بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Terjemah Al-Washaya li Ibn al-‘Arabi
Wasiat – Wasiat Ibn ‘Arabi
Penerjemah : Irwan Kurniawan
27.
WASIAT IHWAL MEMBACA DAN MENGKAJI AL-QURAN
Hendaklah engkau membaca Al-Quran
dan mengkajinya. Di saat engkau mengkajinya, perhatikanlah sifat-sifat terpuji
yang Allah sifatkan kepada hamba-hamba-Nya yang dicintai-Nya.
Hendaklah engkau juga memiliki
sifat-sifat seperti itu.
Dan perhatikan pula sifat-sifat
yang dicela Allah dalam Al-Quran yang dinisbatkan-Nya kepada orang yang
dibenci-Nya. Karenanya, jauhilah sifat-sifat itu.
Allah menyebutkan sifat-sifat itu
kepadamu di dalam kitab-Nya serta mengenalkannya kepadamu hanya agar engkau
seperti apa yang terdapat di dalamnya.
Berusahalah untuk menghafalnya
dengan mengamalkannya sebagaimana engkau menghafalnya melalui pembacaan.
Tidak ada orang yang lebih pedih
siksaannya pada Hari Kiamat ketimbang orang yang menghafal satu ayat dari Kitab
Allah dan kemudian ia melupakannya.
Demikian pula halnya dengan orang
yang menghafal satu ayat Al-Quran dan tidak mengamalkannya.
Maka, pada Hari Kiamat kelak,
ayat itu menjadi saksi atas dirinya dan menjadikannya menyesal. Rasulullah saw.
Mengungkapkan ikhwal orang yang membaca Al-Quran dan orang yang tidak
membacanya dari kalangan orang-orang beriman Mukmin dan kaum munafik. Beliau
besabda : “Perumpamaan seorang Mukmin yang membaca Al-Quran adalah seperti
jeruk sitrun berbau harum.”
Yang dimaksudkan di sini adalah tilawah dan
qira’ah, dan itu adalah napas-napas yang keluar. Hal itu diibaratkan dengan
bau-bauan yang dikeluarkan oleh napas “ ..... Dan lezatnya.” Yang dimaksudkan
adalah keimanan. Karena ini, beliau bersabda : “Orang yang ridha bahwa Allah
adalah Tuhannya, Islam adalah agamanya, dan Muhammad saw., adalah Nabinya
merasakan lezatnya keimanan.” Maka, kelezatan dinisbahkan pada keimanan.
Kemudian beliau bersabda :
“Perumpamaan seorang Mukminyang tidak membaca Al-Quran adalah seperti kurma
yang lezat rasanya.” Karena seorang Mukmin memiliki keimanan,” .... tetapi
tidak berbau harum.” Karena ia bukan pembaca dalam keadaan seperti orang yang membaca,
walaupun ia termasuk dalam golongan orang-orang yang menghafal Al-Quran.
Selanjutnya beliau bersabda : “Perumpamaan orang munafikk yang membaca Al-Quran
adalah seperti kasturi berbau harum.” Sebab Al-quran itu harum, yang tak lain
dan tak bukan adalah napas yang keluar ketika seseorang mambaca
Al-Quran.” .... tetapi pahit rasanya.” Karena kemunafikan adalah kekufuran
tersembunyi, padahal manisnya keimanan ialah dengan merasakan kelezatan
keimanan itu.
Kemudian beliau bersabda :
“Perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Quran adalah seperti buah labu
yang pahit rasanya dan tidak memiliki bau yang harum.”
Karena memang ia bukan pembaca Al-Quran. Dari
sisi ini, di dalam setiap perkataan yang baik terdapat ridha Allah.
Keridhaan seorang Mukmin dan
seorang munafik berbentuk Al-Quran di dalam perumpamaan ini, meskipun kedudukan
Al-Quran tidak tersembunyi.
Tidak ada satu ucapan pun yang
mendekati Allah bisa menyerupai kalam Allah. Karena itu, orang yang
melantunkan zikir, ketika berzikir kepada Allah, hendaknya menyertakan
zikir-zikir yang termuat di dalam Al-Quran. Dengan zikir itu, ia menyebut Nama
Allah. Yang demikian ini dimaksudkan agar ia membaca Al-Quran di dalam
zikirnya.
Apabila ia membaca Al-Quran, maka
ia menjadi peniru zikir yang dengannya Allah menyebut Zat-Nya. Jika demikian
halnya, maka ia telah menyetarakan dirinya dalam kedudukan Tuhannya. Allah SWT
berfirman : “Maka lindungilah ia sehingga dapat mendengar firman Allah (QS.
At-Taubah, 9:6). Juga firman-Nya : “Sesungguhnya Allah berfirman melalui lisan
hamba-Nya, Sami’allahu li man hamidahu --- Allah mendengar orang yang
memuji-Nya.” Dan dikatakan kepada pembaca Al-Quran pada Hari Kiamat : “Bacalah
dan naiklah.” Kenaikannya di dunia pada hari-hari taklif (ayyam at taklif)
dalam bacaannya berarti ia naik dari bacaannya menuju bacaan-Nya, karena Allah
lah yang membaca melalui lisan hamba-Nya – persis sebagaimana Dia menjadi
telinganya yang dengannya ia mendengar, menjadi matanya yang dengannya ia
melihat, menjadi kedua tangannya yagn dengannya ia bertindak, dan menjadi kedua
kakinya yang dengannya ia berjalan dan berlari. Begitu pula, Dia adalah
lisannya yang dengannya ia berbicara. Ia tidak memuji Allah, bertasbih dan
bertahlil kepada-Nya dengan apa yang terdapat di dalam Al-Quran, sebab Al-Quran
memang dijadikan untuk itu.
Dia naik dari bacaannya sendiri
menuju menuju bacaan Tuhannya. Maka, Allah lah yang membaca Kitab-Nya. Pada
Hari Kiamat, ia naik pada ayat Al-Quran yang terakhir dibacanya, dan ia berdiri
di situ hingga sampai pada derajat yang sesuai dengan ayat itu, yang dibaca
oleh Allah melalui lisan hamba-Nya ini dengan kehadiran hamba-Nya yang
membacanya. Sebaik-baik ucapan adalah kalam Allah yang khusus dan dikenal.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.