بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Terjemah Al-Washaya li Ibn al-‘Arabi
Wasiat – Wasiat Ibn ‘Arabi
Penerjemah : Irwan Kurniawan
28.
WASIAT IHWAL DUDUK BERSAMA
ORANG YANG MENGAMBIL MANFAAT DARI PERCAKAPANNYA DALAM MASALAH AGAMA
Hendaklah engkau duduk bersama
orang yang majelisnya bermanfaat dalam agamamu berupa ilmu, amal dan akhlak
mulia yang engkau peroleh manfaatnya. Jika manusia duduk bersama orang yang
majelisnya mengingatkan dirinya akan hari akhirat, maka ia mesti meraskan
manisnya dalam kadar yang Allah berikan kedadamu. Jika teman duduknya
adalah ini, maka ia menjadikan Allah sebagai teman duduknya untuk berzikir.
Zikir dengan Al-Quran adalah sebaik-baik zikir.
Allah SWT berfirman :
“Sesungguhnya, Kamilah yang menurunkan adz-dzikr (QS. Al-Hijr, 15:9). Adz-Dzikr
adalah Al-Quran. Dan firman-Nya : “Aku adalah teman duduk bagi orang-orang yang
berzikir kepada-Ku.” Rasulullah saw., bersabda : “Mereka – ahli Al-Quran –
adalah pengikut Allah dan kepercayaan-Nya.” Dan para malaikat pilihan adalah
teman duduknya dalam sebagian besar keadaannya. Allah memiliki akhlak, yaitu
al-asma’ al-husna al-ilahiyah” (Nama-nama Indah Allah).
Barangsiapa menjadikan
Allah sebagai teman duduknya, maka ia menjadi kekasih Allah. Ia pasti
memperoleh kemuliaan akhlaknya selama dalam majelisnya itu. Barangsiapa duduk
pada suatu kaum yang berzikir kepada Allah, maka Allah menjadikannya bersama
mereka dalam memperoleh rahmat-Nya. Mereka adalah orang-orang yang teman
duduknya tidak menyebabkan diri mereka celaka. Mana mungkin orang yang
menjadikan Allah sebagai teman duduknya bisa celaka? Disebutkan di dalam sebuah
hadis : “Teman duduk yang saleh adalah seperti pemilik minyak wangi.
Kendati engkau tidak mendapatkan minyaknya, tak urung engkau mendapatkan
wanginya. Dan perumpamaan teman duduk yang jahat adalah seperti pemilik perapian.
Kendati engkau tidak mendapat percikan api, tak urung engkau mendapat asapnya.”
Karena itu, orang yang bergaul dengan orang-orang yang ragu-ragu akan menjadi
ragu-ragu juga, lantaran kebanyakan manusia berburuk sangka kepada orang
lain ihwal kejelekan batin mereka.
Di sini ada faedah yang aku ingatkan
kepadamu, yang telah dilalaikan manusia – yaitu, jika engkau melihat orang yang
bergaul dengan orang-orang jahat dan ia bersikap baik kepadamu, janganlah
engkau berburuk sangka kepadanya disebabkan persahabatannya dengan
orang-orang jhat itu. Bahkan hendaknya engkau berbaik sangka kepada orang-orang
yang jahat itu disebabkan oleh persahabatannya dengan orang baik itu.
Hubungkanlah mereka itu dengan kebaikan, dan jangan hubungkan dengan kejahatan,
sebab – pada Hari Kiamat kelak – Allah tidak menanyai seseorang ihwal prasangka
baiknya kepada makhluk.
Dia hanya akan menanyainya ihwal prasangka buruknya
kepada makhluk. Cukuplah sduah nasihat dan wasiat ini bagimu jika engkau memang
mau menerima dan mengetahuinya. Hati orang yang berzikir kepada Tuhannya selalu
bertautan dengan kematian dan tidak pernah terputus. Ia tetap hidup – meskipun
sudah mati – dengan kehidupan yang baik dan lebih sempurna ketimbang kehidupan
seorang yang gugur di jalan Allah.
Akan tetapi, orang yang gugur di jalan Allah
berada di antara golongan orang-orang yagn syahid dan kehdiupan orang yang
senantiasa berzikir kepada Allah. Orang yang senantiasa berzikir kepada
Allah tetap hidup, meskipun ia sudah mati. Sebaliknya, orang yang tidak berzikir
kepada Allah sesungguhnya sudah mati, kendati di dunia ini ia masih hidup,
sebab ia hidup dengan kehidupan hewani.
Seluruh isi alam ini hidup dengan
kehidupan zikir. Perumpamaan orang yang berzikir kepada Tuhannya dan yang tidak
berzikir kepada-Nya adalah seperti orang hidup dan orang mati. Demikian
Rasulullah saw., memberikan perumpamaan. Yang kumaksudkan dalam wasiatku
kepadamu tentang zikir ini ialah bahwa seorang yang berzikir kepada Allah lebih
utama ketimbang seorang syahid yang tidak berzikir kepada-Nya.
Ketika
diriwayatkan sebuah hadis sahih dari Rasulullah saw., yang berbunyi : “Maukah
aku katakan kepadamu ...?” Atau seperti sabdanya : “Mana yang lebih baik bagimu
bila engkau bertemu dengan musuh-musuhmu --- mereka memukul kudukmu atau engkau
memukul kuduk mereka? (yang lebih baik) adalah zikir kepada Allah.” Beliau
menyebutkan pemukulan kuduk sebagai syahadah (keyakinan). Zikir seorang hamba
kepada Tuhannya lebih utama ketimbang gugurnya seorang syahid. Dalam riwayat
lain disebutkan bahwa orang yang berzikir kepada Allah sesungguhnya tetap
hidup. Dari riwayat itu dipahami bahwa kehidupan seorang yang berzikir kepada
Allah lebih baik ketimbang kehidupan seorang syahid yang tidak berzikir
kedapa-Nya.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Title : Terjemah Al-Washaya li Ibn al-‘Arabi 28. WASIAT IHWAL DUDUK BERSAMA ORANG YANG MENGAMBIL MANFAAT DARI PERCAKAPANNYA DALAM MASALAH AGAMA
Description : Terjemah Al-Washaya li Ibn al-‘Arabi Wasiat – Wasiat Ibn ‘Arabi Penerjemah : Irwan Kurniawan 28. WASIAT IHWAL DUDUK BERSAMA ORANG YANG M...