بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Terjemah Kitab
Tanwir al Qulub
fi Mu’amalati Allami al-Ghuyub
Syaikh Muhammad Amin al Kurdi
PENDAHULUAN
Mengajak kembali pada Allah dan Rasulnya
Allah Ta’ala berfirman, “Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu
dengan hikmah dan nasihat yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik…”
Allah Ta’ala berfirman, “Siapakah yang lebih baik perkataannya
daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan
berkata: Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”
Allah Ta’ala berfirman, “Dan hendaklah ada di antara kamu
segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan
mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.”
Ayat-ayat di atas merupakan dalil tentang kewajiban melaksanakan
al-amru bil-ma’raf wan-nahyu ‘anil-munkar (menyerukan kebaikan dan mencegah
kemungkaran). Kewajiban ini telah ditegaskan dalam Alqur’an dan Sunnah Nabi
saw. Kewajiban ini merupakan salah satu kewajiban syar’i terbesar, salah satu
pokok syariat paling agung dan tiang yang paling kokoh. Dengan al-amru
bil-ma’rif wan-nahyu ‘anil-munkar tatanan syari’at menjadi kokoh dan mulia.
Menyerukan kebaikan dan mencegah kemungkaran merupakan dua kebaikan sempurna.
Allah telah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk melaksanakan kewa Jiban
tersebut. Rasulullah saw, bersabda: “Siapa saja orang yang meng, ajak (umat) ke
jalan petunjuk, baginya pahala sebanyak pahala orang yang mengikutinya tanpa
sedikit pun mengurangi pahala mereka. Dan siapa saja yang mengajak kepada
kesesatan, baginya dosa sebanyak dosa orang yang mengikutinya tanpa sedikit
pun mengurangi beban dosa mereka.” Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim,
Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i dan Ibn Majah.
Kemudian mengajak umat untuk kembali kepada Allah, berdakwah ke
jalan-Nya dan menyerukan agama serta ketaatan kepada-Nya merupakan sifat para
nabi dan rasul. Itulah tugas yang diperintahkan dan diwasiatkan Allah kepada
mereka. Hal ini pula yang diikuti oleh para pewaris mereka, yakni para ulama
yang sungguh mengamalkan ilmunya dan para wali yang salih. Mereka senantiasa
mengajak manusia ke jalan Allah dan menyerukan ketaatan kepada-Nya, dengan
ucapan dan perbuatan yang penuh kesungguhan dan semangat demi mengharap ridha
Allah Ta’ala. Mereka terus melakukannya karena rasa sayang mereka terhadap
hamba-hamba-Nya, karena pahala yang dijanjikanNya dan demi meneladani
rasul-Nya.
Dalam menjalankan tugas tersebut, para nabi dan rasul serta
orang:orang yang mengikuti mereka, yakni para imam pemberi petunjuk, telah
mengalami banyak rintangan yang amat berat dari orang-orang bodoh dan para
pembangkang, yang selalu menimpakan hal-hal menyakitkan kepada mereka. Namun
mereka tetap sabar dan tabah, tidak patah semangat. Bahkan rintangan dan cobaan
menyakitkan yang mereka hadapi itu justru membuat mereka semakin bersemangat
untuk terus memberikan bimbingan dan petunjuk ke jalan Allah Ta’ala serta
memberikan nasihat tentang agama Allah. Mereka adalah ‘alim yang mengenal agama
Allah, yang selalu mengingatkan hari-hari Allah serta menyerukan jalan-Nya.
Melihat orang-orang bodoh yang lalai akan hari akhir dan hanya mengutamakan
dunia, dia tidak memiliki pilihan selain memberikan penjelasan kepada mereka
tentang hak-hak Allah yang wajib mereka penuhi, sebagai bentuk peneladanan
terhadap Rasulullah saw. Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya telah ada pada
(diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat dan dia banyak menyebut
Allah.”
Oleh karena itu, para da’i dan ulama yang melakukan tugas mengajak
orang-orang ke jalan Allah Ta’ala mesti memiliki kesabaran dan ketabahan yang
tinggi, berlapang dada, rendah hati dan lemah lembut. Orang-orang di zaman ini
telah didominasi dan diporakporandakan oleh kebodohan, sehingga kebanyakan dari
mereka bahkan tidak tahu dan tidak paham kebenaran, tidak mengerti apa itu din.
Mereka menganggap enteng masalah agama. Mereka terlalu sibuk dengan
urusan-urusan duniawi, sibuk mengumpulkan dunia dan bersenang-senang dengan
segala kenikmatannya. Mereka inilah yang digambarkan oleh Allah Ta’ala di dalam
firman-Nya, “Mereka mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia, sedang
mereka tentang (kehidupan) akhurat adalah lalai.”
Kenyataan itu telah menjadi bencana besar. Bahayanya meliputi
semua orang, yang bodoh maupun ulama, masyarakat kebanyakan maupun kalangan
khusus. Si bodoh mendapat bahayanya karena dia menjadi abai terhadap hal-hal
fardhu yang telah diwajibkan Allah terhadap dirinya, terutama di dalam
mengetahui agamanya dan mempelajari hukum hukumnya. Dan sikap tidak peduli ini
jelas merupakan bencana keagamaan yang akan menyebabkan bencana dunia dan
akhiratnya.

Ulama mendapat bahaya dari kenyataan itu karena kekurangannya di
dalam berdakwah, karena ketidak sungguhannya mengajak umat ke jalan Allah,
karena ketidakseriusannya dalam mengajari orang-orang tentang hukum-hukum agama
yang tidak mereka ketahui. Sementara si ulama ity menyaksikan bagaimana mereka
melakukan berbagai hal yang dilarang Allah serta meninggalkan
kewajiban-kewajiban yang telah diperintah. kan-Nya, tanpa seorang pun berusaha
mengingatkan dan mencegah mereka, tanpa seorang pun mengembalikan mereka kepada
kebenaran dan mengajari mereka mana hal yang merupakan bagian dari agama dan
mana yang bukan. Padahal semestinya ulama memiliki sifat seba. gaimana para
nabi yakni, melaksanakan kewajiban al-amru bil-ma’ruf wan-nahyu anil-munkar.
Apalagi Rasulullah saw. telah bersabda di dalam salah satu hadisnya, “Orang
“alim (berilmu) mendapat bahaya dari si bodoh karena si ‘alim itu tidak
mengajarinya.” Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
Seandainya mengajari orang yang bodoh itu bukan kewajiban si
“alim, tentu si ‘alim tidak akan mendapat celaka hanya karena dia diam dan
tidak mengajari si bodoh itu. Sungguh, Allah Ta’ala tidak akan menyiksa
seseorang hanya karena meninggalkan yang sunnah, tetapi karena meninggalkan
yang wajib. Dan hal ini bukan hanya bagi orangorang “alim yang ilmunya mendalam
sebagaimana dipahami orang banyak, tetapi ini berlaku bagi siapa saja yang
mengetahui permasalahan agama, meski yang diketahuinya itu hanya satu masalah.
Allah Ta’ala berfirman, “Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Isra’il
dengan lisan Dawud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka
durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang
tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang
selalu mereka perbuat itu.” Mereka mendapat laknat itu karena tidak
melaksanakan kewajiban mencegah perbuatan mungkar. Allah Ta’ala juga berfirman,
"Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang
mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka
bumi, kecuali sebagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan
di antara mereka, dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang
mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa.” Allah
menjelaskan bahwa Dia telah membinasakan mereka semua selain beberapa gelintir
orang dari mereka yang terbukti berusaha mencegah tindak pengrusakan.
Allah Ta’ala berfirman, “Maka tatkala mereka melupakan doa yang
diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari
perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang
keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik.”?
Di dalam satu hadis marfu’ dan mauquf diriwayatkan bahwa
Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa mengajak kepada kebaikan dan mencegah
kemungkaran, berarti dia adalah Khalifah Allah di bumi-Nya, khalifah rasul-Nya
dan khalifah kitab-Nya.” Rasulullah saw. juga bersabda, “Siapa saja di antara
kalian yang melihat kemungkaran, maka hendaklah dia mengubah kemungkaran itu
dengan tangannya. Apabila tidak mampu mengubahnya dengan tangan, hendaklah dia
mengubahnya dengan lisan. Apabila dengan lisan pun tidak mampu, maka hendaklah
dia mengubahnya dengan hati, dan ini merupakan iman yang paling lemah.” Hadis
ini diriwayatkan oleh Imam Muslim, at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan an-Nasa’i.
Mengubah kemungkaran dengan tangan merupakan tugas penguasa,
aparat penegak hukum dan yang sebangsanya. Mengubah kemungkaran dengan lisan
merupakan tugas para ulama. Sedangkan mengubah kemungkaran dengan hati
merupakan tindakan orang-orang awam atau orang kebanyakan yang lemah.
Rasulullah saw. bersabda: “Suatu kesalahan, apabila ia
tersembunyi, hanya akan membahayakan pelakunya. Tetapi apabila nampak dan tidak
ada yang berusaha mengubahnya, maka ia akan membahayakan orang banyak.” Hadis
ini diriwayatkan oleh ath-Thabrani di dalam kitab al. Ausath. Mereka semua
terancam bahaya karena mereka meninggalkan kewajiban yang mestinya mereka
lakukan, yakni mencegah dan tidak membenarkan orang yang melakukan kemungkaran
tersebut.
Rasulullah saw. juga bersabda, “Hendaklah kalian menyerukan ke.
baikan dan mencegah kemungkaran, atau Allah akan menguasakan kalian kepada
seseorang yang paling kejam di antara kalian, lalu kalaupun orang-orang terbaik
yang ada di antara kalian berdoa, mereka tidak akan dikabulkan.” Hadis ini
diriwayatkan oleh al-Bazzar dan athThabrani. Mereka dikuasakan kepada orang
paling sadis dan doa mereka tidak diterima karena mereka meninggalkan kewajiban
al-amru bil. ma raf wan-nahyu ‘anil-munkar. Di dalam hadis ini juga ada
peringatan dan ancaman berat bagi orang yang tidak melaksanakan kewajiban
mencegah kemungkaran, yakni siksanya tidak akan ditangguhkan dan doanya tidak
akan dikabulkan.
Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya suatu kaum, apabila mereka
diam saat melihat kemungkaran, tidak berusaha mengubahnya, Allah akan
menimpakan siksa kepada mereka secara keseluruhan.” Hadis ini diriwayatkan oleh
Abu Dawud, at-Tarmidzi, Ibnu Majah dan anNasa’i. Redaksinya adalah redaksi dari
an-Nasa’i.
Di dalam satu hadis yang diterima dari Ibnu “Abbas diriwayatkan
bahwa Rasulullah saw. pernah ditanya, “Ya Rasulullah, apakah suatu kaum akan
dibinasakan sementara di antara mereka ada orang-orang salih?” Rasulullah saw.
menjawab, “Ya.” Dikatakan kepada beliau, “Mengapa?” Rasulullah saw. menjawab,
“Sebab mereka menganggap enteng dan diam saja melihat berbagai pembangkangan
terhadap Allah.”
Ketahuilah, manusia memiliki kewajiban mencegah orang lain dari kemungkaran.
Demikian pula dia wajib mencegah dirinya sendiri dari kemungkaran, bahkan
kewajiban ini lebih utama. Jangan sampai seperti seseorang yang melihat di
balik bajunya ada ular dan kalajengking yang akan mengigitnya, tetapi sibuk
mengambil kipas untuk mengusir lalat dari wajah orang lain. Tindakan mencegah
orang lain dari kemungkaran akan efektif jika dirinya sendiri tidak melakukan
kemungkaran itu. Allah Ta’ala befirman kepada ‘Isa ibn Maryam a.s.,
“Nasihatilah dirimu sendiri. Jika engkau telah melakukannya, nasihatilah
orangorang. Apabila tidak demikian, malulah kepada-Ku.” Di dalam satu riwayat disebutkan, “Apabila seseorang duduk
menasihati orang-orang, maka malaikat akan berseru kepadanya, “Nasihatilah
dirimu dengan apa yang engkau nasihatkan kepada saudaramu! Apabila tidak,
malulah engkau kepada Tuhanmu. Sungguh Dia memperhatikanmu.”
Maka, wahai saudaraku, nasihatilah orang-orang dengan hati yang
tulus dan qalbu yang penuh takwa. Jangan menasihati mereka dengan mempercantik
penampilanmu sementara hatimu busuk. Sebab, bila hati terang, nasihat akan
meresap. Apabila ungkapan itu keluar dari hati, maka hati pula yang akan
menerimanya, sehingga nasihat itu dapat memberikan pengaruh, entah berupa rasa
takut yang mencekam atau kerinduan yang menggelora. Sedangkan ungkapan yang
hanya sebatas lisan, tidak bersumber dari hati, maka ia hanya akan sampai di
telinga. Ketahuilah bahwa melaksanakan al-amru bil-ma ruf wan-nahyu
‘anilmunkar itu, juga diperuntukkan bagi orang yang melakukan tindakan yang terlarang
itu. Sehingga para ulama berkata, “…Tugas itu wajib, bahkan bagi si peminum
arak. Si peminum arak itu wajib untuk tidak membenarkan orang-orang yang
menjadi teman minumnya.”
Daftar Isi
Download Terjemah Kitab Tanwirul Qulub
Download Kitab Tanwirul Qulub (arab)
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.