwa di antara sikap mereka dalam
mengagungkan perkara Allah itu, yaitu apabila ia tidak sempat mengikuti takbir
pertama dalam shalat berjamaah, ia berkabung selama tiga hari karena
mengganggap besar urusan itu. Demi Allah, demikiankah dengan dirimu?
Para pembaca budiman!
Jika anda tidak sempat mendapatkan takbir pertama dalam shalat berjamaah atau
jika anda melewatkan kesempatan untuk berbuat baik, sungguh, adakah anda mau
berkabung? Justru sebaliknya, jika diantara kalian ditimpa musibah pada
hartanya, maka itulah yang dianggap musibah besar di mata kalian sehingga
kalian saling menghibur dengan musibah dunia itu. Kalian meminta pertolongan
karenanya, kalian menjadi terhadap takdir dari Allah, dan mengeluh kepada
sesama manusia tentang perbuatan Allah SWT! Tetapi lain halnya, jika kalian
terlewatkan kesempatan untuk beramal baik dan terjerumus kepada perbuatan dosa,
malah tidak pernah terlihat kalian saling menghibur ssatu sama lain,
seakan-akan peristiwa itu bukanlah musibah menurut kalian. Kalau begitu, sangat
jauh bahkan alangkah jauhnya kalian dari kemiripan dengan orang-orang salaf
pilihan tadi! Celakalah kalian, karena telah meninggalkan sikap meneladani
keutamaan orang-orang yang takwa, tetapi berdalih dengan kesalahan sepele
mereka, seakan-akan kesalahan dan kelalaian kalian sama dengan kesalahan dan
kelalaian mereka. Sungguh kalian telah berbohong, wahai orang-orang lalai.
Ingat, hati-hatilah kepada Allah, tinggalkan sikap mencari-cari alasan dan
dalih yang sangat lemah; berjuang keraslah untuk menhadirkan hati di kala
shalat, memahami tentang Allah SWT, dan menjunjung tinggi urusan-Nya agar kau
tidak keluar dari shalatmu dalam keadaan sia-sia. Semoga Allah menjadikan kita
sekalian di antara orang-orang yang beramal salih yang selalu mersakan haibah
terhadap-Nya. Amin.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.