بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Hikmah ke 51-52
PINDAHLAH DARI ALAM (MAKHLUK) KEPADA
PENCIPTA ALAM
٭
لاَتـَرْحَلْ منْ كوْنٍ الىَ كَونٍ فَتَكُونَ كَحِماَر سلرَّحىٰ يَسِيْرُ وَالمكانُ
الَّذِىْ ارْتَحَلَ اليهِ هُوَالَّذي ارْتـَحلَ مِنهُ ولٰكِنْ ارْحَلْ من الاَكوَانِ
الى المُكَوِّنِ. وَاِنَّ الىٰ رَبِّكَ المُنْتَهٰى ٭
51.
"Jangan berpindah dari satu alam (makhluk) ke alam (makhluk) yang lain,
berarti sama dengan himar [keledai] yang berputar di sekitar penggilingan, ia
berjalan menuju ke tempat tujuan, tiba-tiba itu pula tempat yang ia mula-mula
berjalan dari padanya, tetapi hendaklah engkau pergi dari semua alam menuju
kepada pencipta alam; Sesungguhnya kepada Tuhanmu puncak segala tujuan."
Keadaan orang yang tidak dapat
melepaskan dirinya dari syirik adalah umpama seekor keledai yang terikat dan
berputar menggerakkan batu penggiling. Walaupun jauh jarak yang dijalaninya
namun, dia sentiasa kembali ke tempat yang sama. Jika ia mau bebas perlulah ia
melepaskan ikatannya dan keluar dari bulatan yang sempit.
Orang yang mau membebaskan dirinya dari syirik
secara keseluruhan, hendaklah membebaskan perhatian hatinya dari semua perkara
kecuali Allah.
Keluar dari bulatan alam dan
masuk kepada Wujud Mutlak.
Jangan berpindah dari syirik yang terang ke
alam syirik yang samar. Amal kebaikan yang di nodai oleh riya', sum'ah
[mengharap pujian orang], tidak dianggap oleh syari'ah [tidak di terima oleh
Alloh]. Dan apabila telah bersih dari semua itu, kemudian beramal karena
terdorong oleh menginginkan kedudukan atau kekayaan atau karamah dunia atau
akhirat, semua itu masih termasuk alam hawa nafsu, dan belum mencapai tujuan
ikhlas yang bersih dari segala tujuan selain hanya kepada Allah, yakni tanpa
pamrih. Karena itu selama berpindah dari alam ke alam tidak berbeda, bagaikan
keledai yang berputar di sekitar penggilingan, tetapi seharusnya sekali
berangkat dari alam ini, langsung menuju kepada pencipta alam.
Karena itu Nabi Isa
'alaihihissalam pernah berkata kepada sahabat hawariyyin: "Semua yang ada
padamu dari berbagai nikmat kesenangan itu langsung dari karunia Alloh
kepadamu, maka manakah kiranya yang lebih besar harganya [nilainya]? Apakah
pemberiannya ataukah yang memberi?."
''Wa Inna ila Rabbikal-muntaha''
Sesungguhnya kepada Tuhanmu itulah puncak segala tujuan. Sebab barangsiapa yang
telah mendapatkan Alloh, berarti telah mencapai segala sesuatu, baik urusan
dunia mau pun urusan akhirat.
٭ وَانْظـُرْ الٰى قَولهِ صلَي اللهُ عليهِ وَسَلَّمَ : فمَنْ كاَنَتْ
هِجْرَتُهُ الىَ اللهِ وَرَسُوله فَهِجْرَتهُ الى اللهِ وَرَسُولهِ. ومن كاَنَتْ هِجْرَتُهُ
الىَ دُنْياَ يُصِيبُهاَ اَوِامْرَأَةٍ يَتزَوَّجُهاَ فَهِجرَتهُ الٰي ما هاَجَرَ اِليهِ.
فاَفْهَم قولَهُ عَلَيهِ الصَّلاةُ والسَّلامُ وَتأمَّلْ هٰذاَ الاَمرَاِنْ كُنْتَ
ذاَفهْمٍ ٭
52. "Dan perhatikan sabda Nabi shollallohu 'alaihi
wasallam: 'Maka barangsiapa yang berhijrah menuju kepada Alloh dan Rosul-Nya
[menurut perintah Alloh dan Rosul-Nya], maka hijrahnya akan diterima oleh Alloh
dan Rosul-Nya. Dan barangsiapa yang berhijrah karena kekayaan dunia, dia akan
mendapatkannya, atau karena perempuan akan dinikahi, maka hijrahnya terhenti
pada apa yang ia hijrah kepadanya. Camkanlah sabda Nabi shollallohu 'alaihi
wasallam ini dan perhatikanlah persoalan ini jika engkau mempunyai kecerdasan
faham."
Hikmah ini adalah lanjutan dari
Kalam Hikmah yang lalu. Keluar dari satu hal kepada hal yang lain adalah hijrah
juga namanya.
Dan yang utama dalam hadits ini
ialah sabda Nabi shollallohu 'alaihi wasallam, bahwa hijrah yang tidak dengan
niat ikhlas kepada Alloh akan terhenti pada tujuan yang sangat rendah dan tidak
berarti, dan tidak akan mencapai keridhaan Alloh. Seseorang minta nasehat
kepada Abu Yazid al-Busthami, maka berkata Abu Yazid, 'Jika Alloh menawarkan
kepadamu akan diberi kekayaan dari Arsy sampai ke bumi, maka katakanlah, Bukan
itu ya Alloh, tetapi hanya Engkau ya Alloh tujuanku'. Abu Sulaiman ad-Darani
berkata: "Andaikan aku di suruh memilih antara masuk surga
Jannatul-Firdaus dengan shalat dua rakaat, niscaya saya pilih shalat dua
rakaat. Sebab di dalam surga, saya dengan bagianku, dan dalam shalat aku dengan
Tuhanku." Asy-Syibli rodhiallohu 'anhu berkata: "Berhati-hatilah dari
ujian Alloh, walaupun dalam perintah, “Kulu wasyarabu” [makan dan minumlah].
Sebab dalam pemberian nikmat itu ada ujian untuk diketahui, siapakah yang silau
dan lupa kepada-Nya setelah menerima nikmat, dan siapa yang tetap pada-Nya
sebelum dan sesudah menerima nikmat". Seorang penyair berkata: "Dia
shalat dan puasa karena sesuatu yang diharapkan, sehingga setelah tercapai
urusannya, dia tidak shalat dan puasa."
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.